Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 8 September 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW bukanlah sekadar acara seremonial. Lebih dari itu, Maulid menjadi momentum untuk menumbuhkan kembali cinta kepada Rasulullah, mengenang perjuangannya, serta meneguhkan janji untuk selalu mengikuti ajarannya.
Salah satu momen yang kerap mewarnai majelis Maulid adalah suasana haru ketika riwayat Nabi dibacakan. Air mata menetes, dada bergetar, dan hati terasa begitu dekat dengan Rasulullah SAW. Seperti kisah seorang jamaah yang menangis tersedu-sedu ketika mendengar lantunan ayat Allah tentang kasih sayang Nabi kepada umatnya:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh, telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri. Sangat berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, dan kepada orang-orang yang beriman, beliau amat belas kasih lagi penyayang.”
(QS. At-Taubah: 128)
Ayat ini menjadi cermin betapa besar cinta Rasulullah kepada umatnya. Penderitaan umat terasa begitu berat di hati beliau.
Cinta Rasulullah hingga Akhir Hayat
Menjelang wafat, Rasulullah SAW masih mengucapkan kalimat penuh cinta: “Ummati, ummati, ummati.” Beliau tidak memikirkan dirinya, melainkan memikirkan umatnya. Inilah bukti nyata cinta yang tulus tanpa batas.
Beliau bersabda:
“Setiap nabi mempunyai doa yang mustajab. Maka aku ingin menyimpan doaku sebagai syafa’at bagi umatku di hari kiamat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan betapa besar perhatian Rasulullah kepada umatnya. Beliau rela menahan doa mustajab di dunia demi menyimpannya untuk menolong umat di akhirat kelak.
Syafa’at bagi Umat yang Bershalawat
Salah satu jalan meraih syafa’at Rasulullah SAW adalah dengan memperbanyak shalawat. Beliau bersabda:
“Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.”
(HR. Tirmidzi, hasan)
Dengan bershalawat, kita mengekspresikan cinta, kerinduan, sekaligus pengakuan bahwa Rasulullah adalah teladan utama umat Islam.
Hikmah dari Tangisan Seorang Jamaah
Tangisan seorang jamaah saat mendengar riwayat Nabi bukanlah tanda kelemahan. Ia justru mencerminkan hati yang lembut—merasakan betapa besar kasih sayang Rasulullah kepada umatnya, sementara dirinya merasa belum sempurna dalam ibadah dan mengikuti sunnah beliau.
Tangisan itu lahir dari cinta, kerinduan, serta harapan untuk selalu dekat dengan Nabi SAW.
Penutup
Peringatan Maulid Nabi mengingatkan kita bahwa kelahiran Rasulullah bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk diteladani. Mari tumbuhkan cinta dengan memperbanyak shalawat, memperbaiki amal, dan meneladani akhlaknya.
Semoga dengan cinta yang tulus dan amal yang istiqamah, kita semua memperoleh syafa’at Rasulullah SAW di hari kiamat kelak.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ