Jakarta, infoDKJ.com | Jumat, 6 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
"Kelahiran Ibrahim, Anak Rasulullah ﷺ"
(Buku GREAT Rasulullah, hal. 514)
Keputusan Rasulullah ﷺ memberangkatkan pasukan dalam cuaca panas sangat cermat.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Zainab Putri Rasulullah ﷺ Wafat
Dari hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebenarnya perumpamaan sahabat yang baik dan buruk itu bagaikan pembawa parfum dan peniup api.”
“Maka pembawa parfum adakalanya memberi engkau atau engkau memberinya, atau engkau mendapat bau harum darinya. Adapun yang membawa api, jika tidak membakar pakaianmu maka engkau akan mendapat bau busuknya.”
Kata-kata itu diucapkan Rasulullah ﷺ dengan penuh harap, cinta, dan kasih sayang kepada mereka yang pernah berjanji setia kepadanya.
Rasa haru menyesak di dada semua orang hingga seluruh orang Anshar menangis, sambil berkata:
“Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami.”
Kembali ke Madinah
Setelah dari Thaif dan Ji'roah, Rasulullah ﷺ kembali ke Makkah untuk berumrah. Di Makkah, mereka hanya hendak menyelesaikan urusan-urusan penting. Selesai umrah, Rasulullah ﷺ menunjuk ‘Attab bin Asid dan Muadz bin Jabal sebagai kepala pemerintahan dan guru agama.
Kemudian Rasulullah ﷺ pun kembali ke Madinah untuk selama-lamanya. Di kota suci tersebut, beliau sudah berhijrah selama 8 tahun. Keberangkatan beliau ke Madinah ini enam hari sebelum habisnya bulan Dzulhijjah.
Delapan tahun lalu, beliau tiba di Madinah sebagai buronan kaum musyrikin Quraisy, untuk memperoleh keamanan dan keselamatan bagi umat dan dirinya, serta bagi agama Allah yang dibawanya. Beliau datang sebagai perantau dengan harapan mendapatkan ketenangan. Oleh penduduk Madinah, beliau dihormati, dijaga, dilindungi, dan dibela dengan jiwa dan raga.
Mereka mengikuti sinar kebenaran yang diturunkan Allah kepada beliau. Demi tegaknya agama Allah, mereka tidak gentar menghadapi permusuhan dari siapa pun.
Kemenangan dan Ketenangan
Kini, beliau kembali ke Madinah dengan sambutan yang sama seperti delapan tahun sebelumnya. Setelah kota Makkah jatuh ke tangan beliau, kehormatan kota suci itu kembali semarak dengan cahaya Islam. Beliau telah memaafkan kesalahan-kesalahan masa lalu penduduknya.
Pikiran dan hati umat Islam begitu erat dengan kota Madinah hingga tak terkalahkan oleh keinginan kembali ke kota asal mereka. Mereka juga tidak terpengaruh oleh kenangan indah masa lalu.
Kini, di seluruh Jazirah Arab, tak ada yang berani mencemooh atau mencela umat Islam. Kaum Anshar dan Muhajirin sangat bergembira. Mereka melihat bahwa Allah telah membuka jalan kemenangan bagi Rasulullah ﷺ dan umat Islam.
Penduduk Makkah telah mendapatkan hidayah, beragam kabilah Arab tunduk kepada Islam, dan para utusan dari berbagai kabilah berdatangan menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah ﷺ.
Wafatnya Zainab dan Kelahiran Ibrahim
Namun, di tengah ketenangan itu, Zainab putri Rasulullah ﷺ wafat. Sejak jatuh dari unta saat hijrah ke Madinah dan mengalami keguguran, Zainab tak pernah sembuh total.
Umamah adalah putri Zainab.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Qotadah, saat kami menunggu Rasulullah ﷺ untuk shalat Dzuhur dan Ashar, beliau keluar membawa Umamah di atas bahunya. Saat shalat, ketika Rasulullah ﷺ sujud, Umamah dilepaskan. Ketika bangkit, Umamah kembali dipangku.
Umur Umamah pun tidak berlangsung lama. Kini, keturunan Rasulullah ﷺ yang masih hidup hanya Fatimah az-Zahra, karena Ummu Kultsum dan Ruqayyah telah lebih dahulu wafat.
Rasulullah ﷺ teringat kelembutan Zainab dan kesetiaannya kepada suaminya, Abul Ash bin Ar-Rabi’. Hati Rasulullah ﷺ sangat sedih.
Kelahiran Ibrahim
Dalam kesedihan itu, Allah menurunkan rahmat. Dari rahim Mariah, seorang wanita Mesir yang dihadiahkan oleh Mauqauqis kepada Rasulullah ﷺ, lahirlah seorang putra. Saat itu Rasulullah ﷺ sudah berusia lebih dari 60 tahun. Beliau menamainya Ibrahim.
Rasulullah ﷺ memberi sedekah berupa uang untuk setiap helai rambut Ibrahim kepada para fakir miskin. Ummu Saif diangkat menjadi ibu susu Ibrahim. Rasulullah ﷺ juga menyediakan 7 ekor kambing untuk diperah susunya setiap hari bagi Ibrahim.
Hampir setiap hari Rasulullah ﷺ mengunjungi Ibrahim. Beliau sangat bahagia melihat anaknya tumbuh sehat. Suatu hari, dengan gembira, beliau menggendong Ibrahim dan memanggil Aisyah.
"Bukankah besar sekali persamaan Ibrahim dengan diriku?"
Namun, Aisyah tidak mengiyakannya, demikian pula dengan istri-istri Rasulullah ﷺ yang lain. Mereka sedih karena tidak bisa memberi keturunan. Melihat kebahagiaan Rasulullah ﷺ pada Ibrahim, mereka menunjukkan wajah kurang suka.
Perasaan ini membuat Rasulullah ﷺ resah hingga beliau memisahkan diri dari para istrinya. Selama lebih dari sebulan beliau hidup menyendiri.
Kedatangan Umar bin Khattab
Kaum Muslimin menjadi gelisah, khawatir Rasulullah ﷺ menceraikan istri-istrinya. Umar bin Khattab datang menengok beliau, dan menangis melihat punggung Rasulullah ﷺ yang berbekas tikar kasar.
Rasulullah ﷺ menenangkannya, menyatakan bahwa kehidupan akhirat lebih berharga daripada seluruh harta dunia. Umar pun menghibur Rasulullah ﷺ sampai beliau tertawa.
Kemudian Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa beliau tidak menceraikan istri-istrinya. Lalu turunlah wahyu Allah yang menegur istri-istri beliau, dan menyatakan bahwa jika mereka terus menyusahkan beliau, maka Allah akan menggantikan mereka dengan wanita yang lebih baik.
Para ibu kaum Muslimin akhirnya sadar dan kembali hidup rukun. Tidak ada laki-laki yang memperlakukan istri-istrinya sebaik Rasulullah ﷺ. Beliau senang bergurau dan senang melihat mereka bergurau.
Dari hadis riwayat Bukhari, Aisyah berkata:
“Saya pernah melumurkan adonan tepung ke wajah Saudah dan ia pun membalas melumurkannya ke wajah saya hingga Rasulullah ﷺ tertawa.”
Pengiriman Duta Setelah Pembebasan Makkah
Setelah berhasil membebaskan Makkah dan menang dalam Perang Hunain, Rasulullah ﷺ kembali ke Madinah dan menetap di sana. Beliau menerima kedatangan para utusan dari berbagai kabilah yang menyatakan masuk Islam dan mengirim para da’i ke berbagai wilayah.
Shallu ‘alan Nabi…
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke bagian 143...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri