Jakarta, infoDKJ.com | Kamis, 27 November 2025
Penulis: Ahmad Hariyansyah
Dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh sahabat mulia Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
“Telah sampai berita kepadaku bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam bersabda:
‘Janganlah kalian terlalu banyak berbicara selain dzikir kepada Allah, karena hal itu dapat menjadikan hati keras. Sedangkan hati yang keras akan menjauhkan kalian dari Allah Ta‘ala.
Janganlah kalian sibuk mempelajari aib manusia seakan-akan kalian adalah Tuhan mereka, tetapi pandanglah aib mereka sebagaimana seorang hamba memandang tuannya.
Sebab manusia terbagi menjadi dua: yang sedang diuji dan yang diselamatkan dari ujian. Maka kasihanilah mereka yang diuji, dan pujilah Allah jika kalian diselamatkan darinya.’”
Nasihat Nabi Isa ‘alaihissalam ini adalah mutiara hikmah tentang bagaimana seseorang menjaga kebersihan hatinya dan menyikapi sesama manusia dengan penuh kasih.
1. Diam dan Dzikir: Jalan Menjaga Kebeningan Hati
Banyak bicara tanpa manfaat adalah salah satu faktor pembuat hati menjadi keras. Sebaliknya, dzikir, tafakur, dan menjaga ucapan adalah jalan untuk melembutkan hati.
Allah ï·» berfirman:
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya,
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna.”
(QS. Al-Mu’minun: 1–3)
Rasulullah ï·º juga bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Dzikir bukan sekadar ucapan subhanallah, alhamdulillah, dan allahu akbar, tetapi hadirnya kesadaran hati yang terus mengingat Allah dalam setiap langkah, keputusan, dan keadaan.
Orang yang banyak berdzikir akan lebih mudah menjaga lisannya, lebih tenang, dan hati mereka lebih hidup.
2. Bahaya Hati yang Keras
Hati yang keras adalah musibah batin yang besar. Ia muncul karena kelalaian, maksiat, terlalu banyak bicara, dan sedikitnya dzikir.
Allah ï·» mengingatkan:
“Kemudian hati kalian menjadi keras setelah itu, bahkan lebih keras daripada batu.”
(QS. Al-Baqarah: 74)
Rasulullah ï·º bersabda:
“Janganlah kalian banyak berbicara tanpa dzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa dzikir menjadikan hati keras.
Dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras.”
(HR. Tirmidzi)
Hati yang keras sulit menerima nasihat, mudah marah, mudah menghina orang lain, dan sulit berempati.
Oleh sebab itu, melembutkan hati adalah ibadah — dan dzikir adalah kuncinya.
3. Jangan Sibuk Mengintai Aib Orang Lain
Nabi Isa ‘alaihissalam mengingatkan agar manusia tidak menjadikan diri mereka sebagai hakim atas kesalahan orang lain.
Setiap manusia memiliki ujian yang berbeda, dan tidak ada yang bebas dari kekurangan.
Allah ï·» berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka… dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain.”
(QS. Al-Hujurat: 12)
Rasulullah ï·º bersabda:
“Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.”
(HR. Muslim)
Menyibukkan diri dengan aib orang lain bukan hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga mengotori hati.
Seorang mukmin sejati adalah yang sibuk memperbaiki diri, bukan mempermalukan saudaranya.
4. Manusia: Antara Diuji dan Diselamatkan
Nabi Isa ‘alaihissalam menyebutkan bahwa manusia hanya terbagi menjadi dua:
- Mereka yang sedang diuji – yang pantas dikasihani dan dibantu.
- Mereka yang diselamatkan dari ujian – yang wajib bersyukur tanpa merendahkan orang lain.
Allah ï·» berfirman:
“Sungguh, Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Rasulullah ï·º bersabda:
“Barang siapa melihat seseorang yang diuji lalu ia berkata:
‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari apa yang Ia ujikan kepada orang itu,’
maka ia tidak akan tertimpa ujian tersebut selama hidupnya.”
(HR. Tirmidzi)
Sikap empati, syukur, dan kasih sayang inilah yang menjaga hati tetap lembut dan jauh dari kesombongan.
5. Kesimpulan: Hati yang Lembut adalah Tanda Kedekatan dengan Allah
Nasihat Nabi Isa ‘alaihissalam mengajarkan keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia:
- Dzikir melembutkan hati dan menghidupkan ruh.
- Diam dari hal tak berguna menjaga kesucian lisan.
- Tidak mencela aib orang lain membangun kasih sayang dan persaudaraan.
- Empati terhadap saudara yang diuji menunjukkan kemuliaan akhlak.
Hati yang lembut adalah cermin kedekatan kita kepada Allah.
Semakin bersih hati seseorang, semakin besar kasih sayangnya kepada sesama makhluk, dan semakin mudah ia menerima petunjuk.
Semoga Allah ï·» menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang lembut hati, banyak dzikir, menjaga lisan, serta penuh kasih kepada sesama.
Aamiin.


