Jakarta Timur, infoDKJ.com – Dalam rangkaian Baitul Arqom Dasar hari kedua yang digelar pada Sabtu, 28 Juni 2025 di Rusunawa UHAMKA, Jakarta Timur, Dr. Luqman Hakim, SE., Ak., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), tampil sebagai narasumber dengan materi penting bertajuk “Manajemen Tata Kelola Organisasi Pemuda Muhammadiyah.”
Dalam pemaparannya, Dr. Luqman menekankan bahwa tata kelola organisasi bukan sekadar pengaturan struktur, tetapi mencakup proses dan sistem yang mampu mengarahkan, mengelola, dan mengawasi aktivitas organisasi secara efektif, transparan, dan bertanggung jawab.
“Pemuda Muhammadiyah harus menjadi pelopor organisasi yang bukan hanya aktif secara kegiatan, tetapi juga kokoh dalam sistem tata kelola yang visioner dan berintegritas,” ujarnya di hadapan peserta.
Kepemimpinan Transformasional dan Etika Islam Sebagai Pondasi
Ia menjelaskan bahwa unsur utama tata kelola meliputi kepemimpinan yang inspiratif, struktur organisasi yang akuntabel, serta mekanisme pengawasan yang berfungsi secara efektif. Dalam konteks Pemuda Muhammadiyah, kepemimpinan kolektif berbasis musyawarah adalah kunci harmoni dan efektivitas gerak organisasi.
Tak hanya itu, Dr. Luqman mengangkat pentingnya etika dan nilai organisasi yang berakar pada ajaran Islam, seperti kejujuran, amanah, musyawarah, dan semangat ta’awun (kerja sama), sebagai pondasi moral yang harus menjadi napas setiap kader.
Teladan Pemimpin: Dari Elon Musk hingga Ignasius Jonan
Menariknya, dalam bagian akhir presentasinya, Dr. Luqman mencontohkan sosok pemimpin dunia seperti Elon Musk dan Ignasius Jonan, yang rela terjun langsung ke lapangan demi mewujudkan transformasi organisasi.
“Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memotivasi dan memberdayakan. Seorang pemimpin harus hadir, bekerja bersama, dan memberi inspirasi. Itulah yang membangun budaya organisasi yang kuat,” jelasnya.
Respon Tantangan Zaman dengan Strategi Inovatif
Dr. Luqman juga menekankan pentingnya organisasi pemuda untuk adaptif terhadap perubahan zaman melalui konsep Agile Governance, penerapan metode POAC, hingga manajemen risiko yang terencana. Ia mendorong kader Pemuda Muhammadiyah agar memiliki sistem rotasi kaderisasi, transparansi laporan keuangan, serta memperkuat kolaborasi lintas sektor.
“Jangan tunggu masalah datang. Organisasi harus memiliki strategi jangka panjang dan kemampuan menghadapi risiko agar tetap relevan dan berkelanjutan,” tandasnya.
Sesi ini disambut antusias para peserta Baitul Arqom Dasar, yang mendapatkan wawasan baru dalam membangun organisasi yang modern, profesional, dan tetap berlandaskan nilai Islam.
(Tim Media PDPM Jakarta Barat)