Jakarta, infoDKJ.com | Jum'at, 12 September 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Kesombongan adalah penghalang terbesar bagi masuknya ilmu ke dalam hati seseorang. Saat kita mendatangi seorang guru namun merasa lebih pintar, maka pintu hati seakan tertutup rapat. Tidak setetes pun hikmah akan masuk, sekalipun guru itu menyampaikan kebenaran.
Padahal, Rasulullah ï·º mengajarkan bahwa ilmu bisa datang dari mana saja, bahkan dari orang yang kita anggap lebih rendah pengetahuannya. Orang bijak akan selalu siap belajar, karena ia menyadari bahwa setiap manusia dapat menjadi gurunya — meski ia seorang anak kecil.
Allah ï·» berfirman:
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(QS. Luqman: 18)
Kesombongan dalam menerima ilmu sama bahayanya dengan kesombongan dalam bersikap kepada sesama. Nabi ï·º bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar biji sawi.”
(HR. Muslim)
Rendah hati membuat pikiran terbuka dan hati lapang untuk menerima kebenaran. Sebaliknya, hati yang sombong akan menjadikan ilmu sebagai bumerang — membutakan bahkan membinasakan pemiliknya.
Mencaci tulisan atau ucapan yang berisi kebenaran tidak akan membuat seseorang bertambah berilmu. Justru hal itu memperlihatkan kebodohan dan kesempitan hati. Orang bijak akan menjaga lisannya, sebab ia tahu kata-kata dapat menjadi penyejuk atau justru melukai.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ilmu adalah cahaya. Cahaya itu hanya akan masuk ke hati yang bersih dari kesombongan. Maka, rendahkanlah hati di hadapan siapa pun, agar kita tidak menutup diri dari hikmah yang Allah titipkan melalui lisan dan perbuatan orang lain.