Jakarta, infoDKJ.com | Rabu, 24 September 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Sejarah para nabi bukan sekadar kisah masa lalu, tetapi cermin yang menuntun umat manusia agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dalam Mukasyafatul Qulub (hlm. 87) disebutkan bahwa Nabi Adam `alaihis salam mewasiatkan kepada putranya, Nabi Syits, beberapa nasihat penting sebagai bentuk penyesalannya setelah terusir dari surga. Wasiat tersebut diperintahkan untuk diwariskan kepada keturunan hingga akhir zaman.
1. Jangan Terlena dengan Dunia
Nabi Adam berkata:
“Jangan merasa nyaman hidup di dunia, karena dulu aku pernah merasakan nikmat di surga, namun akhirnya aku terusir darinya.”
Dunia hanyalah tempat singgah sementara, bukan tujuan abadi. Allah Swt. berfirman:
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu, serta berlomba dalam harta dan anak keturunan…”
(QS. Al-Hadid [57]:20)
Rasulullah ï·º pun bersabda:
“Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”
(HR. Muslim)
Pesan ini menegaskan bahwa seorang mukmin harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan dunia, tidak terlena oleh kenikmatan sesaat, dan senantiasa mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
2. Jangan Mudah Mengikuti Hawa Nafsu
Wasiat kedua Nabi Adam adalah agar manusia tidak mudah menuruti hawa nafsu atau sekadar mengikuti ajakan pasangan tanpa mempertimbangkan kebenaran. Dari kelemahannya mengikuti bujuk rayu istrinya untuk memakan buah terlarang, Nabi Adam menanggung penyesalan besar.
Allah Swt. mengingatkan tentang lemahnya tipu daya setan:
“Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.”
(QS. An-Nisa [4]:76)
Namun, kelemahan manusia terletak pada hawa nafsunya. Al-Qur’an menggambarkan dahsyatnya bujuk rayu perempuan dalam kisah Nabi Yusuf:
“Sesungguhnya tipu daya wanita itu besar.”
(QS. Yusuf [12]:28)
Rasulullah ï·º bersabda:
“Tidak aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain fitnah perempuan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, seorang mukmin dituntut untuk senantiasa mengendalikan diri, tidak tergoda hawa nafsu, serta menjadikan syariat Allah sebagai pedoman dalam setiap keputusan.
Penutup
Wasiat Nabi Adam kepada Nabi Syits adalah pesan abadi bagi seluruh manusia: jangan terlena oleh gemerlap dunia dan jangan kalah oleh hawa nafsu. Dunia hanyalah persinggahan, sedangkan akhirat adalah tujuan yang sejati. Dengan menjaga diri, menahan nafsu, dan berpegang teguh pada petunjuk Allah, manusia akan selamat dari penyesalan yang pernah dialami bapak pertama umat manusia.