Jakarta, infoDKJ.com | Sabtu, 30 Agustus 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Dalam sebuah obrolan ringan di serambi pondok, seorang santri junior bertanya kepada seniornya:
“Kak, apa sih batasan makna dari kata sholeh? Aku ingin memahaminya, supaya bisa jadi bekal untuk diriku sendiri menjadi hamba yang sholeh, dan kelak bisa menilai dengan tepat bila menerima calon menantu di masa depan.”
Sang senior tersenyum, lalu menjawab dengan sebuah ilustrasi:
“Bayangkan sebuah kursi yang memiliki empat kaki. Bila keempat kaki itu lengkap, kursi itu kokoh dan layak dipakai. Itulah sholeh. Tapi kalau salah satu kakinya hilang, kursi itu pincang—maka ia belum layak disebut sholeh.”
Santri junior pun merenung. Ia mulai mengerti bahwa sholeh bukan hanya soal rajin memakai baju koko, jubah, atau sering terlihat di masjid. Sholeh adalah kesempurnaan dalam akhlak, kebersihan hati, serta kehadirannya yang membawa manfaat dan rahmat bagi orang-orang di sekitarnya.
Makna Sholeh dalam Islam
Kata sholeh (صالØ) dalam Al-Qur’an sering diartikan sebagai orang yang lurus, baik, bermanfaat, dan taat kepada Allah. Keshalihan tidak terbatas pada ibadah ritual, tetapi juga tercermin dalam akhlak, hubungan sosial, dan kontribusi nyata bagi lingkungan.
Allah ï·» berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, mereka itulah sebaik-baik makhluk.”
(QS. Al-Bayyinah: 7)
Ayat ini menegaskan bahwa iman dan amal sholeh harus berjalan beriringan. Iman tanpa amal bagaikan kursi tanpa kaki; sebaliknya, amal tanpa iman pun rapuh dan tidak kokoh.
Empat Kaki Kursi Keshalihan
Mengambil pelajaran dari ilustrasi sang santri senior, keshalihan dapat dianalogikan seperti kursi berkaki empat:
- Ibadah yang benar – Menunaikan sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah wajib lainnya sesuai tuntunan Rasulullah ï·º.
- Akhlak mulia – Jujur, amanah, rendah hati, sabar, pemaaf, serta santun kepada sesama.
- Kebersihan hati – Menjauhi iri, dengki, sombong, dan segala penyakit hati.
- Manfaat bagi orang lain – Kehadirannya menjadi rahmat bagi keluarga, tetangga, dan masyarakat.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)
Beliau juga menegaskan:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad dan Ahmad)
Keshalihan yang Menyeluruh
Keshalihan tidak akan utuh bila hanya menonjolkan satu sisi. Seseorang mungkin rajin sholat berjama’ah, tetapi jika lisannya kotor atau hatinya penuh iri, maka “satu kaki kursi” telah hilang. Begitu pula orang yang dermawan namun lalai sholat, ia juga belum sempurna keshalihannya.
Islam mengajarkan bahwa keshalihan yang benar adalah keshalihan yang menyeluruh (kaffah), mencakup ibadah, akhlak, hati, dan peran sosial.
Allah ï·» berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh (kaffah), dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.”
(QS. Al-Baqarah: 208)
Penutup
Menjadi sholeh bukanlah label yang diberikan manusia, melainkan pengakuan dari Allah ï·» melalui amalan yang ikhlas dan konsisten.
Mari kita jaga “empat kaki kursi” keshalihan kita, agar hidup kita kokoh di dunia dan mulia di hadapan Allah di akhirat kelak.
