Jakarta, infoDKJ.com | Sabtu, 16 Agustus 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak bisa hidup sendiri. Ada kalanya kita menghadapi kesulitan, lalu datang seseorang yang membantu tanpa pamrih. Begitu pula sebaliknya, kita mungkin pernah menolong orang lain dalam keadaan tertentu.
Namun, satu hal penting yang sering dilupakan: budi baik tidak pernah dianggap lunas, meski sudah dibalas.
🌾 Budi Baik Bukan Transaksi
Dalam budaya ketimuran, dikenal istilah “hutang budi”, yakni perasaan berutang karena telah menerima kebaikan. Sayangnya, banyak orang terjebak pada pola pikir transaksional: jika sudah membalas, maka selesai urusan.
Padahal, dalam pandangan Islam, menghargai kebaikan orang lain adalah akhlak mulia yang tak boleh putus.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.”
(HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi)
Hadits ini mengajarkan bahwa menghargai jasa manusia merupakan bagian dari syukur kepada Allah. Maka, meskipun kita sudah membalas kebaikan, jangan pernah merasa cukup dan berlepas diri.
💞 Jangan Lupakan Kebaikan Orang
Allah SWT berfirman:
“Dan balasan kebaikan itu tidak lain kecuali kebaikan (pula).”
(QS. Ar-Rahman: 60)
Ayat ini menegaskan bahwa membalas kebaikan memang dianjurkan. Namun lebih dari itu, harus diiringi dengan rasa syukur dan kesadaran yang terus dijaga.
Artinya, kebaikan orang lain hendaknya selalu kita ingat, sekalipun ia sendiri sudah melupakannya.
✨ Balas Budi dengan Ikhlas, Bukan Untuk Diingat
Sebaliknya, saat kita berbuat baik kepada orang lain, jangan berharap balasan. Jangan pula mengungkit-ungkitnya. Bahkan kalau bisa, anggaplah kita belum pernah berbuat apa-apa.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Tiga golongan yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat...: orang yang suka mengungkit pemberiannya, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan pakaiannya karena sombong.”
(HR. Muslim)
Mengungkit kebaikan bisa menghapus pahala dan mencederai keikhlasan. Maka, jika kita membalas kebaikan seseorang, lakukanlah semata-mata karena Allah, bukan karena ingin menutup “utang budi” atau sekadar terlihat baik.
🌿 Penutup: Jadilah Manusia yang Penuh Syukur dan Ikhlas
Hidup ini akan lebih indah jika kita jadikan kebaikan sebagai siklus tanpa akhir:
- Ketika menerima kebaikan, jangan pernah lupa.
- Ketika memberi, jangan pernah ingat.
Inilah adab dan akhlak Islami yang menjadikan hati lapang, jiwa tenang, dan hidup penuh keberkahan.
🌸 Ingatlah selalu kebaikan orang lain. Lupakanlah kebaikan diri sendiri. Di situlah letak kemuliaan jiwa.