Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 14 April 2025
PERIODE MADINAH
Zaid berhasil menghadang kafilah Quraisy yang sedang berjalan. Melihat Zaid dan rombongannya mengejar, semua kaum musyrikin pemilik kafilah itu lari terbirit-birit ketakutan dan barang dagangannya tertinggal.
Kafilah yang mengangkut barang-barang berharga itu semuanya jatuh ke tangan kaum Muslim.
Zaid berhasil menguasai mereka, sedangkan Shafwan dan para pengawalnya melarikan diri tanpa perlawanan.
KISAH RASULULLAH ﷺ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Shallu ‘alan Nabi…
Terbunuhnya Ka'ab bin Al Ashraf
Lalu Muhammad bin Maslamah mengambil sebilah pedang dan dia letakkan di bagian bawah perut Ka'ab bin Al Ashraf, lalu dia tekan sampai menembusnya.
Ka’ab pun terkapar dan mati seketika. Ketika itu Ka’ab meraung keras sehingga dapat membuat ketakutan orang-orang yang berada di sekitarnya. Tidak lama kemudian, semua lampu dalam benteng dinyalakan.
Tim itu pun kemudian kembali. Setelah tiba di Hurrotul Aridl, ternyata Abu Na’ilah tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka kemudian mencarinya. Abu Na’ilah terkena ujung pedang sebagian sahabatnya sehingga terluka dan mengucurkan darah, lalu mereka gotong.
Setelah tiba di Baqi’ Gharqad, mereka bertakbir dan takbir mereka didengar oleh Rasulullah ﷺ, sehingga beliau mengetahui bahwa mereka telah berhasil membunuh Ka’ab, dan beliau kemudian bertakbir.
Setelah mereka sampai di hadapan beliau, beliau berkata:
"Wajah kalian berseri-seri."
"Wajah Anda juga wahai Rasulullah," sahut mereka.
Mereka meletakkan kepala sang thaghut tersebut di hadapan beliau, dan beliau memuji Allah atas terbunuhnya sang thaghut itu. Beliau kemudian mengobati luka Abu Na’ilah dan sembuh seketika itu juga.
Ketakutan Yahudi
Setelah itu orang-orang Yahudi mengetahui kematian pemimpinnya, Ka’ab bin Asyraf, mereka sangat ketakutan.
Mereka baru menyadari bahwa Rasulullah ﷺ tidak segan-segan untuk menggunakan kekuatan ketika nasihat sudah tidak diindahkan lagi oleh orang-orang yang ingin menghancurkan keamanan, menimbulkan keresahan, dan tidak menghormati perjanjian.
Mereka tidak berani bertindak sesuka hati, bahkan mereka menunjukkan sikap seolah-olah mentaati perjanjian.
Mereka bersembunyi di benteng bagaikan ular yang terburu-buru masuk ke dalam liangnya untuk bersembunyi.
Demikianlah untuk sementara waktu Rasulullah ﷺ dapat mencurahkan seluruh perhatiannya dalam menghadapi berbagai bahaya yang kemungkinan muncul di luar Madinah.
Beban kaum Muslimin semakin berkurang, sebagian besar masalah-masalah intern mereka telah terselesaikan.
Dengan kejadian itu, redalah ancaman yang selama ini menggayuti kaum Muslim. Para penjahat Yahudi itu bersembunyi di sarang-sarang mereka untuk beberapa waktu. (HR. Bukhari)
Ekspedisi Zaid Ibnul Harits
Ekspedisi ini merupakan operasi militer yang terakhir dan paling berhasil yang dilakukan oleh kaum Muslimin sebelum Perang Uhud. Peristiwa ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir Tahun ketiga Hijrah.
Urutan peristiwa tersebut adalah kaum Quraisy selalu dirundung kesedihan setelah terjadinya peristiwa Badar. Ketika tiba musim panas dan musim dagang Islam telah dekat, mereka dirundung kesedihan yang lain yakni perniagaannya merasa terancam.
Safwan bin Umayyah berkata kepada orang-orang Quraisy:
"Muhammad dan para sahabatnya telah merintangi perniagaan kita.
Kita tidak tahu apa yang harus kita perbuat terhadap mereka, karena mereka tidak membiarkan daerah pantai.
Penduduk daerah pantai berdamai dengan mereka, dan sebagian besar dari mereka telah memeluk Islam.
Kita tidak tahu cara menanggulangi, apa yang dapat ditempuh kalau kita tetap tinggal di rumah.
Modal kita akan habis dimakan, sementara penghidupan kita di Mekkah tergantung pada perniagaan kita ke Syam di musim panas dan ke Habasyah di musim dingin."
Terjadilah dialog sekitar topik tersebut. Al Aswad bin Abdul Muthalib berkata kepada Sofwan:
"Tinggalkan jalan lewat daerah pantai, dan ambillah jalan lewat Irak."
Jalan lewat Irak merupakan jalan yang panjang melewati Najd sampai ke Syam, dan melewati sebelah timur Madinah.
Orang-orang Quraisy sangat tidak mengetahui jalur tersebut, maka Al Aswad bin Abdul-Muththalib menyarankan agar menjadikan Farat bin Hayyan dan Bani Bakar bin Wa’il sebagai pemandunya, dan dia sendiri adalah pemimpin dalam perjalanan tersebut.
Berangkatlah kafilah Quraisy dipimpin oleh Safwan bin Umayyah lewat jalan baru.
Namun berita tentang keberangkatan kafilah ini telah sampai ke Madinah, sebab Khalid bin an-Nu’man telah masuk Islam.
Dia bertemu dengan Nu’aim bin Mas’ud Al Asyja’i (ketika itu belum memeluk Islam) di sebuah tempat minum khamr (ketika itu khamr belum diharamkan). Dalam kesempatan tersebut Shalith bin Nu’man mendengar informasi dari Nu’aim bin Mas’ud tentang perjalanan kafilah Quraisy.
Maka Salith bin Nu’man segera menghadap Nabi ﷺ menyampaikan informasi yang didengarnya.
Kaum Quraisy Kian Terjepit
Rasulullah ﷺ segera menyiapkan pasukan yang terdiri atas 100 personel lengkap dengan kendaraannya di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah al Kilabi.
Zaid pun segera berangkat, dan di daerah Najd yakni di Qordah, Zaid berhasil menyergap kafilah yang sedang lengah.
Zaid berhasil menghadang kafilah yang sedang berjalan. Melihat Zaid dan rombongannya mengejar, semua kaum musyrikin pemilik kafilah itu lari terbirit-birit ketakutan dan barang dagangannya tertinggal.
Kafilah yang mengangkut barang-barang berharga itu semuanya jatuh ke tangan kaum Muslim.
Zaid berhasil menguasai mereka, sedangkan Shafwan pimpinan kafilah dan para pengawalnya melarikan diri tanpa perlawanan.
Kaum Muslimin menawan pemandu kafilah, yaitu Farrat bin Hayyan.
Dikatakan pula bahwa kaum Muslimin juga menangkap 2 orang yang lain. Mereka mengangkut bahan ghanimah besar berupa perak dan barang-barang berharga lainnya, yang diangkut oleh kafilah semua.
Barang itu nilainya sekitar 100.000 dinar.
Rasulullah ﷺ membagi-bagikan barang-barang ghanimah tersebut kepada para personel ekspedisi itu, setelah beliau ambil seperlimanya.
Farrat bin Hayyan akhirnya masuk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ.
Penduduk Makkah bukan main sedihnya mendengar berita tentang kemalangan itu. Hal tersebut membuatnya bertambah nekat untuk melakukan pembalasan.
Mereka mengadakan persiapan seperlunya untuk menghadapi kaum Muslim dengan kekuatan maksimal.
Peristiwa itu merupakan tragedi dan bencana besar bagi orang-orang Quraisy, sehingga mereka semakin resah dan bertambah sedih.
Di hadapan mereka tidak ada jalan kecuali dua pilihan:
~ Menghentikan kesombongan dan mengambil langkah perdamaian dengan kaum Muslimin
~ Menempuh langkah peperangan untuk mengembalikan kewibawaan mereka dan melumpuhkan kekuatan kaum Muslimin
Namun mereka memilih langkah yang kedua, langkah peperangan, sehingga tekad mereka semakin kuat untuk melakukan tindakan pembalasan.
Mereka giat mengadakan persiapan guna menghadapi kaum Muslimin dengan kekuatan maksimal. Semua itu merupakan penyebab terjadinya Perang Uhud.
Shallu` Alan Nabi…!
Bersambung ke bagian 91 ...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri