Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 5 Mei 2025
Oleh: Irsyad Syafar
Saya punya keyakinan, jika ada satu orang saja dari raja-raja Arab menyambut fatwa Ulama untuk berjihad di Palestina, lalu dia kerahkan segenap kekuatan yang Allah anugerahkan kepadanya berupa harta, senjata, dan bala tentara, menyerang israhell, maka peta kekuatan akan berubah. Saya yakin israhell akan dicekam ketakutan, karena Allah sudah kabarkan bahwa mereka memang pengecut.
Dengan persenjataan sederhana saja oleh para pejuang dan mujahidin Palestina, israhell sudah dirundung ketakutan, mereka lari terbirit-birit menyelamatkan diri masing-masing. Apalagi kalau dengan persenjataan canggih milik para pemimpin Arab. Hanya saja, mental dan karakter seperti itu belum muncul.
Dulu, sebelum perang 'Ain Jalut meletus, kekuatan pasukan Mongol (Tatar) tak ada tandingannya. Pasukan Jenghis Khan itu telah menumbangkan Khilafah Abbasiyah yang telah berumur sekitar 6 abad. Kota Baghdad mereka hancurkan sehingga banjir darah kaum muslimin bercampur tinta buku-buku karya para ulama. Hampir seluruh wilayah Iraq dan Syam mereka taklukkan.
Untunglah Allah takdirkan bangkitnya Saifuddin Qutuz, yang membawa pasukan yang tidak terlalu istimewa dari Mesir. Berhadapan dengan 10 ribu lebih Pasukan Hulagu Khan di Palestina (di daerah Jenin). Tapi pasukan inilah yang menorehkan tikungan sejarah Umat Islam, membangkitkan kembali rasa percaya diri dan keyakinan akan pertolongan Allah.
Di permulaan perang pada 25 Ramadhan 658 itu, pasukan Hulagu Khan sangat cepat bisa memporak-porandakan pasukan Qutuz, terutama pasukan sayap kirinya. Beberapa kali Saifuddin Qutuz menambahkan pasukan cadangan di sayap kiri tersebut, namun sangat cepat bisa dilemahkan oleh pasukan Hulagu.
Akhirnya, Qutuz sendiri yang terjun ke tengah medan pertempuran, melepaskan semua atribut kepanglimaannya, menghunus senjatanya ke arah lawan, mengikhlaskan hati kepada Allah untuk menjemput mati syahid. Namun ternyata, sikap keberanian tersebut berhasil membalikkan suasana dan mengangkat ruh perjuangan para pasukannya. Sehingga akhirnya mereka berhasil menang dan mengalahkan pasukan kuat Tatar.
Hasil dari perang 'Ain Jalut itu adalah: bersatunya kembali Mesir dan Syam dalam kekuasaan umat Islam, bangkitnya rasa izzah dan kepercayaan diri kaum muslimin, dan melemahnya ekspansi Mongol ke wilayah-wilayah Islam.
Benarlah janji dan pesan Rasulullah Saw, bahwa jihad itulah yang akan memuliakan kaum muslimin. Dan yang mampu (wajib) merealisasikan fatwa tersebut adalah para penguasa yang memiliki perangkat untuk itu. Adapun yang meninggalkannya, pasti akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt. Rasul bersabda:
Ø¥ِذَا تَبَايَعْتُÙ…ْ بِالْعِÙŠْÙ†َØ©ِ ÙˆَØ£َØ®َذْتُÙ…ْ Ø£َذْÙ†َابَ الْبَÙ‚َرِ ÙˆَرَضِÙŠْتُÙ…ْ بِالزَّرَعِ ÙˆَتَرَÙƒْتُÙ…ُ الْجِÙ‡َادَ، سَÙ„َّØ·َ اللهُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ذُلاًّ لاَ ÙŠَÙ†ْزِعُÙ‡ُ ØَتَّÙ‰ تَرْجِعُÙˆْا Ø¥ِÙ„َÙ‰ دِÙŠْÙ†ِÙƒُÙ…ْ
Artinya:
“Apabila kalian telah berjual beli dengan cara riba, dan kalian telah disibukkan memegang ekor-ekor sapi dan telah senang dengan bercocok tanam dan juga kalian telah meninggalkan jihad, niscaya Allah akan timpakan kehinaan kepada kalian, yang tidak akan dicabut kehinaan tersebut hingga kalian kembali kepada agama kalian.”
(HR. Abu Dawud no. 3003 dalam kitab Al-Buyu’, bab An-Nahyu ‘anil ‘Inah dan Al-Imam Ahmad. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah menshahihkan hadits ini dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 11).
Maksudnya, bila suatu kaum telah meninggalkan jihad dan sibuk mengamankan harta serta bisnis-bisnisnya, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Sehingga musuh-musuh mereka begitu mudah menguasai mereka.
Palestina menunggu sosok penguasa yang pemberani yang mau menyambut seruan tersebut. Adapun penguasa yang lari dari itu, atau ulama yang melemahkan fatwa tersebut dengan berbagai dalil dan dalih, pasti akan merasakan bukti dari sabda Rasulullah di atas.
(Adang)
#janganbiarkanpalestinasendirian