Oleh: Ahmad Hariyansyah
Kesombongan adalah sifat tercela yang sering kali melekat pada diri manusia. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang dibekali akal dan nafsu, manusia memiliki potensi untuk mencapai kemuliaan, atau sebaliknya—terjerumus dalam kehinaan. Ketika cahaya akal dikalahkan oleh hawa nafsu, lahirlah perilaku buruk yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Salah satu wujud nyata dari dominasi hawa nafsu adalah kesombongan. Dalam Al-Qur’an, Allah telah mengingatkan:
"إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ"
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.”
(QS. Yusuf: 53)
Kesombongan: Penyakit Hati Sejak Awal Penciptaan
Sifat sombong bukanlah hal baru. Ia telah ada sejak awal penciptaan manusia, dan ditunjukkan pertama kali oleh makhluk yang dilaknat Allah—Iblis. Ketika Allah memerintahkan Iblis untuk sujud sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Adam ‘alaihis salam, ia menolak dengan angkuh.
Iblis merasa dirinya lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah.
"قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ ۖ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ"
“Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
(QS. Al-A’raf: 12)
Iblis melihat dari sisi lahir penciptaan, dan mengabaikan bahwa perintah itu datang langsung dari Allah. Inilah bentuk kesombongan paling berbahaya: menolak kebenaran hanya karena ego dan rasa lebih tinggi dari orang lain.
Peringatan Rasulullah ﷺ
Nabi Muhammad ﷺ memperingatkan umatnya akan bahaya kesombongan:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.”
(HR. Muslim)
Kesombongan membuat seseorang menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Dari sinilah lahir permusuhan, kezaliman, dan berbagai kerusakan di muka bumi.
Langkah Menghindari Kesombongan
-
Mengenali diri sebagai hamba
Sadari bahwa semua kelebihan hanyalah titipan Allah. Tidak ada yang benar-benar milik kita. -
Menundukkan hawa nafsu dengan ilmu dan amal
Nafsu dapat dikendalikan dengan menuntut ilmu dan mengamalkannya secara istiqamah. -
Mengingat kematian dan kehidupan akhirat
Kesadaran akan kematian melembutkan hati dan mencegah kesombongan duniawi. -
Berdoa memohon perlindungan dari sifat ujub dan takabur
Rasulullah ﷺ mengajarkan doa:“Allahumma inni a’udzu bika min syarri nafsi”
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku sendiri.”
Penutup
Kesombongan adalah penyakit hati yang menghalangi turunnya rahmat Allah. Belajarlah dari kisah Iblis—karena kesombongannya, ia diusir dari surga dan menjadi makhluk terlaknat selamanya.
Mari kita introspeksi, membersihkan hati dari sifat ujub, takabur, dan merasa diri paling benar. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang rendah hati, penuh syukur, dan diridhai-Nya.