Jakarta, infoDKJ.com | Selasa, 26 Agustus 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Hidup ini penuh dengan perbedaan. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing, dengan profesi yang beragam: ada yang menjadi pekerja, pedagang, petani, peternak, guru, dan lain sebagainya. Namun, sering kali kita menilai kehidupan orang lain hanya dari luarnya saja, lalu mengira profesi mereka lebih enak dibandingkan profesi kita sendiri.
Seorang pedagang mungkin berpikir pekerja itu enak karena memiliki pendapatan tetap, sementara penghasilan pedagang tidak menentu. Sebaliknya, seorang pekerja bisa saja beranggapan pedagang lebih enak karena bebas mengatur waktunya tanpa tekanan atasan.
Inilah yang dalam bahasa Jawa disebut “wang sinawang” — hanya melihat kehidupan orang lain dari luar, tanpa benar-benar tahu kondisi sebenarnya. Padahal, setiap profesi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang benar-benar sempurna, dan tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk.
Takdir Allah yang Sempurna
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan tidaklah mungkin bagi seorang manusia bahwa Allah berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir, atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat), lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki.”
(QS. Asy-Syura: 51)
Ayat ini mengingatkan bahwa Allah SWT memiliki rencana yang sempurna bagi setiap hamba-Nya. Kita tidak akan mampu memahami sepenuhnya apa yang dikehendaki Allah. Karena itu, kewajiban kita adalah menerima dan mensyukuri takdir yang telah ditentukan.
Fitrah Setiap Manusia
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada seorang pun yang dilahirkan melainkan dia berada di atas fitrah (sunnah Allah). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah yang sama. Perbedaan yang muncul kemudian adalah hasil dari lingkungan dan pilihan hidup masing-masing. Maka, sebaiknya kita fokus pada diri sendiri, menerima, dan mensyukuri apa yang Allah berikan, bukan sibuk membandingkan diri dengan orang lain.
Syukur Kunci Kebahagiaan
Allah SWT juga berfirman:
“Dan bersyukurlah kepada nikmat Allah, jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya.”
(QS. An-Nahl: 114)
Ayat ini menegaskan bahwa syukur adalah bagian dari ibadah. Dengan mensyukuri setiap nikmat, sekecil apa pun, kita akan lebih mudah menikmati hidup, tenang dalam menjalani profesi, dan bahagia dalam segala keadaan.
Penutup
Hidup bukan tentang membandingkan diri dengan orang lain, melainkan tentang bagaimana kita menjalani takdir dengan baik, ikhlas, dan penuh syukur. Jangan tertipu oleh pandangan luaran, karena setiap profesi punya tantangan dan ujian tersendiri.
Kemuliaan hidup tidak ditentukan dari apa yang terlihat di mata manusia, melainkan dari seberapa besar kita mampu bersyukur, sabar, dan ikhlas menerima ketentuan Allah SWT.