Jakarta, infoDKJ.com | Sabtu, 8 November 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Di sudut pasar Madinah, pernah hidup seorang pengemis Yahudi buta. Setiap hari ia selalu memperingatkan orang-orang yang lewat:
“Jangan dekati Muhammad! Dia pembohong, dia tukang sihir, dia akan mempengaruhi kalian!”
Namun, yang luar biasa—setiap pagi Rasulullah SAW datang kepadanya tanpa memperkenalkan diri. Beliau membawa makanan, menghaluskannya terlebih dahulu, lalu menyuapkan kepada pengemis itu dengan penuh kelembutan.
Rasulullah tidak membalas cacian dengan kemarahan. Beliau membalas keburukan dengan kebaikan.
Ketika Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar ash-Shiddiq RA ingin memastikan apakah masih ada amalan Nabi yang belum ia lakukan. Dari Aisyah RA, ia mendengar tentang amalan mulia tersebut, lalu ia pun mencoba menirunya.
Namun, ketika Abu Bakar menyuapi pengemis itu, sang pengemis berkata marah:
“Engkau bukan orang yang biasa datang kepadaku!
Orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu sebelum menyuapkannya padaku…”
Saat Abu Bakar menjelaskan bahwa orang yang biasa menyuapinya itu telah wafat — dan bahwa orang itu adalah Muhammad SAW, pengemis itu menangis tersedu dan langsung bersyahadat.
Begitulah kemenangan akhlak.
Akhlak Rasulullah SAW: Teladan yang Agung
Akhlak Rasulullah adalah yang paling mulia. Allah SWT sendiri memujinya dalam Al-Qur’an:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung.”
(QS. Al-Qalam: 4)
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)
Akhlak beliau bukan sekadar teori dalam ceramah, tetapi nyata dalam perbuatan — bahkan terhadap orang yang menghina dan memusuhinya.
Membalas Keburukan dengan Kebaikan
Allah SWT berfirman:
“Tolaklah (balaslah) kejahatan dengan cara yang lebih baik...”
(QS. Fussilat: 34)
Inilah rahasia mengapa hati bisa terbuka oleh Allah: bukan karena perdebatan, bukan karena kemarahan, melainkan karena kelembutan akhlak.
Pelajaran untuk Kita
Jika hari ini kita rindu kepada Rasulullah SAW, maka cara terbaik mengekspresikan rindu itu bukan hanya dengan ucapan “kangen Rasulullah”,
tetapi dengan meneladani akhlaknya, antara lain:
- Berbuat baik kepada orang yang tidak mengenal kita.
- Memaafkan orang yang menyakiti kita.
- Membalas keburukan dengan kebaikan.
- Mendoakan orang lain, bukan membenci.
Mulailah dari hal kecil, sedikit demi sedikit, sesuai kemampuan.
Karena meniru satu akhlak Nabi lebih bernilai daripada seribu cerita tentang akhlak Nabi.
Penutup
Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk orang-orang yang berusaha meneladani Rasulullah SAW, meskipun tidak sempurna.
