Jakarta, infoDKJ.com | Rabu, 11 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya Allah mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya orang-orang yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan tangannya waktu siang agar orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai terbit matahari dari tenggelamnya.
(hadits riwayat muslim dari Anas)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholi ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Al-Mukhallafun
(orang Yang Tidak Ikut Perang)
Perang Tabuk menjadi pelajaran yang sangat berat dari Allah SWT. Inilah ujian yang membedakan mana yang beriman dan mana yang tidak beriman
Siapa yang beriman pastilah ikut berperang Tabuk, dan bagi yang tidak beriman pastilah tidak ikut dan tinggal di rumahnya
Apa yang kemudian terjadi pada orang yang meninggalkan perang?
Tidakkah mereka malu berhadapan dengan pasukan yang kembali dengan kemenangan ini?
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya Allah mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya orang-orang yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan tangannya pada waktu siang agar orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai terbit matahari dari tenggelamnya.
hadits riwayat muslim dari Anas
Alasan Tidak Ikut Berperang
Begitu tiba di Madinah, Rasulullah ﷺ langsung masuk ke masjid dan sholat dua rakaat. Orang-orang munafik menjadi gelisah.
Maka orang-orang munafik berduyun-duyunlah mereka menghadap Rasulullah ﷺ dan mengemukakan berbagai alasan, bahkan sampai bersumpah. Jumlah mereka mencapai 80 orang lebih.
Rasulullah saw dengan seksama mendengarkan alasan yang mereka ungkapkan. Cukup lama beliau mendengarkannya setiap kalimat yang mereka lontarkan.
Meskipun tahu bahwa semua alasan itu dibuat-buat Rasulullah ﷺ menerimanya, adapun rahasia yang tersimpan dihati mereka beliau serahkan kepada Allah
Kemudian akhlak beliau terlihat disini. Tak marah. Tak juga mendendam meski telah dikecewakan orang-orang munafik tersebut. Dengan besar hati Rasulullah saw menerima segala macam alasan orang-orang munafik tersebut.
Dengan besar hati Rasulullah menerima alasan yang mereka berikan. Bahkan tak Cuma itu. Beliau juga berdo`a untuk meminta ampunan atas kesalahan yang mereka perbuat.
Sikap Rasulullah saw, sangat berbeda kepada orang-orang muslimin yang tidak ikut berperang.
Tiga orang muslim yang tidak ikut berperang Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi dan Hilal bin Umayyah Setelah mengucapkan salam kepada Rasulullah saw, beliau tersenyum. Senyum kecut yang menyebabkan kejengkelan, kemudian berkata “Marilah kesini”
Ketiganya berterus terang bahwa mereka lalai. Sebenarnya mereka dalam keadaan kuat dan mampu, namun mereka memutuskan untuk tidak berangkat. Rasulullah ﷺ menyimak dengan baik.
“Apa yang kalian katakan memang tidak bohong. Rasulullah saw memerintahkan mereka menunggu sampai wahyu Allah menentukan sendiri persoalanmu.”
Sambil menunggu wahyu, Rasulullah saw menghukum mereka dengan cara mengucilkan mereka. Tak satupun kaum muslimin boleh berbicara dengan mereka. Mereka diasingkan. Sebuah sangsi moral dan sosial yang teramat sangat menyiksa.
Kaab menuturkan tentang dirinya sendiri:
”semua orang menjauhkan diri dari kami dan mereka berubah sikap terhadap kami sehingga aku merasa seolah-olah bumi yang kupijak ini bukanlah bumi yang kukenal!”
”Sementara Murarah bin Ar Robi dan Hilal bin Umayyah” berkata
Menghabiskan hari-hari mereka dengan berdiam diri di dalam rumah dan terus menangis penuh rasa sesal, sedangkan Kaab yang masih muda dan berwatak keras tetap keluar rumah.
Puluhan hari sudah, ketiganya terasing entah sampai kapan, bahkan istri-istri mereka pun diperintahkan menjauh oleh Rasulullah saw. selama 40 hari. Dunia serasa terasa gelap dan pekat. Mereka menanti-nanti Allah saw menurunkan wahyu-Nya agar hukuman tersebut segera selesai.
”Setelah lama dikucilkan kaum muslimin aku berjalan menyelusuri pinggiran tembok rumah Abu Qatadah. Ia saudara misanku dan orang yang paling kusukai. Sebelum masuk rumahnya aku mengucapkan salam, tetapi demi Allah dia tidak membalas salamku”
Ia kupanggil-pangil: ”Hai Abu Qatadah, apakah engkau mau memberi tahu kepada ku, apa sebenarnya yang diinginkan Allah dan Rasul-Nya?.”. Ia tetap diam tiada sahutan
”Kuulang lagi pertanyaanku namun dia juga tetap diam.
” Kuulang sekali lagi, dan akhirnya dia menyahut:”
Allah dan Rasulnya lebih tahu katanya
Aku menangis sambil terus menelusuri pingggiran tembok rumahnya
Pada suatu hari aku aku sedang berjalan di pasar Madinah, tiba-tiba seorang asing penjaja kue yang datang dari Syam bertanya-tanya:
”Siapakah yang dapat membantu saya menunjukkan orang yang bernama Kaab bin Malik?” Banyak orang menunjuk kepada ku.
”Ia kemudian menghampiriku dan menyerahkan sepucuk surat dari Raja Ghassan kepada Kaab bin Malik”
Setelah kubaca ternyata berisi sebagai berikut:
“Amma ba`du, kudengar Muhammad telah mengucilkan dirimu. Tuhan tidak akan membuat dirimu hina dan nista. Datanglah kepadaku engkau pasti kuterima dengan baik.”
Kaab berkata pada dirinya sendiri,
“Ini juga termasuk cobaan!”
Setelah itu, dilemparkannya surat itu ke dalam api. Berbeda dengan kedua temannya, yang selalu menangis, Kaab masih terus datang ke masjid untuk sholat berjamaah. Dia bahkan selalu memberi salam kepada Rasulullah ﷺ.
Namun Kaab tidak bisa mendengar apakah Rasulullah ﷺ membalas salamnya atau tidak. Kaab menuturkan,
“Kemudian aku sholat di dekat Rasulullah ﷺ sambil melirik kearah beliau. Ternyata pada saat aku masih sholat beliau memandangku, namun setelah selesai sholat dan aku menoleh kepadanya beliau yang memalingkan muka”.
Setelah empat puluh hari datanglah utusan Rasulullah saw. Kepadaku. Ia berkata:
”Rasulullah saw. Memerintahkan supaya engkau menjauhkan diri dari istrimu”
Aku bertanya: ”Aku bertanya apakah ia harus aku cerai, ataukah bagaimana”
Ia menjawab: ”Tidak! Engkau harus menjauhinya, tidak boleh mendekatinya!”
Kepada dua orang temanku (yang senasib denganku), Rasulullah saw, juga menyampaikan hal yang sama.
Kukatakan kepada istriku:
”Pulanglah engkau kepada keluargamu, tetap tinggal di tengah-tengah mereka sampai Allah swt. menetapkan keputusan-Nya mengenai persoalanku”
Istri teman senasibku Hilal bin Humayyah datang menghadap Rasulullah saw, dan berkata:
”Ya Rasulullah saw, Hilal bin Humayyah orang yang sudah lanjut usia dan tidak mempunyai pembantu, apakah anda tidak senang aku membantunya?”
Beliau menjawab:
”Bukan begitu, tapi dia jangan mendekatimu!”
Wanita itu berkata lagi:
”Demi Allah, ia tidak bisa berbuat apa-apa . Sejak ia menghadapi persoalan yang anda ketahui itu hingga sekarang ia masih tetap menangis...!”
Tinggal sepuluh hari lagi lengkaplah masa waktu lima puluh hari sejak Rasulullah saw, mencegah kaum muslimin bercakap-cakap dengan kami....
Tepat pada hari ke lima puluh aku bersembahyang subuh di serambi rumahku. Seusai shalat aku duduk memkirkan keputusan apa yang akan ditetapkan Allah dan Rasul-Nya atas diriku.
Aku sangat merasa sedih bumi yang amat luas ini serasa sempit bagiku.
Tiba-tiba kudengar seorang berteriak di bukit Sili: ”Hai Ka`ab bin Malik gembiralah”
Seketika itu juga aku bersujud dan bersyukur bahwa ampunan Allah telah datang.
Setelah mengimami sholat subuh berjamaah. Rasul Allah saw. Mengumumkan kepada kaum muslimin bahwa Allah telah bekenan menerima tobatku dan mengampuni dosaku.
Banyak orang berdatangan memberitahukan kabar gembira itu kepada ku dan kepada dua orang temanku Murarah Bin Ar-Rabi’ dan Hilal bin Umayyah.
Kemudian datanglah lelaki penunggang kuda yang berteriak di atas bukit yang memberi kabar gembira kepadaku, kulepas dua baju yang aku pakai, kemudian dua-duanya kuberikan kepadanya dengan senang hati. Demi Allah aku tidak mempunyai baju selain yang dua itu.
Aku berusaha mencari pinjaman dua baju ke orang lain, dan setelah kupakai segera aku menemui Rasulullah saw!. Banyak orang menyambut kedatanganku dengan mengucapkan selamat atas ampunan Allah yang telah aku terima. Mereka berkata ”Engkau tentu gembira sekali memperoleh ampunan Ilahi”
Aku kemudian masuk kedalam masjid. Kulihat Rasullulah saw. Sedang duduk dikelilingi para sahabatnya. Thalhah bin Ubaidillah berdiri kemudian berjalan tergopoh-gopoh menghampiriku, menjabat tanganku dan mengucapkan selamat kepadaku.
Setelah mengucapkan salam kepada Rasulullah saw, beliau dengan wajah berseri-seri kegirangan berkata:
”Gembiralah menyambut hari baik yang belum pernah engkau alami sejak lahir dari kandungan ibumu” katanya_
Aku bertanya: ”Apakah itu dari anda sendiri ya Rasulullah atau dari Allah?.”.
Beliau menjawab : ”Bukan dari aku, melainkkan dari Allah...!”
Sebagaimana biasa, bila Rasul Allah saw, sedang merasa gembira, wajahnya bersinar laksana bulan. Dari wajah beliau itulah kami mengetahui bahwa beliau merasa gembira.
Setelah duduk didepan beliau aku berkata: ”Ya Rasul Allah saw, sebagai tanda tobatku, aku hendak menyerahkan seluruh harta bendaku kepada Allah dan Rasulnya...!”
Tetapi beliau menjawab:
”lebih baik engkau pertahankan sebagian dari hartamu itu”
Kujawab: ”Kupertahankan bagianku yang dari Khaibar saja”
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya Allah mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya orang-orang yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan tangannya pada waktu siang agar orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai terbit matahari dari tenggelamnya.
hadits riwayat muslim dari Anas
Shallu ‘alan Nabi…
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Selanjutnya bersambung ke bagian 148...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri