Jakarta, infoDKJ.com | Dalam momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional, Ahmad Syauqi, seorang pemerhati pendidikan, menyoroti sejumlah persoalan serius yang masih membayangi dunia pendidikan di Indonesia. Mulai dari kurikulum yang terus berubah, ketimpangan akses pendidikan di daerah, hingga mahalnya biaya sekolah yang masih membebani masyarakat.
Menurut Ahmad, semangat wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan pemerintah seharusnya menjadi pijakan kuat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, realitas di lapangan menunjukkan masih jauhnya harapan tersebut dari kenyataan.
Kurikulum Berganti-Ganti, Siswa Jadi Korban
“Substansi pendidikan bukan soal ganti nama kurikulum, tapi bagaimana siswa mendapatkan hak pendidikan secara maksimal,” tegas Ahmad. Ia menilai, seringnya pergantian kurikulum membuat guru dan siswa bingung, serta menurunkan konsistensi mutu pembelajaran.
Ketimpangan Fasilitas dan Akses Pendidikan
Ahmad juga menyoroti minimnya pemerataan pendidikan di daerah terpencil. “Masih banyak sekolah tidak layak, guru tidak sejahtera, dan akses menuju sekolah yang sangat sulit—melewati sungai, jalan rusak, hingga jembatan nyaris ambruk,” ungkapnya.
Biaya Sekolah Masih Jadi Beban
Di sejumlah daerah, Ahmad menyebut masyarakat masih dibebani dengan iuran bulanan sekolah. “Sudah saatnya pendidikan benar-benar digratiskan di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali,” katanya.
Pemerintah Harus Bertindak Adil
Ia mengajak pemerintah untuk lebih adil dan serius dalam membenahi fasilitas pendidikan serta memperhatikan kesejahteraan guru, khususnya di daerah pelosok. “Tanpa guru, tidak ada masa depan pendidikan,” tambahnya.
Mengakhiri pernyataannya, Ahmad Syauqi mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk kembali pada semangat Tut Wuri Handayani—memberikan dorongan dari belakang, membimbing, dan membangun masa depan bangsa lewat pendidikan yang adil dan merata.
(Hamid)