Jakarta, infoDKJ.com | Jumat, 23 Mei 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Yahudi yang menjadi inisiator dan provokator peperangan khandak perlu di beri hukuman
Orang Yahudi meminta mereka yang di benteng tidak dibunuh, anak-anak tidak ditawan dan mereka siap meninggalkan Khaibar dengan segenap keluarga, menyerahkan semua harta kekayaan Khaibar yang berupa tanah, emas, perak, kuda, keledai dan baju-baju perang.
Rasulullah ﷺ pun menyetujui hal itu
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholi ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Perang Khaibar
Masih ingat dengan Yahudi Bani Nadhir yang di usir Rasulullah saw, dari Madinah?, Mereka bergabung dengan Yahudi Khaibar. Diantara mereka terdapat para pembesar mereka yaitu: Sallam bin Abi, Khinanah bin Haqiq, dan Huyyay bin Akhtab. mereka sangat di segani orang-orang Yahudi Khaibar.
Khaibar berjarak 171 km dari Madinah lalu menjadi pusat konspirasi Yahudi untuk menghancurkan Muslim. Penduduk kota ini merupakan pengggagas tercetusnya Perang Ahzab/Khandak. Mereka juga menjadikan orang-orang dari Bani Yahudi Quraizhah merusak perjanjian dengan Rasulullah saw.
Setelah orang Quraisy setuju untuk berdamai sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah, kini ada satu musuh yang tidak kalah berbahaya. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang kini berkumpul di Khaibar, Kota Benteng yang sangat kuat.
Para penghuni Khaibar
Mereka terdiri dari beberapa kabilah yang dulu menghasut pasukan Quraisy untuk menyerang Madinah dalam Perang Khandaq/Ahzab.
Rasulullah ﷺ mengetahui Kondisi ini tentu tidak boleh dibiarkan karena mereka akan menjadi ancaman dan tentu juga akan menempuh cara yang lebih berbahaya untuk membasmi kaum muslimin karena mereka sering berkeliaran di sekitar Madinah.
Ditambah lagi selama ini mereka selalu siap siaga untuk berperang dengan kaum Muslim, dan mereka setiap saat bisa minta bantuan Romawi dan Persia.
Maka Rasulullah ﷺ merancang strategi untuk menyerang mereka, dan beliau menyiapkan pasukannya, namun beliau paham bahwa pertempuran yang mereka hadapi akan sangat berat.
Karena itu yang boleh bergabung hanya orang-orang yang benar-benar siap berjihad. Pada bulan Muharram tahun ke 7 Hijrah, Maka berkumpulah orang-orang yang gagah berani yang terdiri atas 1.400 pasukan berjalan kaki dan 100 penunggang kuda. Serta 20 orang wanita.
Seperti biasanya sebelum berangkat Rasulullah saw, mengamanahkan Madinah kepada sahabatnya. Kali ini kepada Siba bin Arfathah. Saat itu datang lah Abu Hurairah, akan menemui Rasulullah saw, untuk menyatakan keislamannya. Rasulullah saw, mengumumumkan kepada para sahabat dan meminta Abu Hurairah ikut bergabung menuju Khaibar.
Abdullah bin Ubay
Keberangkatan kaum Muslim ke Khaibar diketahui orang-orang munafik, diam-diam Abdullah bin Ubay mengirim pesan kepada orang-orang Yahudi Khaibar;
“Muhammad hendak mendatangi kalian. Bersiap siagalah dan kalian tak perlu takut. Jumlah dan kekuatan kalian sangat banyak sementara kaum Muhammad hanya sedikit dengan persenjataan terbatas”.
Perjalan ke Khaibar
Pasukan bergerak ke Khaibar dengan penuh semangat dan keimanan yang tinggi.
“Mereka tak gentar meski mengetahui orang-orang Yahudi Khaibar benteng pertahanan yang kuat yang berlapis-lapis, mereka juga tidak takut walau tentata Yahudi Khaibar termasyhur dengan kebengisannya.”.
Rasulullah ﷺ meminta dua petunjuk jalan. Keduanya menunjukkan empat jalan yang dapat ditempuh kaum muslimin agar kedatangan mereka tidak diketahui orang-orang Yahudi di Khaibar.
Jalan-jalan itu bernama Syasy (kacau), Hathib (sial), Huzn (kesedihan), Marhab (selamat datang). Maka Rasulullah ﷺ pun memilih melewati jalan Marhab.
Sepanjang jalan mereka bertakbir, bertahmid dan zikrullah degan penuh semangat. Rasulullah saw, meminta suara suaranya dilembutkan karena:
”Sesungguhnya kalian tengah Memanggil Sang Maha pendengar dan Mahadekat, karena Dia ada Bersama kalian”ucap Rasulullah saw.
Setelah shalat ashar Rasulullah ﷺ meminta bekal makanan. Karena hanya sedikit, beliau disuguhi tepung gandum yang tidak seberapa banyak.
Rasulullah ﷺ kemudian mengolah tepung itu sehingga menjadi cukup buat beliau dan semua orang.
Seorang penyair bernama Amir bin Akwa melantunkan karyanya,
Kalau bukan karena engkau ya Allah”
Kami tidak akan mendapatkan hidayah.
Tidak pula sholat dan bersedekah.
Ampunilah dosa kami sebagai tebusan selagi kami tegar dalam ketakwaan,
Teguhkanlah pendirian kami dalam peperangan. Berikanlah kepada kami ketentraman hati.
Kami tidak ingin hidup jika musuh mengalahkan kami.
Mendengar syair itu Rasulullah ﷺ bersabda,
Allah merahmatinya.
Para sahabat hafal bahwa jika Rasulullah ﷺ memohon ampunan bagi seseorang, orang itu akan mati syahid demikianlah yang terjadi pada Amir bin al Akwa dalam pertempuran ini.
Jalannya Pertempuran
Orang-orang Yahudi Khaibar yang hendak berangkat ke kebun sangat terkejut melihat kedatangan Rasulullah ﷺ dan pasukannya pagi-pagi sekali.
“Itu Muhammad,”
”demi Allah”
”Muhammad dan pasukannya!”
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar!”
”Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar!”
”Jika kita tiba di pelataran suatu kaum, maka amat buruklah bagi orang-orang yang layak mendapat peringatan!”
Setelah mendirikan markas, Rasulullah ﷺ mengajak seluruh pasukannya berdoa.
“Ya Allah, Rabb langit yang tujuh serta apa-apa yang dipayunginya.”
”Rabb bumi yang tujuh dan apa-apa yang dikandungnya,”
”Rabb setan-setan dan apa yang disesatkannya.”
”Sesungguhnya kami mohon kepada Mu kebaikan dusun ini, kebaikan penduduknya, dan kebaikan apa pun yang ada di dalamnya.”
“Kami berlindung kepadaMu dari kejahatan dusun ini, kejahatan penduduknya, dan kejahatan apapun yang ada di dalamnya.”
”Majulah Dengan nama Allah.” Kata Radalamnya
Penaklukan Nuthah dengan Beberapa Benteng
Benteng Nuthah ini sangat kuat dan tinggi, sehingga sulit untuk di panjat penyerbuan dilakukan di pagi hari. Detik-detik menegangkan terus berjalan.
Pada malam menjelang penyerbuan, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Besok aku benar-benar akan menyerahkan bendera kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya juga dicintai Allah dan rasul-Nya.”
Para sahabat sangat berharap bahwa merekalah yang terpilih esok harinya. Saat pagi menjelang, para sahabat menanti dengan cemas mengharap dapatkan panji itu.
Rasulullah ﷺ memanggil Ali bin Abi Thalib, saat itu Ali sedang sakit mata namun Rasulullah ﷺ mengusap dan berdoa agar Allah ﷻ menyembuhkan mata menantunya itu. Dan mengasih panji perang tersebut.
Mata Ali pun sembuh dan ia memimpin pasukan hebat untuk menghancurkan banteng-banteng yang kuat milik Khaibar.
Sesuai pesan Rasulullah saw, Ali mengajak mereka untuk masuk masuk Islam, . Namun seruan tersebut ditolak mentah-mentah.
Pertempuran seru meletus berhari-hari.
Marhab, ksatria Yahudi yang ditakuti, maju menantang kaum Muslim. Pemimpin Yahudi khaibar maju sambil bersyair,
“Khaibar sudah mengenal, akulah Marhab, memanggul senjata tajam pahlawan berpengalaman.”
Amir bin Akwa maju menghadapinya sambil bersyair,
“Khaibar sudah mengenal, Akulah Amir, memanggul senjata tajam pahlawan petualang.”
Dalam duel seru, pedang Marhab mengenai perisai menebas Amir dan membuatnya terpental.
Amir segera maju untuk membabat betis orang Yahudi itu, tapi tidak mengenai sasaran karena pedang nya Amir pendek. Pada saat bersamaan mata pedang mengarah ke tempurung lutut Amir sehingga tidak bisa di elakkan ia gugur dan syahid.
Kematian Amir didengar Rasulullah ﷺ bersabda tentang Amir,
“Sesungguhnya dia memperoleh dua pahala, dia telah berusaha dan telah berjuang. Tidak banyak orang Arab yang berjalan diatas bumi seperti dia.”
Kini Ali bin Abi Thalib maju dan membalas syair Marhab
”Akulah yang dijuluki ibuku sebagai Haidar”
”Laksana serigala hutan yang di pandangpun tidak sedap”
Pertempuran sengit terjadi,
Dalam sebuah kesempatan dengan garang Ali berhasil dan membunuh Marhab dengan menebas kepala nya. (HR,Buchari dan Muslim).
Ali dengan cepat berlari mendekati benteng. Saat itulah muncul seorang Yahudi dari atas genteng. Dia meliihat Ali yang telah berada di depan Benteng.
“Siapa kamu” tanya Yahudi
“Aku Ali bin Abi Thalib”
”Demi yang diturunkan kepada Musa, niscaya kalian akan unggul. Telah disebutkan kepada kaum Musa bahwa orang yang berhasil menaklukkan Khaibar adalah seorang yang bernama Ali” kata si Yahudi.
Kemenangan
Setelah itu satu persatu pemimpin Yahudi jatuh dalam pertempuran dahsyat.
Benteng Naim takluk setelah Marhab terbunuh.
Benteng Ash Sha’ab bin Muadz direbut dengan cara dikepung selama tiga hari.
Ketika itu persediaan makanan kaum muslimin sudah sangat tipis, hingga mereka kelaparan.
Rasulullah ﷺ pun berdoa dan akhirnya pasukannya bangkit sehingga berhasil menaklukkan benteng itu.
Di dalamnya, banyak terdapat ternak-ternak gemuk untuk dimakan.
”Benteng Az Zubair dikepung selama 3 hari.”
Namun mereka bisa bertahan karena mempunyai mata air sendiri.
Rasulullah ﷺ memerintahkan serangan untuk merebut mata air.
Setelah mata air dapat direbut, Benteng Az Zubair pun takluk.
Orang-orang Yahudi di benteng Ubay menantang duel satu lawan satu. Semua pahlawan Yahudi yang maju berduel berhasil ditaklukkan oleh para pahlawan Islam.
Kemudian Abu Dujanah yang kepalanya diikat kain merah jika sudah bertekad mati, memimpin pasukan komando masuk dan menyusup ke dalam benteng. Setelah bertempur seru, benteng Ubay pun takluk.
Benteng An Nizar adalah benteng yang sangat kuat karena letaknya tinggi dan susah diserang.
Rasulullah ﷺ memerintahkan penggunaan manjaniq atau pelontar batu besar.
Maka dinding-dinding benteng jebol dan pasukan muslim pun akhirnya membanjir masuk untuk menaklukkan musuh.
Orang Yahudi Menyerah Dikepung Selama 14 Hari
Ketiga benteng yang tersisa dikepung selama 14 hari. Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa sempat terjadi pertempuran di benteng Al Qamush.
Namun kedua benteng yang lain:
Al Wathih dan As Sulalim menyerahkan diri lewat perundingan.
Orang Yahudi meminta mereka yang di benteng tidak dibunuh, anak-anak tidak ditawan dan mereka siap meninggalkan Khaibar dengan segenap keluarga, menyerahkan semua harta kekayaan Khaibar yang berupa tanah, emas, perak, kuda, keledai dan baju-baju perang.
Rasulullah ﷺ pun menyetujui hal itu seraya bersabda
“Aku juga membebaskan kalian dengan perlindungan Allah dan rasul Nya apabila kalian tidak menyembunyikan sesuatu pun dariku.”
Mereka setuju. Namun orang Yahudi memang licik. Beberapa dari mereka ketahuan menyembunyikan harta di balik reruntuhan yaitu Kinanah bin Abul Huqaiq.
Maka mereka pun dibunuh, karena melanggar perjanjian, sebagai pembalasan atas terbunuhnya beberapa sahabat atas tindakan mereka.
Selesailah sudah penaklukan Khaibar. Allahu Akbar!
Shallu `Alan Nabi…!
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
in syaa Allah bersambung bagian 129...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri