Jakarta, infoDKJ.com | Rabu, 21 Mei 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
"Memang aku telah memperhatikan agama nabi ini dan kutahu bahwa dia tidak memerintahkan untuk menghindari agama Almasih, tidak pula seperti tukang sihir yang sesat atau dukun yang suka berdusta."
"Kulihat dia membawa tanda kenabian dengan mengeluarkan yang tersembunyi dan mengabarkan yang rahasia. Aku akan mempertimbangkannya."
"Kepada Muhammad bin Abdullah dari Muqauqis, pemimpin Qibti. Kesejahteraan bagi Tuan. Amma Ba’du. Saya telah membaca surat tuan dan bisa memahami isinya, serta apa yang tuan serukan."
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Surat kepada Kisra, Raja Persia
Sepucuk surat juga dikirimkan Rasulullah saw kepada Kaisar Persia yang bergelar Kisra.
Jika surat Rasulullah ﷺ dibaca dan diterima dengan hormat oleh orang Romawi, tidak demikian halnya dengan orang-orang Persia. Surat Rasulullah ﷺ kepada Kisra, raja Persia itu berbunyi:
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang."
"Dari Muhammad Rasulullah kepada Raja Kisra pemimpin Persia. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan utusan-Nya, bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah semata yang tiada sekutu baginya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
"Aku menyeru tuan dengan seruan Islam. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada seluruh manusia untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan orang yang membenarkan perkataan atas orang-orang kafir."
"Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat. Namun jika tuan menolak, maka dosa orang-orang Majusi ada di pundak tuan."
Setelah membaca surat itu, Raja Kisra langsung merobek-robek surat Rasulullah saw sambil berkata:
"Seorang budak yang hina dina dari rakyatku pernah menulis namanya sebelum aku berkuasa."
Setelah mendengar apa yang dikatakan Kisra, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Allah akan mencabik-cabik kerajaannya."
Setelah itu, Raja Kisra menulis surat kepada Badzan, Gubernur di Yaman:
Isinya:
"Utuslah dua orang yang gagah perkasa untuk menemui orang dari Hijaz ini (maksudnya Rasulullah ﷺ), dan setelah itu, hendaklah mereka berdua membawanya untuk menemuiku."
Badzan, Gubernur di Yaman, menunjuk dua bawahannya untuk mengirimkan surat ke Rasulullah saw, dan pulangnya supaya langsung menemui Raja Kisra.
Salah seorang di antaranya berkata kepada Rasulullah saw:
"Sesungguhnya Rajadiraja Kisra telah berkirim surat kepada Raja Badzan, agar dia mengirimkan utusan untuk menemui Anda, lalu membawa Anda kehadapannya," dengan nada mengancam.
Ketika dua orang suruhan itu tiba di hadapan Rasulullah ﷺ, beliau menyuruh mereka menemuinya lagi besok.
Ternyata pada saat yang sama, terjadi pemberontakan besar-besaran dari kalangan keluarga mereka sendiri. Sebagai motor pemberontakan adalah anaknya sendiri. Mereka bangkit melawan, membunuh, dan merebut kerajaan ayahnya. Dan Kisra dibunuh oleh Syiruyyah, putranya sendiri.
Terbuktilah sabda Rasulullah ﷺ bahwa kerajaan Kisra akan tercabik-cabik.
Rasulullah ﷺ mengetahui hal ini dari wahyu dan meneruskannya kepada kedua utusan itu.
Besoknya Rasulullah saw memberi tahukan keadaan yang terjadi pada Raja Kisra kepada kedua utusan tersebut.
Keduanya bertanya sambil terheran-heran:
"Apakah Anda betul yakin dengan apa yang Anda katakan? Sebenarnya kami tidak seberapa membenci Anda. Bolehkah kami mencatat apa yang Anda katakan untuk kami sampaikan ke Raja Badzan?"
Beliau Rasulullah ﷺ bersabda:
"Benar, sampaikan hal ini kepadanya, dariku. Sampaikan pula pesanku kepadanya (Badzan), bahwa agama dan kekuasaanku akan merambah seperti yang dicapai Kisra, menguasai yang kaya maupun yang miskin."
Kedua utusan itu pulang dan menyampaikan surat yang mengajak Badzan memeluk Islam.
Penghujung surat berbunyi:
"Apabila tuan mau masuk Islam, kuberikan apa yang menjadi milik tuan dan mengangkat tuan sebagai pemimpin kaum tuan."
Syiruyyah sendiri melarang Badzan menyerang Rasulullah ﷺ jika tidak ada perintah darinya.
Hal inilah yang membuat Raja Badzan dan seluruh rakyat Yaman memeluk Islam.
Surat kepada Muqauqis, Raja Mesir
Selain kepada kedua kerajaan besar itu, Rasulullah ﷺ juga menulis surat kepada para penguasa yang lain.
Hatib bin Abi Balta’ah diperintahkan Rasulullah ﷺ untuk menyampaikan surat beliau kepada Juraij bin Mata, penguasa Mesir dengan gelar Muqauqis. Dari Iskandaria, surat beliau berbunyi:
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang
"Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada Muqauqis, Raja Qibti (Mesir). Keselamatan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk. Amma Ba’d.
"Aku menyeru tuan dengan seruan Islam, niscaya Allah akan memberikan pahala kepada tuan dua kali lipat. Namun jika tuan berpaling, maka tuan akan menanggung dosa seluruh penduduk Qibti."
Surat Rasulullah ﷺ itu kemudian ditutup dengan ayat ke-64 Surat Ali Imron, seperti yang juga disampaikan kepada Heraklius:
Katakanlah (Muhammad):
"Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,"
"bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah."
"Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."
Surah Ali ‘Imran (3:64)
Muqauqis berkata:
"Sesungguhnya kami mempunyai agama yang tidak akan kami tinggalkan, kecuali jika ada agama lain yang lebih baik."
Hatib menambahkan:
"Kami mengajakmu kepada Islam yang Allah telah mencukupkannya dari agama yang lain."
"Sesungguhnya nabi ini menyuruh semua manusia—yang paling ditekan Quraisy, yang paling dimusuhi Yahudi, dan yang paling dekat dengan orang Nasrani."
"(Muqauqis dan rakyatnya adalah pemeluk Nasrani) Setiap nabi yang sudah mengenal suatu kaum, maka kaum itu adalah umatnya yang pasti mereka harus menaatinya. Tuan termasuk orang yang sudah mengenal nabi ini."
Muqauqis menjawab:
"Memang aku telah memperhatikan agama nabi ini dan kutahu bahwa dia tidak memerintahkan untuk menghindari agama Almasih, tidak pula seperti tukang sihir yang sesat atau dukun yang suka berdusta."
"Kulihat dia membawa tanda kenabian dengan mengeluarkan yang tersembunyi dan mengabarkan yang rahasia. Aku akan mempertimbangkannya."
Kemudian, Muqauqis menulis surat yang isinya:
"Bismillahirrahmanirrahim,"
"Kepada Muhammad bin Abdullah dari Muqauqis, pemimpin Qibti. Kesejahteraan bagi Tuan. Amma Ba’d. Saya telah membaca surat tuan dan bisa memahami isinya, serta apa yang tuan serukan."
"Saya sudah tahu bahwa ada seorang nabi yang masih tersisa. Menurut perkiraan saya dia akan muncul dari Syam."
"Saya hormati utusan tuan dan kini kukirim dua gadis yang mempunyai kedudukan terhormat di masyarakat Qibti, dan beberapa lembar kain."
"Saya hadiahkan pula seekor baghal agar dapat tuan pergunakan sebagai tunggangan. Salam sejahtera bagi tuan."
Dua gadis tersebut adalah Maryam dan Shirin.
Maryam kemudian hari menjadi istri Rasulullah ﷺ dan dari rahimnya lahirlah Ibrahim, dan Shirin menikah dengan Hasan bin Tsabit al-Anshari.
Shallu `alan Nabi..!
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke Bagian 127...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri