Jakarta, infoDKJ.com | Kamis, 18 Desember 2025
Karya: Ahmad Hariyansyah
Dalam perjalanan hidup, kita sering—sadar atau tidak—membandingkan diri dengan orang lain. Kita melihat pencapaian mereka, kelebihan yang tampak, atau kemudahan yang seolah selalu menyertai langkah mereka. Padahal, setiap manusia menempuh jalan yang berbeda. Allah ï·» memberikan “medan ujian” yang tidak sama kepada setiap hamba-Nya: ada yang diuji dengan kesulitan, ada yang diuji dengan kelapangan; ada yang diuji dengan kehilangan, dan ada pula yang diuji dengan kesuksesan yang justru menyimpan tanggung jawab besar.
1. Ujian Setiap Orang Berbeda
Allah menegaskan bahwa setiap jiwa pasti diuji, namun bentuk ujian itu tidaklah seragam. Ada ujian berupa kesedihan, ada pula ujian berupa kenikmatan.
“Dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini menunjukkan bahwa ujian adalah sunnatullah yang melekat pada kehidupan manusia. Namun bentuk dan kadarnya berbeda-beda. Apa yang terasa ringan bagi seseorang, bisa jadi sangat berat bagi orang lain. Karena itu, membandingkan perjalanan hidup hanya akan melahirkan kegelisahan dan mengikis rasa syukur.
2. Allah Menilai Proses, Bukan Sekadar Hasil
Manusia cenderung menilai keberhasilan dari hasil akhir yang tampak. Padahal, dalam pandangan Allah, proseslah yang memiliki nilai besar—usaha yang dilakukan, kesabaran yang dijaga, doa yang dipanjatkan, serta niat tulus yang menyertainya.
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm: 39)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap usaha akan mendapat balasan. Mungkin hasilnya belum terlihat, mungkin terasa kecil, bahkan mungkin tak diapresiasi manusia. Namun di sisi Allah, tidak ada usaha menuju kebaikan yang sia-sia.
Rasulullah ï·º juga bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang paling rutin walaupun sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, konsistensi dan keikhlasan lebih utama daripada pencapaian besar yang tidak berkelanjutan.
3. Jangan Membandingkan Diri, Karena Jalan Setiap Orang Berbeda
Sering kali kita melihat kehidupan orang lain hanya dari permukaannya—senyum di media sosial, pencapaian yang dipamerkan, atau kesuksesan yang tampak mudah. Padahal, di balik semua itu ada perjuangan panjang yang tidak kita saksikan.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah: 286)
Ayat ini adalah penguatan hati bahwa Allah Maha Mengetahui kapasitas setiap hamba-Nya. Ujian yang Allah berikan selalu sesuai kemampuan, meski terkadang terasa berat. Maka tidak perlu iri atau merasa tertinggal, karena Allah telah mengatur jalan setiap orang dengan penuh hikmah.
4. Langkah Kecil Tetap Bernilai di Sisi Allah
Walau perjalanan terasa lambat, sunyi, atau melelahkan, setiap langkah menuju kebaikan tetap bernilai. Yang terpenting bukan seberapa cepat kita sampai, tetapi seberapa teguh kita terus melangkah.
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)
Kesabaran bukan berarti diam atau menyerah, melainkan bertahan dan tetap berusaha meski pelan. Bahkan dalam kesulitan pun, Allah tetap mencatat setiap pengorbanan.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, kesusahan, gangguan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus dengannya sebagian dosa-dosanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Betapa luas rahmat Allah: bukan hanya amal besar, bahkan luka kecil dalam perjalanan hidup pun bernilai penghapus dosa.
5. Allah Menilai Keteguhan, Bukan Siapa yang Paling Cepat
Dalam pandangan Allah, keberhasilan sejati bukan ditentukan oleh siapa yang paling cepat sampai, tetapi siapa yang paling istiqamah. Keteguhan hati, kesabaran, dan keikhlasan dalam proses adalah ukuran utama di sisi-Nya.
Setiap manusia sedang berjalan menuju Allah melalui jalannya masing-masing. Ada yang melaju cepat, ada yang tertatih; ada yang jalannya lapang, ada yang terjal. Namun selama arah langkah itu menuju ridha Allah, semua perjalanan memiliki makna.
Kesimpulan
Jangan membandingkan perjalanan hidupmu dengan perjalanan orang lain. Setiap orang memikul beban, harapan, dan doa yang berbeda. Fokuslah pada langkahmu sendiri—perbaiki niat, kuatkan usaha, dan jaga kesabaran.
Selama engkau terus berjalan menuju kebaikan, meski perlahan, ketahuilah bahwa Allah melihat, mencatat, dan menghargai setiap usahamu.
Karena pada akhirnya, bukan siapa yang paling terlihat berhasil di mata manusia yang menjadi pemenang, melainkan siapa yang paling teguh dan ikhlas dalam perjalanan menuju Allah.


