Rafah, Gaza | infoDKJ.com, 12 Mei 2025
Di tengah reruntuhan dan debu kepedihan yang menyelimuti Gaza, sebuah kisah memilukan datang dari kota Rafah. Lana Al-Sharif, seorang gadis kecil yang sebelumnya dikenal karena kepolosan dan senyumnya yang cerah, kini menjadi simbol bisu penderitaan anak-anak Palestina. Di usianya yang masih belia, rambut Lana telah memutih—bukan karena waktu, tetapi karena trauma yang mendalam.
Lana menjalani kehidupan yang tenang bersama keluarganya sebelum perang meletus. Ia tumbuh di lingkungan sederhana, bermain bersama teman-temannya dan menjalani masa kecil sebagaimana anak-anak lainnya. Namun, semuanya berubah sejak agresi militer Zionis menggempur Gaza, menghancurkan rumah, keluarga, dan mimpi-mimpi kecil yang ia rajut.
Tubuh Lana kini dipenuhi bintik-bintik putih, dan tubuhnya tampak kurus tak berdaya—akibat tekanan hebat dan gizi yang tak lagi terpenuhi di tengah blokade dan serangan tanpa henti. Trauma yang ia alami tidak hanya meninggalkan bekas fisik, tetapi juga luka batin yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Kisah Lana bukan satu-satunya. Ribuan anak-anak Gaza hidup dalam ketakutan, tanpa akses pendidikan, perawatan medis yang layak, ataupun rasa aman. Dunia menyaksikan, namun suara mereka kerap tenggelam di balik berita-berita besar.
Lana Al-Sharif kini menjadi wajah kecil dari luka besar yang diderita Gaza. Senyumnya yang dulu ceria kini tergantikan dengan tatapan kosong. Ia tidak menangis lagi—karena mungkin, air matanya pun telah habis.
"Anak-anak seperti Lana seharusnya memegang pensil, bukan menyaksikan rudal. Mereka berhak atas masa depan yang damai, bukan masa kecil yang direnggut oleh perang," ujar seorang relawan kemanusiaan yang enggan disebutkan namanya.
Di tengah kehancuran, harapan tetap menyala. Kisah Lana menjadi pengingat bahwa konflik ini bukan hanya soal politik dan wilayah, tetapi tentang nyawa-nyawa kecil yang pantas mendapatkan dunia yang lebih baik.
(Adang)