Aceh Tamiang, 11 Desember 2025 — infoDKJ.com | Di tengah gelapnya malam pascabencana yang merenggut hampir segalanya, haru menyelimuti warga Kampung Sriwijaya, Kabupaten Aceh Tamiang. Kehadiran Laznas Syarikat Islam membawa secercah harapan melalui distribusi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan masyarakat terdampak banjir.
Sebanyak 7.800 liter air bersih disalurkan untuk memenuhi kebutuhan warga yang selama berhari-hari mengalami krisis air. Selain itu, bantuan berupa makanan ringan dan sarden kaleng turut diberikan untuk meringankan beban anak-anak yang mengalami kekurangan asupan pangan. Gang-gang sempit yang sebelumnya gelap gulita kini mulai terang setelah dipasangi lampu tenaga surya (solar cell).
Bantuan tersebut bukan sekadar materi, melainkan wujud kepedulian dan pelukan kemanusiaan dari kolaborasi Laznas Syarikat Islam, Laznas Syarikat Islam PW Sumatera Utara, Indonesian Gas Society (IGS), PGIC Peduli, Amanah Zakat, serta sosok yang menyentuh hati banyak pihak, Tuan Guru Syech Ismail Omar Husein Abujudeh dari Gaza, Palestina.
Di tengah kondisi Gaza yang porak-poranda akibat agresi militer Israel, di mana setiap hari nyawa menjadi taruhan, Syech Ismail masih menyisihkan rezekinya untuk membantu saudara-saudaranya di Aceh Tamiang yang tengah dilanda bencana alam.
“Alhamdulillah, air ini seperti nikmat dari langit setelah rumah kami hanyut dan anak-anak menangis kelaparan. Yang membuat hati kami pilu sekaligus bangga, saudara-saudara dari Gaza yang sedang berperang demi hidupnya masih mengingat kami di sini. Mereka dibom di sana, kami kebanjiran di sini, tetapi ukhuwah kita tak pernah terpisah,” ujar Siti (45), warga Kampung Sriwijaya, sambil menyeka air mata di bawah cahaya lampu solar cell yang baru terpasang.
Hal senada disampaikan Rahman (52), ayah tiga anak, yang mengaku terharu dengan perhatian tersebut.
“Lampu ini menerangi gang kami yang gelap selama dua pekan. Namun cahaya yang sesungguhnya datang dari hati Syech Ismail. Di tengah peperangan, beliau masih memikirkan kami yang terdampak bencana di Aceh. Ini pelajaran besar bahwa di mana pun musibah terjadi, kita tetap satu umat,” ucapnya dengan suara parau.
Solidaritas lintas negara dan lintas benua ini menjadi pengingat bahwa di balik penderitaan akibat perang dan bencana, kemanusiaan dan ukhuwah tetap menjadi cahaya yang tak pernah padam.
Editor: Adang


