Jakarta, infoDKJ.com | Rabu, 4 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Menaklukkan kota tha’if dengan cara sederhana
Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa musuh mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk bertempur berbulan-bulan. Rasulullah saw, meminta pendapat Naufal bin Muawiyah:
”Mereka adalah Rubah di dalam lubang. Jika engkau tetap mengepung mereka, merekapun bertahan. Namun jika engkau tinggalkan mereka, merekapun tidak akan berbahaya” kata Naufal.
BUKU GREAT RASULULAH Hal 512
Buku Fiqhus Sirah hal 648
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholi ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Pengejaran Orang Musyrik
Pasukan Muslim terus mengejar musuh sampai ke atas bukit. Di tempat ini kaum Hawazin dihancurkan sama sekali. Duraid si buta juga terbunuh. Dan Malik bin Auf pemimpinnya lari ke dalam kota Tha’if dan berlindung di sana.
Setelah pasukan musuh kalah telak, sebagian diantara mereka ada yang lari ke “Thaif, Nakhlah, dan Authas”.
Karena itu mengirim Nabi saw mengirim sekumpulan orang yang dipimpin Abu Amir al-Asy`ari untuk mengejar sampai Authas”.
Kedua belah pihak terlibat perang beberapa saat. Akhirnya orang-orang Musyrik dapat dikalahkan.
Sementara, kelompok penunggang kuda dari pasukan Muslim lainnya melakukan pengejaran terhadap kaum Musyrik lainya yang lari menuju Nakhlah. Duraid bin ash-Shammah yang buta dapat ditangkap dan di bunuh.
Malik Bin `Auf bersama beberapa orang tokoh lainnya dari kalangan pengikutnya terpaksa lari ke Tha`if untuk bertahan di dalam perbentengan kota tersebut. Mereka lari meninggalkan banyak ghanimah.
Tidak lama setelah pasukan musuh terpukul berantakan. Mereka lari meninggalkan semua istri, anak, dan harta mereka. 70 musuh terbunuh. Sebanyak 6.000 tawanan perang, 24.000 unta, 40.000 kuda dan 4.000 uqiyah perak direbut kaum Muslimin.
Rasullulah mengumpulkannya semua di Jira`nah dan sebagai penanggung jawab dipercayakan ke Ma`sud bin Amr al-Ghifari.
Barang-barang Jarahan Perang
Rasulullah saw, tidak berminat membagikan barang-barang jarahan perang (Ghanimah) yang ditinggal pasukan “Malik bin Auf”, karena itu beliau berharap mereka akan datang kepada beliau dan ber taubat kepada Allah.
Bila beliau berbuat demikian, maka mereka akan mendapatkan kembali semua miliknya yang telah jatuh ketangan Muslimin tersebut.
Dengan maksud itu beliau menunggu beberapa hari, tetapi tak seorang pun dari mereka yang datang.
Dalam peperangan itu turunlah Firman Allah
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu),
maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
Surah At-Taubah (9:25)
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
Surah At-Taubah (9:26)
Perutusan Kabilah Hawazin Menghadap Nabi Allah swt
Setelah seluruh harta rampasan selesai dibagi, ada 14 utusan Hawazin datang untuk masuk Islam, dipimpin Zuhair bin Shurad. Diantara mereka ada pula paman nabi dari satu susuan Abu Burqan. Selesai di bai`at mereka berkata :
”Wahai Rasulullah, sesungguhnya diantara tawanan yang engkau tangkap itu, ada ibu-ibu dan remaja putri, ada bibi dari ayah dan ibu, dan mereka adalah kaum yang lemah”
”Kalian apa yang ada disini. Bagaimanapun juga, aku paling suka perkataan yang jujur. Mana yang lebih kalian cintai, Wanita dan anak-anak kaliankah ataukah harta kalian” tanya Rasulullah saw.
Mereka menjawab:
”Kami tidak dapat menukar keturunan kami dengan apapun juga”
Akhirnya mereka mengembalikan seluruh tawanan Wanita dan anak-anak yang sebelumnya telah dibagi-bagi.
Kota Tha`if di kepung
Perang Hunian yang dipelopori orang-orang Bani Hawazin, dan Bani Tsaqif (Tha`if) yang menolak kekuasaan Rasulullah saw di Makah akhirnya bisa dikalahkan pasukan Muslim.
Setelah terpukul mundur dalam perang tersebut. orang-orang Bani Hawazin, akhirnya menemui Rasullah saw, untuk bertaubat.
Sekutu Kabilah Hawazin yaitu Bani Tha`if di Perang Hunain.
Lain halnya dengan Bani Tha`if, setelah terpukul di perang Hunain dan mereka berlindung di dalam benteng-benteng dan mereka siap menghadapi kepungan lama.
Kemudian Rasullah saw bergerak menuju Tha`if. Ditengah perjalanan, rasulullah melewati benteng Malik Bin `Auf al-Nashri dan memerintahkan agar benteng itu dihancurkan. Beliau melanjutkan perjalanan hingga tiba di Tha`if.
Pasukan musuh telah berlindung di balik benteng dengan membawa perbekalan yang cukup untuk satu tahun. Rasulullah memerintahkan mengepung benteng tersebut. Orang bani Tha`if melancarkan serangan-serangan dengan panah sehingga mengenai beberapa pasukan Muslim.
Pasukan Muslim mengepung kota Tha’if. Lantas mereka kemudian menyerang dengan manjaniq dan “thank” Thank ini berbentuk seperti rumah kura-kura yang besar
Para prajurit maju dan dengan sengaja berlindung di bawahnya untuk mengebor dinding. Namun musuh yang cerdik menuangkan besi panas hingga “thank” itu terbakar.
Pertempuran keras merebut benteng tidak berhasil. Rasulullah ﷺ memakai cara lain. Beliau memerintahkan agarkebun kurma dan anggur Thaif yang terkenal itu dibakar dan ditebang.
Namun, karena pihak musuh memohon agar beliau tidak melakukan itu. Rasulullah ﷺ pun membatalkan perintahnya. Pengepungan itu berjalan cukup lama +/- 15 hari
Beliau juga berkata kepada musuh, “Siapa pun yang turun dari benteng dan datang ke sini maka dia bebas.”
Maka 20 orang pun turun dari benteng dan bergabung dengan pasukan Muslim. Diantaranya ada yang dijuluki Abu Bakrah./tukang kerek Pekerjaannya memanjat dinding benteng Tha`if lalu menjulurkan kerekan bundar untuk mengambil air minum.
Dari merekalah Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa musuh mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk bertempur berbulan-bulan. Rasulullah saw, meminta pendapat Naufal bin Muawiyah:
”Mereka adalah Rubah di dalam lubang. Jika engkau tetap mengepung mereka, merekapun bertahan. Namun jika engkau tinggalkan mereka, maka merekapun tidak akan berbahaya” kata Naufal
Karena itu beliau memutuskan untuk menarik mundur pasukannya.
Salah seorang sahabat berkata,
“Ya Rasulullah berdoalah bagi kemalangan orang-orang Bani Tsaqif di Tha`if. Karena mereka telah banyak meluka kitai”
Walaupun dulu Rasulullah saw, sempat di lempari dengan batu oleh penduduk setempat waktu berdakwah hingga berdarah darah, Namun Rasulullah ﷺ yang bijak dan penyayang malah berdoa
“Ya Allah berikanlah petunjuk kepada penduduk Tha`if dan berkahilah mereka.”
Mengembalikan Tawanan Thaif
Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya meninggalkan kota Thaif.
Di Ji’rona, mereka berhenti dan menetap selama 10 hari untuk membagikan harta rampasan dan para tawanan perang. Di antara para tawanan ada seorang wanita tua yang berkata kepada para sahabat,
“Kamu tahu bahwa aku masih saudara sesusuan dengan pemimpin kamu itu?” Setengah tidak percaya mereka membawa wanita itu ke hadapan Rasulullah ﷺ.
Ternyata Rasulullah ﷺ segera mengenalinya walau pun sudah begitu lama tidak bertemu dengan wanita itu. Dia adalah Syaimah binti Al Harist, Putri Halimah as-Sa’diyah, ibu susuan Rasulullah ﷺ.
Rasulullah segera menghamparkan jubahnya, dan mempersilahkan Syaimah duduk di situ. Ketika beliau bertanya apakah dia ingin tinggal bersama beliau, Syaimah lebih memilih pulang kembali ke kabilahnya. Maka Rasulullah ﷺ pun membebaskan Syaimah.
Setelah itu datanglah para Utusan dari Bani Hawazin. Mereka meminta agar Rasulullah ﷺ memulangkan harta, wanita, dan anak-anak yang tertawan.
“Rasulullah, di antara para tawanan itu terdapat juga bibi-bibimu dari pihak ayah dan ibu-ibu yang dulu pernah memeliharamu.”
Jika sekiranya kami menyusui Haris bin Abi Syimr atau Nu’man bin Al Mundzir, kemudian ia datang melihat keadaan kami seperti yang kami alami sekarang ini, tentu kami manfaatkan dan kami mintai belas kasihnya.
Para utusan ini mengingatkan bahwa ketika kecil dulu Rasulullah ﷺ pernah dirawat di lingkungan mereka. Hati Rasulullah ﷺ yang penyayang amat terharu mendengarnya.
Tahu berterimakasih dan mengingat budi orang lain sudah menjadi bawaan sifat Rasulullah ﷺ. Beliau pun bertanya,
“Anak-anak dan istri-istri kamu ataukah harta kamu yang lebih kamu sukai.”
“Rasulullah kami disuruh memilih antara harta dan sanak keluarga kami?”
“Mengembalikan istri-istri dan anak-anak kami tentu lebih kami sukai.”
Di hadapan pasukannya Rasulullah ﷺ mengumumkan bahwa beliau dan keluarganya melepaskan anak-anak dan kaum wanita Hawazin. Melihat itu, serentak para sahabat pun segera melepaskan para tawanan dengan berkata
“Apa yang ada pada kami, kami serahkan kepada Rasulullah.”
Rasulullah ﷺ akhirnya menaklukkan Tha’if dengan cara sederhana. Beliau menawarkan kepada Malik bin Auf untuk masuk Islam dan seluruh keluarga serta hartanya akan dikembalikan, ditambah 100 ekor unta.
Akhirnya pemimpin pasukan musuh di Perang Hunain itu memeluk Islam di ikuti kaumnya.
Sedangkan orang-orang Bani Tha`if beberapa bulan kemudian mengirimkan perutusan ke Madinah menghadap Rasulullah saw, dan dengan Ikhlas menyatakan masuk keinginan masuk Islam.
Shallu ‘alan Nabi…
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke bagian 141...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri