Jakarta, infoDKJ.com | Warga Kedoya Selatan, Jakarta Barat, bersama anggota DPRD DKI Jakarta, menyatakan penolakan tegas terhadap rencana pengalihan fungsi Lapangan Sepak Bola Pilar menjadi arena olahraga padel. Isu ini memicu reaksi keras dari warga RW 03, Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, yang menganggap lapangan tersebut sebagai satu-satunya ruang olahraga dan hiburan masyarakat setempat.
Lapangan Pilar yang berlokasi di Jl. Pilar Baru No.34, RT 04/RW 03, Kedoya Selatan, telah lama menjadi pusat kegiatan olahraga warga. Saat ini, kekhawatiran mencuat karena rencana alih fungsi lahan ini dinilai mengancam akses masyarakat terhadap ruang terbuka publik yang inklusif.
Suara Penolakan dari DPRD DKI Jakarta
Penolakan pertama datang dari Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Yudha Permana, dalam rapat bersama Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI Jakarta di Gedung DPRD DKI pada Rabu (23/7/2025).
"Jangan demi bisnis atau pemasukan selalu mengikuti tren yang ada. Lapangan bola ini kebutuhan warga. Bukan sekadar lahan kosong," tegasnya.
Yudha menyebutkan bahwa gejolak sosial mulai terlihat di lapangan. Spanduk, banner, dan mural penolakan sudah mulai dipasang oleh warga sebagai bentuk aspirasi kolektif.
Sementara itu, Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta, Inad Luciawati, juga menyuarakan penolakan yang sama.
“Saya tidak setuju. Sekarang ini saja, lahan untuk lapangan sepak bola di Jakarta Barat sudah sangat minim. Jangan hanya memikirkan tren atau potensi pemasukan, sementara kebutuhan masyarakat diabaikan,” ujarnya kepada wartawan pada Jumat (25/7/2025).
Warga: Lapangan Ini Satu-Satunya Sarana Olahraga
Warga RW 03, terutama pengguna aktif lapangan, merasa kecewa atas isu tersebut. Iskandar (45), warga RT 05 RW 03 yang rutin bermain bola di sana, menilai rencana alih fungsi sangat tidak berpihak kepada masyarakat kecil.
“Lapangan olahraga warga ya cuma ini doang. Kalau dijadikan lapangan padel, kita olahraga di mana?” ujarnya saat ditemui Kamis (24/7/2025).
Ia juga menilai padel sebagai olahraga yang tidak inklusif.
“Padel itu olahraga kelas menengah ke atas. Kalau ini jadi lapangan padel, aksesnya pasti terbatas. Kita butuh tempat olahraga, bukan tren gaya hidup,” tegasnya.
Iskandar menambahkan bahwa warga bisa bermain bola setiap sore tanpa biaya. Sementara lapangan padel komersial sudah ada di sekitar kawasan tersebut.
Mural Penolakan Menggema di Tembok Lapangan
Pantauan awak media di lokasi menunjukkan bahwa perlawanan warga dilakukan secara terbuka dan kreatif. Dinding luar lapangan dipenuhi coretan mural dan tulisan-tulisan bernada protes, antara lain:
🔸 "Padel is not my style"
🔸 "Olahraga bukan hanya milik si kaya"
🔸 "Rakyat kecil butuh ruang bersenang-senang"
🔸 "Jangan ganggu hobi kami"
🔸 "Jangan ganggu hiburan rakyat"
Mural-mural ini menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap kebijakan yang dianggap mengabaikan aspirasi warga dan hak atas ruang publik.
Warga Minta Pemprov DKI Tinjau Ulang Rencana
Masyarakat berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Dispora dapat meninjau ulang rencana ini dan lebih peka terhadap kepentingan warga kecil. Mereka menuntut agar lapangan Pilar tetap menjadi sarana olahraga rakyat, bukan dialihfungsikan demi kepentingan bisnis atau tren sesaat.
"Lapangan bola bukan sekadar tempat main bola, tapi simbol ruang kebersamaan dan hiburan warga. Jangan diganggu," pungkas Robbi, tokoh muda RW 03 Kedoya Selatan.
(Robby)