Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 9 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Tidak akan ada satu pun kekuatan yang mampu menahan pasukan setangguh Romawi itu. Namun, dihantui rasa takut, pasukan Romawi yang tersohor itu pun bergerak mundur sebelum lawannya terlihat. Mereka berpencar dan kembali ke daerah masing-masing.
Kemenangan tanpa bertempur ini melambungkan nama pasukan Islam. Berduyun-duyun, para pembesar di daerah-daerah perbatasan Romawi mendatangi Rasulullah ﷺ untuk berdamai.
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد
Pasukan ini dinamakan Pasukan Usro, artinya pasukan yang berangkat dalam keadaan penuh kesulitan.
Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab menceritakan kesulitan perjalanannya menghadapi Perang Tabuk, sebagai berikut:
Umar berkata:
“Pada waktu kami berangkat ke Tabuk, sepanjang perjalanan kami dibakar oleh sinar matahari yang luar biasa panasnya. Kami berhenti di suatu tempat dalam keadaan kehausan hingga leher terasa tercekik.”
“Ada seorang yang karena tidak dapat menahan hausnya, ia memotong untanya, lalu air yang ada di dalam perut unta itu diambil untuk diminum, sisanya disimpan untuk persiapan.”
Ketika itu, Abu Bakar berkata kepada Rasulullah ﷺ:
“Ya Rasulullah, biasanya Allah selalu mengabulkan doa Anda. Berdoalah untuk kita semua, ya Rasulullah.”
Beliau bertanya:
“Benarkah engkau menghendaki itu?”
Setelah Abu Bakar menjawab “Ya”,
Rasulullah ﷺ mengangkat tangan menengadah ke langit dan baru menarik tangannya kembali setelah hujan turun lebat dengan derasnya. Semua orang beramai-ramai mengisi wadah airnya masing-masing hingga penuh. Setelah itu, kami berangkat dan hujan berhenti.
Di tengah perjalanan, pasukan Muslimin melewati bekas pemukiman kaum Tsamud, berupa puing-puing peninggalan kuno di atas bukit-bukit. Semuanya mengingatkan murka Allah yang ditimpakan terhadap orang-orang zaman dahulu yang mendustakan Nabi dan Rasul-Nya.
Dalam perjalanan, pasukan melewati Al Hijr.
Dahulu tempat ini merupakan kediaman kaum Tsamud yang durhaka. Di lembah itu, orang-orang mengambil air untuk persediaan minum mengingat jalan masih sangat jauh.
Namun, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Janganlah kalian minum air di sini dan jangan pula dipergunakan untuk berwudu. Adonan gandum yang telah kalian campurkan dengan air tadi berikan saja kepada unta, jangan kalian makan sedikit pun.”
“Jangan kalian memasuki tempat-tempat yang dahulu dipergunakan kaum Tsamud untuk menganiaya diri mereka sendiri, nanti kalian akan tertimpa musibah seperti yang menimpa mereka, kecuali jika kalian adalah orang-orang yang suka menangis jika mengingat dosa.”
Rasulullah ﷺ segera mempercepat jalannya melewati lembah tersebut sambil menundukkan kepala.
Di suatu tempat, pasukan berkemah dan Rasulullah ﷺ berpesan:
“Malam ini janganlah kalian keluar jika tidak disertai seorang teman.”
Pesan itu disampaikan karena Rasulullah ﷺ tahu bahwa tempat itu tidak pernah dilalui orang, dan hembusan pasir yang ganas sering mengubur orang maupun binatang.
Namun malam itu, ada dua orang yang melanggar pesan Rasulullah ﷺ. Salah seorang menghilang dibawa angin dan yang satu lagi tewas tertimbun pasir.
Perjalanan kembali dilanjutkan, tetapi para sahabat sangat khawatir karena persediaan air mereka kini tidak cukup. Maka Rasulullah ﷺ pun berdoa.
Dengan izin Allah, awan hitam datang bergulung-gulung dan turunlah hujan lebat yang memenuhi kebutuhan semua orang.
Pada lain saat dalam perjalanan itu, persediaan makanan menipis dan para sahabat menderita kelaparan. Mereka meminta izin kepada Rasulullah ﷺ agar diperbolehkan menyembelih unta-unta.
Namun, Rasulullah ﷺ memerintahkan agar semuanya mengumpulkan makanan yang tersisa. Setelah terkumpul, Rasulullah ﷺ berdoa. Setelah itu, Beliau berkata:
“Ambillah dan penuhilah kantong-kantong kalian.”
Maka para sahabat memenuhi kantong-kantong mereka sampai penuh. Kemudian mereka makan sampai kenyang, namun makanan itu masih tersisa. Rasulullah ﷺ pun mengucapkan kalimat syahadat dan bersabda:
“Tidaklah seorang hamba pun yang mengucapkan kalimat itu tanpa ragu, maka kelak ketika berhadapan dengan Allah, ia pasti akan masuk surga.”
Keberanian Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menantang kekuatan yang jauh lebih besar bersumber pada rasa percaya diri.
Orang Islam adalah kaum yang sepatutnya percaya kepada diri sendiri, sebab kekuatan yang ada pada dirinya digantungkannya kepada kekuatan yang mengatur alam, yaitu Allah.
Pasukan Romawi Mundur
Perang Tabuk hampir sama dengan Perang Ahzab (Khandak).
Pada mulanya, kaum Muslimin mengalami cobaan yang amat berat, tetapi berakhir dengan ketenangan—malah menambah kekuatan.
Akhirnya, Rasulullah ﷺ tiba di Tabuk. Mereka segera menyiapkan diri untuk bertempur. Di hadapan pasukannya, Rasulullah ﷺ berpidato dengan penuh semangat.
Beliau mengingatkan akan kebaikan dunia dan akhirat yang bisa dicapai dengan berjuang sungguh-sungguh.
Beliau juga memberi kabar gembira dan kabar kemenangan pasukan yang tadinya begitu letih, kini berubah menjadi pasukan berhati baja yang siap mati membela Islam.
Kebulatan tekad pasukan Rasulullah ﷺ ini terdengar oleh musuh. Keberanian Romawi ciut mendengar kehebatan pasukan Muslim menyeberangi gurun tandus dan cuaca yang sangat panas dan ganas dengan bekal seadanya, dan mereka berhasil sampai di perbatasan Romawi.
Orang-orang Romawi tahu bahwa pasukan Islam berdiam di Tabuk. Semangat kaum Muslim yang berani mati ini dibuktikan dengan mengarungi perjalanan jauh dengan cuaca panas yang sangat ekstrem menyengat dan membakar kulit, namun berhasil mereka lalui.
Hal ini membuat semangat bangsa Romawi luntur dan pendapat mereka terpecah belah: mundur atau maju.
Rasulullah ﷺ tinggal di sana selama 20 hari untuk menakuti-nakuti musuh dan menerima utusan. Keberhasilan pasukan Muslimin menakuti pasukan Romawi membuat pamor pasukan Muslim melonjak.
Tidak akan ada satu pun kekuatan yang mampu menahan pasukan setangguh itu. Dihantui rasa takut, pasukan Romawi yang tersohor itu pun mulai bergerak mundur sebelum lawannya terlihat. Mereka berpencar dan kembali ke daerah masing-masing.
Kemenangan tanpa bertempur ini melambungkan nama pasukan Islam. Berduyun-duyun, para pembesar di daerah-daerah perbatasan Romawi mendatangi Rasulullah ﷺ untuk berdamai.
Para penduduk Jarba, Adzruh, dan Aila menyatakan tunduk di bawah pemerintahan Muslim.
Penduduk suatu daerah yang tunduk kepada pemerintah Muslim namun tetap mempertahankan agama mereka, wajib membawa jizyah berupa sejumlah uang.
Dengan demikian, pasukan Muslim akan datang membela apabila suatu saat musuh menyerang daerah itu.
Penduduk Aila yang beragama Nasrani termasuk di antara mereka yang membayar jizyah. Yuhanah bin Ru’bah, pemimpin Aila, datang dengan salib emas di dadanya. Ia membawa hadiah dan menandatangani perjanjian damai.
Rasulullah ﷺ pun memberinya mantel tenunan Yaman dan menerima Yuhanah dengan santun.
Keperkasaan pasukan Muslim bersumber dari rasa percaya kepada Allah. Siapa saja yang percaya kepada Allah, maka dia tidak akan merasa takut mengarungi lautan kehidupan.
Kaum Muslim tidak percaya bahwa akan ada kekuatan di alam ini yang sanggup merintanginya kalau tidak diizinkan oleh Allah. Dia tidak percaya bahwa dia akan ditimpa bahaya, kalau tidak telah tertulis dalam Lauh Mahfudz lebih dahulu dalam ilmu Allah. Dia selalu berbaik sangka kepada Allah.
Shallu ‘alan Nabi…
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد
BERSAMBUNG ke bagian 146...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri