Jakarta, infoDKJ.com | Sabtu, 4 Oktober 2025
Oleh: Priyono J. A (Alumni BA MPKSDI-PWM DKI 2025)
KH Mas Mansoer (ejaan lama: KH Mas Mansur) lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 25 Juni 1896. Beliau adalah putra dari pasangan KH Achmad Marzoeqi dan Ny. Raudhoh.
Sejak kecil, Mas Mansoer menempuh pendidikan di Pesantren Sidoresmo, Surabaya—pesantren milik keluarganya. Pada tahun 1906, ia melanjutkan pendidikan ke Pesantren Demangan, Madura. Kemudian pada 1915, ia menimba ilmu di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Sepulang dari Mesir, KH Mas Mansoer dipercaya mengasuh dan mengajar di Pesantren An-Najjiyah, Sidoresmo. Beliau juga sempat aktif di Sarekat Islam di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto, serta turut mendirikan forum kajian Taswirul Afkar bersama KH Abdul Wahab Chasbullah.
Pada tahun 1921, Mas Mansoer bergabung dengan Persyarikatan Muhammadiyah. Enam tahun kemudian, tepatnya 1927, ia dipercaya menjadi Ketua Majelis Tarjih pertama Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada Muktamar ke-26 tahun 1937, beliau terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1937–1942.
Selain aktif di Muhammadiyah, KH Mas Mansoer juga terjun dalam dunia politik. Pada 1938, bersama Kasman Singodimedjo, ia mendirikan Partai Serikat Islam (PSI) yang dimaksudkan sebagai wadah penyaluran aspirasi umat Islam. PSI kemudian menjadi salah satu partai Islam yang ikut serta dalam Pemilu pertama Indonesia tahun 1955.
Tidak hanya itu, pada 19 Maret 1939 ia bersama R. Wiwoho dan tokoh bangsa lainnya mendirikan Gabungan Politik Indonesia (GAPI). GAPI dipelopori oleh Mohammad Husni Thamrin, anggota Volksraad, dan menghimpun berbagai partai politik, antara lain Gerindo, Parindra, Partai Pasundan, Partai Minahasa Bersatu, PSII, dan Persatuan Partai Katolik.
Pada masa pendudukan Jepang, 16 April 1943, KH Mas Mansoer ditunjuk menjadi salah satu pimpinan Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) bersama Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Ki Hadjar Dewantara. Keempat tokoh ini kemudian dikenal dengan sebutan Empat Serangkai.
Menjelang kemerdekaan, pada Mei 1945, KH Mas Mansoer terpilih menjadi anggota BPUPKI. Setelah lembaga itu dibubarkan, Jepang membentuk PPKI pada Agustus 1945 sebagai wadah baru untuk menyiapkan kemerdekaan Indonesia.
KH Mas Mansoer wafat pada 25 April 1946 di Surabaya. Beliau dikenal sebagai ulama Muhammadiyah yang sangat menguasai kitab kuning, sekaligus tokoh pergerakan nasional yang berperan besar dalam perjuangan bangsa.
Atas jasa-jasanya, KH Mas Mansoer dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden Nomor 162 Tahun 1964.
(Disarikan dari berbagai sumber)