Jakarta, infoDKJ.com | Jum'at, 17 Oktober 2025
Penulis: Ahmad Hariyansyah (Yansen)
Dalam perjalanan spiritual, manusia sering kali terjebak dalam kebanggaan terhadap ilmu yang dimilikinya. Ia merasa telah mengetahui banyak hal, seolah pengetahuan itu cukup untuk mengantarkan dirinya pada kebenaran hakiki. Padahal, sebagaimana dikatakan para ‘arif billah, ilmu dan paham adalah dua hal yang berbeda — dan hanya satu di antaranya yang benar-benar bisa menyingkap tabir menuju Allah.
Ilmu Bisa Dipelajari, Paham Harus Diberi
Ilmu adalah hasil dari upaya manusia — dari membaca, mendengar, dan belajar. Ia adalah cahaya yang dicari melalui usaha, sebagaimana firman Allah:
“Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
(QS. Az-Zumar: 9)
Namun, pemahaman (paham) bukan sekadar hasil dari bacaan atau logika. Ia adalah anugerah dari Allah yang menyingkap makna di balik ilmu. Seseorang bisa membaca seribu kitab, tetapi tidak semua diberi kemampuan untuk merasakan makna yang terkandung di dalamnya.
Sebagaimana firman Allah:
“Dan tidaklah kamu memperoleh pengetahuan itu melainkan sedikit.”
(QS. Al-Isra’: 85)
Ilmu mengisi pikiran, tetapi paham menembus hati. Ilmu menuntun pada pengetahuan tentang Allah, sedangkan paham mengantar pada ma’rifatullah — mengenal Allah dengan hati yang tersingkap dari hijab dunia.
Hijab yang Dibuka oleh Allah
Dalam ilmu tasawuf, pemahaman sejati disebut fahm ladunni, yaitu pemahaman yang datang langsung dari Allah, bukan hasil logika manusia. Allah berfirman tentang Nabi Khidir yang diberi pemahaman khusus:
“Dan Kami telah mengajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (ilman ladunni).”
(QS. Al-Kahfi: 65)
Inilah perbedaan antara orang yang mengerti dan orang yang mengalami.
Orang berilmu bisa menjelaskan tentang air, tetapi orang yang paham akan merasakan kesejukan air itu di hatinya.
Paham tidak bisa diraih hanya dengan rajin membaca, melainkan dengan hati yang bersih dan ikhlas, yang hijabnya telah dibuka oleh Allah. Rasulullah ï·º bersabda:
“Barang siapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui, maka Allah akan memberinya ilmu yang belum ia ketahui.”
(HR. Ahmad)
Artinya, paham bukan hasil dari banyaknya teori, tetapi buah dari amal dan ketulusan hati. Saat seseorang mengamalkan ilmunya dengan benar, Allah bukakan pemahaman baru dalam dirinya — bukan dari buku, tapi dari cahaya hati.
Tidak Semua yang Pandai Mengerti Jalan Tuhan
Sering kali manusia merasa rendah diri karena tidak sepandai orang lain dalam hal ilmu dunia. Padahal, kedekatan kepada Allah tidak diukur dari banyaknya ilmu atau gelar, melainkan dari kebersihan hati dan kejujuran niat.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)
Maka, jangan berkecil hati bila engkau tidak memiliki ilmu sebanyak orang lain.
Mungkin Allah tidak memberimu banyak pengetahuan, tetapi Dia memberimu paham — pemahaman untuk tunduk, bersyukur, dan mengenal Tuhannya.
Penutup
Ilmu adalah tangga, paham adalah cahaya.
Ilmu menuntun ke jalan, paham menuntun ke tujuan.
Ilmu mengajarkan tentang Allah, paham mempertemukanmu dengan Allah.
Maka, teruslah belajar dengan hati yang rendah.
Sebab di balik setiap ilmu yang engkau pelajari, mungkin Allah sedang menyiapkan paham yang akan menyingkap hijab antara dirimu dan-Nya.
“Dan bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarimu.”
(QS. Al-Baqarah: 282)