Jakarta, infoDKJ.com | Selasa, 24 Juni 2025
PERIODE MADINAH
RASULULLAH SAW WAFAT
KISAH RASULULLAH ﷺ
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun
Suara tangis kian mengepung ruang kamar Aisyah.
Apa yang dilakukan Abu Bakar membuat suasana makin mengharu. Namun Abu Bakar berusaha untuk tegar dan tabah. Dia membalikkan badannya dan berjalan keluar menuju masjid.
Kerumunan orang semakin ramai, Umar masih tampak di sana tetap mencoros. Abu Bakar segera menghampiri Umar.
Abu Bakar berkata: “Tenanglah Umar.”
“Wahai Umar, silakan duduklah,” kata Abu Bakar. Namun Umar enggan untuk duduk.
Orang banyak pun mengerumuni Abu Bakar dan membiarkan Umar di situ. Abu Bakar berkata kepada semua yang hadir:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Nazak (Sakaratul Maut)
(Dikutip dari Sirah Nabawiyah hlm. 766 dan The Great Story of Muhammad hlm. 578)
Detik-detik wafatnya Rasulullah ﷺ akhirnya tiba. Sakitnya kian parah. Saat sakaratul maut datang, Aisyah menyandarkan tubuh beliau ke pangkuannya. Aisyah berkata:
Saat itu datanglah Abdul Rahman bin Abu Bakar (ponakan Aisyah), anak Salma Abu Bakar, yang masuk ke kamar dengan memegang kayu siwak. Rasulullah ﷺ memperhatikan siwak tersebut. Aisyah sadar bahwa Rasulullah ﷺ menyukai siwak.
Maka Aisyah bertanya: “Maukah aku ambilkan untukmu, Rasulullah?” Rasulullah ﷺ mengangguk. Aisyah meminta siwak dari Abdul Rahman dan memberikannya kepada Rasulullah. Karena siwaknya agak keras, Aisyah berkata: “Biarkan aku melunakkannya.”
Rasulullah mengangguk.
Aisyah pun melembutkan siwak itu, lalu menggosokkannya dengan sangat pelan. Rasulullah ﷺ kemudian mencelupkan kedua tangannya ke dalam bejana air di hadapannya, lalu mengusap wajahnya dan berkata:
“Tidak ada Tuhan selain Allah. Sesungguhnya kematian itu ada dan ada sekaratnya.” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain disebutkan, setelah bersiwak sepuasnya, Rasulullah ﷺ mengangkat tangannya, menunjuk ke langit, dan matanya menatap dengan sayu. Mulutnya bergerak lirih. Aisyah mendengar ucapan terakhir Rasulullah ﷺ:
“Bersama para nabi yang Engkau beri nikmat, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang shalih.
Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, pertemukanlah aku dengan Kekasih yang Tertinggi.
Ya Allah, Ya Tuhanku, Kekasih yang Tertinggi.”
Rasulullah ﷺ mengulanginya sebanyak tiga kali:
“Ya Allah, Ya Tuhanku, Kekasih yang Tertinggi.”
“Ya Allah, Ya Tuhanku, Kekasih yang Tertinggi.”
“Ya Allah, Ya Tuhanku, Kekasih yang Tertinggi.”
Lalu tangannya terkulai lemah, mulutnya tak lagi bergerak.
Tubuh beliau jatuh ke pangkuan Aisyah. Tak lagi bernyawa.
Rasulullah ﷺ kembali ke haribaan Sang Maha Tinggi.
Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
"Sesungguhnya kita milik Allah, dan kepada-Nya kita kembali."
(QS. Al-Baqarah: 156)
Aisyah memeluk jasad suaminya tercinta. Nafasnya sudah tidak berembus. Matanya tertutup rapat, bibirnya tersenyum.
Ia pegangi seluruh tubuh Rasulullah ﷺ, sudah tak bergerak.
Aisyah tak kuasa menahan tangis menghadapi kenyataan di hadapannya.
Di pangkuannya kini, sosok manusia agung telah tiada.
Aisyah berucap:
“Ini adalah jasad suami tercinta yang mengasihiku selama ini.
Yang tak pernah memarahiku, tak pernah memukulku,
tak pernah mencaciku.
Hanya kelembutan, kata halus, senyuman, dan tatapan sejuk darinya.
Manusia mulia yang tidak pernah makan kenyang,
tidak tidur beralaskan kasur empuk,
tidak pernah mencaci makanan.
Kini semuanya telah berakhir.”
Dengan suara isak, Aisyah berkata:
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”
Seisi ruangan mengucap kalimat yang sama. Tangis pun pecah.
Jasad Rasulullah ﷺ diletakkan di atas pembaringan beralaskan pelepah kurma.
Wafatnya terjadi saat matahari sudah naik (waktu Dhuha), hari Senin 12 Rabiul Awal tahun ke-11 Hijriah. Usia beliau 63 tahun lebih 4 hari.
Aisyah berkata:
“Di antara anugerah Allah kepadaku adalah saat Rasulullah wafat di rumahku, di hari giliranku, di antara dada dan leherku, dan menautkan antara liurku dan liur Rasulullah.”
Putri beliau, Fatimah, mengucapkan:
“Duhai ayahku, engkau menyahut seruan Tuhanmu.”
“Duhai ayahku, surga Firdaus adalah tempatmu.”
“Duhai ayahku, kepada Jibril kami bertakziah atas kepergianmu.”
Duka Para Sahabat
Berita duka menyebar cepat, awan kelabu menyelimuti Madinah.
Anas berkata:
“Hari kedatangan Rasulullah adalah hari paling cerah dan bercahaya.
Tapi hari wafatnya Rasulullah adalah hari paling gelap dan muram.”
Sikap Umar
Umar bin Khattab berdiri di hadapan orang banyak dan berkata:
“Beberapa orang munafiq berkata Rasulullah wafat.
Tidak! Beliau hanya pergi menemui Tuhannya sebagaimana Musa bin ‘Imran.
Demi Allah, beliau akan kembali! Siapa yang mengatakan Rasulullah wafat, akan kupotong tangan dan kakinya!”_
(HR. Ibnu Hisyam)
Pendirian Abu Bakar
Abu Bakar menyambuk kudanya dari Sanh. Tiba di masjid, ia langsung masuk ke rumah Aisyah. Ia melihat jasad Rasulullah ﷺ ditutupi kain. Perlahan ia membuka kain itu, memeluk dan mencium pipi Rasulullah ﷺ.
Air mata Abu Bakar mengalir. Ia berbisik:
“Demi ayah dan ibuku, betapa baik hidupmu dan betapa baik pula matimu.”
“Sungguh engkau telah merasakan kematian yang ditetapkan atasmu,
namun setelah itu, engkau akan hidup dan tidak akan mati selamanya.”
Abu Bakar lalu keluar ke masjid. Umar masih berbicara lantang.
Abu Bakar berkata:
“Tenanglah Umar!”
Namun Umar tak menggubris.
Abu Bakar lalu menyampaikan kepada orang banyak:
“Siapa yang menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa Muhammad telah wafat.
Siapa yang menyembah Allah, ketahuilah bahwa Allah Maha Hidup dan tidak akan mati.”
Lalu ia membaca firman Allah:
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul.
Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.
Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu akan berbalik ke belakang (murtad)?
Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun.
Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
(Ali Imran: 144)
Ibnu Abbas berkata:
“Demi Allah, banyak orang baru tahu ayat ini setelah Abu Bakar membacakannya.”
Ibnu Musayyab berkata:
Setelah mendengar Abu Bakar, kaki Umar tak mampu berdiri.
Ia jatuh ke tanah dan sadar bahwa Rasulullah telah wafat.”
Umar berjalan keluar dari masjid, menjauh, menyendiri.
Ia menangis dalam kesendirian.
Kini ia benar-benar yakin bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat.
(HR. Bukhari)
Shallu ‘alan Nabi…
اللهم صل وسلم وبارك عليه
(BERSAMBUNG ke bagian 160 dari 162)
P