Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 2 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Menghancurkan Uzza, Suwa, dan Manat
Kini kaum Muhajirin (Muslim yang hijrah ke Madinah) sudah tenang. Mereka dapat kembali ke rumah mereka dan dapat berhubungan lagi dengan keluarga mereka di Makkah yang sekarang telah memeluk Islam. Hati semua orang sudah yakin bahwa Islam telah meraih kemenangan.
Namun setelah lima belas hari Fathu Makkah, tiba-tiba tersiar berita yang membuyarkan semua harapan perdamaian. Kabilah Hawazin dan Tsaqif yang tinggal di pegunungan tidak jauh dari Makkah telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kaum Muslimin.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Pembesar Quraisy yang Tidak Dieksekusi
Penaklukan Makkah terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah. Allah memberikan kemenangan besar kepada kaum Muslimin justru pada saat mereka tengah menunaikan ibadah shaum (puasa), lima hari sebelum Ramadhan berakhir.
Shafwan bin Umayyah
Ia adalah salah satu pembesar Quraisy terkemuka yang tidak dijatuhi hukuman mati. Saat pembebasan Makkah, ia melarikan diri karena takut dibunuh. Kondisi ini membuat Umair bin Wahb al-Jumahi meminta ke Rasulullah ﷺ untuk memberikan perlindungan. Rasulullah ﷺ mengabulkannya dan juga memberikan kain penutup kepala yang akan dipakainya bila masuk Makkah nantinya.
Umair langsung memacu kudanya menemui Shafwan yang sudah berada di Jeddah dan siap-siap akan naik perahu berlayar menuju Yaman. Umair segera memberi tahu perlindungan yang diberikan Rasulullah ﷺ. Shafwan akhirnya masuk Islam, sedangkan istrinya telah lebih dahulu masuk Islam. Rasulullah ﷺ lalu mengesahkan keduanya berdasarkan ikatan pernikahan yang pertama.
Pidato Pada Hari Kedua
Hari pertama pembebasan Makkah telah berlalu. Hari kedua tiba. Rasulullah ﷺ mempunyai agenda penting yaitu berpidato di hadapan kaum Muslim dan Quraisy. Beliau melangkahkan kaki menuju orang-orang yang menantikannya dan berpidato:
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah menyucikan Makkah pada saat Dia menciptakan langit dan bumi.”
“Makkah adalah tempat yang suci dengan kesucian Allah hingga hari Kiamat.”
“Tidak diperbolehkan seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk menumpahkan darah di dalamnya dan menebang pohon.”
“Apabila ada seseorang yang menganggap bahwa ada keringanan bagi Rasulullah ﷺ untuk berperang, katakanlah:”
“Sesungguhnya Allah telah mengizinkan itu bagi Rasul-Nya dan tidak mengizinkan bagi kalian.”
“Kesucian Makkah telah kembali hari ini seperti kesuciannya yang terdahulu. Hendaklah yang hadir di sini menyampaikannya kepada siapa pun yang tidak hadir.”
Bai’at
Rasulullah ﷺ datang ke Shafa, lalu naik sehingga beliau dapat melihat Baitullah. Beliau kemudian mengangkat tangannya untuk berdoa dan membai’at manusia untuk masuk Islam. Di antara yang masuk Islam adalah Abu Quhafah, ayah dari Abu Bakar. Rasulullah ﷺ sangat gembira mendengar ayah Abu Bakar masuk Islam.
Rasulullah ﷺ Mengirim Khalid bin Walid Menghancurkan Berhala
Pada 25 Ramadhan, Khalid bin Walid dikirim beserta 30 penunggang kuda untuk menghancurkan berhala Uzza di Nakhlah. Berhala ini milik Quraisy dan Bani Kinanah.
Khalid merobohkannya, kemudian kembali ke Makkah. Namun Rasulullah ﷺ bertanya:
“Apakah engkau melihat sesuatu?”
“Tidak,” jawab Khalid.
“Kalau begitu, engkau belum benar-benar merobohkannya. Kembali lagi ke sana dan robohkan!” demikian sabda Rasulullah ﷺ.
Dengan perasaan bergejolak, Khalid kembali sambil menghunus pedang. Namun ketika sampai di tujuan, Khalid dihadang seorang wanita berkulit hitam tanpa baju yang menggeraikan rambut. Orang-orang menjerit melihat tingkah wanita itu. Khalid segera menebasnya sampai mati.
Ketika ia kembali ke Makkah, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dulu aku mengira kalau-kalau Uzza akan disembah selama-lamanya di negeri kalian ini.”
Amr bin Ash
Ia diutus untuk menghancurkan berhala Suwa’ milik Bani Hudhail di Ruhath, yang berjarak 150 km dari Makkah.
Ketika Amr bin Ash tiba di sana, penjaga Suwa’ bertanya:
“Apa maumu?”
“Aku diperintahkan Rasulullah ﷺ untuk menghancurkan Suwa.”
“Engkau tidak akan sanggup!” jawab penjaga sambil melotot.
“Mengapa?” tanya Amr bin Ash geram.
“Karena engkau akan dihalangi!” seru penjaga dengan yakin.
“Hingga detik ini, engkau masih juga berada dalam kebatilan!” seru Amr bin Ash gemas.
“Celakalah engkau. Apakah engkau pikir berhala itu bisa mendengar dan melihat?”
Kemudian Amr bin Ash menghancurkan Suwa’ sampai berkeping-keping. Setelah itu, ia bertanya kepada penjaga:
“Bagaimana menurut pendapatmu?”
“Kalau begitu, aku pasrah kepada Allah,” jawab penjaga.
Sa’ad bin Zaid
Sebanyak dua puluh pasukan diutus Rasulullah ﷺ untuk menghancurkan Manat beserta bangunannya. Berhala itu dulunya milik suku Aus, Khazraj, Ghassan, dan lainnya.
Di tempat itu juga muncul dukun wanita berkulit hitam yang bertelanjang sambil mengutuk Sa’ad. Dan Sa’ad berhasil membunuhnya serta menghancurkan berhala tersebut.
Sungguh tak layak berhala disembah, karena Allah Maha Kaya. Dialah yang memiliki kerajaan bumi dan langit beserta bintang-bintang, bulan-bulan, asteroid-asteroid, komet-komet, dan segala yang ada di alam semesta ini.
Ancaman Hawazin dan Tsaqif
Kini kaum Muhajirin sudah tenang. Mereka dapat kembali ke rumah mereka dan dapat berhubungan lagi dengan keluarga mereka di Makkah yang telah memeluk Islam. Hati semua orang sudah yakin bahwa Islam telah meraih kemenangan.
Namun setelah lima belas hari Fathu Makkah, tiba-tiba tersiar berita yang membuyarkan semua harapan perdamaian.
Kabilah Hawazin dan Tsaqif
Mereka tinggal di pegunungan tidak jauh dari Makkah dan telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kaum Muslimin.
Pasukan Hawazin dipimpin oleh Malik bin Auf. Ia membawa serta semua harta, wanita, dan anak-anak. Seorang tua bijaksana yang sudah buta, Duraid bin Ash Shima, bertanya:
“Mengapa sampai harus membawa wanita, harta, dan anak-anak?”
“Aku ingin setiap prajurit menjadi bersemangat karena tak ingin istri, anak, dan hartanya dirampas jika mereka kalah,” jawab Malik bin Auf.
“Wahai Malik, tidak pantas engkau membawa penduduk Hawazin ini ke tengah pasukan. Bawalah mereka pulang dan bertahanlah di tempat kita tinggal yang aman dan terlindung. Setelah itu hadapilah orang-orang Muslim dengan pasukan inti. Jika engkau menang, keluarga dan hartamu tetap aman. Jika engkau kalah, setidaknya harta dan keluargamu tetap terlindung.”
Namun Malik tidak mau mendengar suara bijak ini. Ia bahkan mengusir Duraid dan berkata:
“Aku tidak mau lagi nama Duraid bin Ash Shima disebut-sebut!”
Pada tanggal 6 Syawal tahun ke-8 Hijriyah, Rasulullah ﷺ meninggalkan Makkah dengan 12.000 pasukan, termasuk 2.000 orang Makkah yang baru memeluk Islam.
Menjelang petang, muncul seorang penunggang kuda yang melaporkan bahwa Hawazin membawa seluruh harta dan ternak mereka.
Rasulullah ﷺ tersenyum dan bersabda:
“Itu adalah harta rampasan milik orang-orang Muslim besok hari, jika Allah menghendaki.”
Jumlah pasukan yang besar itu membuat sebagian prajurit Muslim berkata dengan bangga. Merasa bangga dengan banyaknya pasukan, timbul rasa takabur dan ujub yang mulai menyelimuti kaum Muslimin.
“Kali ini kita tidak mungkin bisa dikalahkan.”
Sebuah pernyataan yang keliru dan mengakibatkan bencana.
Ketika Rasulullah ﷺ mendengar gerakan musuh di Thaif, beliau mengirim mata-mata yaitu seorang sahabat bernama Abdullah bin Abu Hadrod al-Aslamy. Abdullah melakukan pengintaian dan membenarkan persiapan musuh.
Sebagai persiapan, Rasulullah ﷺ meminjam 100 baju perang dan perangkat senjata kepada Shafwan yang masih musyrik. Urusan Makkah diserahkan kepada Aththab bin Usaid.
Shallu ‘alan Nabi...
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد
(Bersambung ke bagian 139...)
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri