Jakarta, infoDKJ.com | Jumat, 29 Agustus 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Dalam perjalanan hidup, manusia selalu dihadapkan pada pilihan antara jalan yang haq (benar) dan jalan yang bathil (salah). Jalan yang haq adalah jalan yang sesuai dengan syariat Allah, penuh dengan kejujuran, keadilan, serta menjunjung tinggi akhlak mulia. Sementara itu, jalan yang bathil adalah jalan yang bertentangan dengan aturan Allah, dipenuhi tipu daya, kezhaliman, dan pelanggaran hukum.
Daya tarik dunia sering kali menggoda manusia untuk menempuh jalan bathil demi keuntungan cepat dan kemewahan sesaat. Namun Allah menegaskan bahwa kebathilan, sekuat apa pun tampak di mata manusia, pasti akan hancur ketika berhadapan dengan kebenaran.
Allah ï·» berfirman:
“Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.”
(QS. Al-Isra’: 81)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa setiap upaya yang dibangun di atas kebathilan tidak akan pernah kokoh, meskipun untuk sementara terlihat berjaya.
Rasulullah ï·º juga bersabda:
“Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini mengajarkan bahwa dalam keadaan apa pun, seorang mukmin harus tetap berpegang pada keadilan dan kebenaran, meskipun terasa berat atau merugikan diri sendiri secara duniawi.
Menegakkan kebenaran memang ibarat memegang bara api — panas, menyakitkan, dan penuh tantangan. Namun, mereka yang istiqamah akan meraih kemenangan sejati: ketenangan hati, kebahagiaan abadi, keberkahan hidup di dunia, serta keselamatan di akhirat.
