Jakarta, infoDKJ.com | Selasa, 3 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Beberapa orang Makkah yang baru masuk Islam seperti Suaiba bin Usman berkata, “Sekarang aku dapat membalas Muhammad, dulu ia yang membunuh ayahku pada perang Uhud.”
Kalada bin Hanbal berkata, “Sekarang sihir Muhammad sudah tidak mempan lagi”.”Sementara yang lain berkata,
“Bergembiralah dengan kekalahan Muhammad dan sahabat-sahabatnya.”
Atas pertolongan Allah Pemimpin perkumpulan kabilah “malik bin auf an-nashari”, beserta beberapa orang pimpinan lainnya lari ke tha`if.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholi ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Perang Hunain
Pembebasan Makkah membuat bangsa arab terkejut. Mereka tak menduga kaum muslimin mampu melakukannya.
Beberapa pemimpin kabilah Qais Ailan lalu berkumpul dipelopori suku Hawazin dan Tsaqif.
Mereka menyusun rencana menolak kekuasaan Rasulullah saw atas Makkah. “Muhammad telah tuntas memerangi kaumnya, sementara tidak ada yang mampu membendungnya. Marilah kita perangi sebelum mereka memerangi kita” Kata mereka.
Berperang menjadi pilihan mereka. Malik bin Auf an-Nashari dipilih menjadi pemimpin pasukan yang jumlahnya banyak sekali. Pasukan membawa perbekalan Unta, Kuda, Wanita dan Anak-anak.
“Mengapa sampai harus membawa wanita, harta, dan anak-anak?” Duraid bin Ash Shima yang buta dari anggota pasukannya yang senior bertanya
“Aku ingin setiap prajurit menjadi bersemangat karena tak ingin istri, anak, dan hartanya dirampas jika mereka kalah,” jawab Malik bin Auf.
“Wahai Malik, tidak pantas engkau membawa penduduk Hawazin ini ke tengah pasukan. Bawalah mereka pulang dan bertahanlah di tempat kita tinggal yang aman dan terlindung.”
Setelah itu hadapilah orang-orang Muslim dengan pasukan inti. Jika engkau menang, keluarga dan hartamu tetap aman. Jika engkau kalah, setidaknya harta dan keluargamu tetap terlindung.”
Namun Malik tidak mau mendengar suara bijak ini. Ia bahkan mengusir Duraid dan berkata, Demi Allah aku tidak akan melaksanakan saranmu karena engkau telah tua renta dan pikiranmu tumpul dan Aku tidak mau lagi nama Duraid bin Ash Shima disebut-sebut!”
Rasa takabur dan Ujub mulai menyelimuti kaum muslimin. Karena melihat Jumlah pasukan yang besar itu membuat sebagian prajurit Muslim berkata dengan bangga,
“Kali ini kita tidak mungkin bisa dikalahkan.” Perkataan ini membebani Rasulullah saw.
Selepas sholat subuh Rasulullah ﷺ menyerahkan bendera dan membagi-bagikan tugas kepada setiap komandan. Setelah itu beliau memerintahkan agar pasukan muslim berangkat. Malam Rabu tanggal 10 Syawal pasukan muslim tiba di lembah Hunain.
Rasulullah saw memakai dua baju besi, satu tameng satu penutup kepala. Lalu pasukan bergerak menuruni lembah. Mereka tidak tahu pasukan musuh telah bersembunyi disamping bukit.
Namun secara diam-diam Malik bin Auf dan pasukannya sudah tiba lebih dulu di sana.
Malik menyusupkan pasukannya di tengah kegelapan malam. Ia menyebarkan mereka di setiap jalan masuk ceruk tersembunyi dan celah celah bukit.
Tiba-tiba saja di dalam keremangan subuh, saat itulah pasukan muslim mendapat serangan panah yang gencar dan serentak laksana belalang bertebaran seperti hujan. Pasukan depan muslim kocar-kacir.
Akibatnya, pertahanan depan Muslimin terbuka, disusul pertahanan belakangnya.
Pasukan musuh membuka serangan, mereka menyerbu turun didahului oleh seorang laki-laki yang menunggang unta merah. Ia membawa Bendera Hitam di ujung tombak. Setiap kali menemui seorang muslim tombak itu dihantamkannya kuat-kuat.
Maka tanpa terkendalikan lagi pasukan muslim lari berantakan. Perasaan takut dan gentar begitu kuat menghantui perasaan mereka, sehingga mereka lari tanpa menghiraukan teman-temannya lagi.
Abu Sufyan yang baru saja dikalahkan saat Fathu Makkah, tersenyum sambil berkata “Mereka tidak berhenti lari sebelum sampai ke laut.”
Beberapa orang Makkah yang baru masuk Islam seperti Suaiba bin Usman berkata, “Sekarang aku dapat membalas Muhammad, dulu ia yang membunuh ayahku pada perang Uhud.”
Kalada bin Hanbal berkata,“Sekarang sihir Muhammad sudah tidak mempan lagi.”
Sementara yang lain berkata, Bergembiralah dengan kekalahan Muhammad dan sahabat-sahabatnya.”
Rasulullah ﷺ yang saat itu duduk di atas kudanya tetap tegar dan menunjukkan ketabahan yang luar biasa maju bergerak kearah musuh sambil berkata.
”Aku seorang Nabi”
“Yang tidak pandai berdusta”
Aku turunan Abdul Muthalib
Ketika semua pengikutnya berlarian mundur, beliau tetap di tempat ditemani beberapa sahabatnya Muhajirin dan Anshar. Beliau memanggil-manggil orang yang berlarian.
“Hai kaum muslimin”,
kemana kalian pergi ?,
Marilah semua berkumpul,
”Aku adalah Rasulullah saw Muhammad bin Abdullah.”
Namun orang-orang tidak peduli, sebab yang mereka pikirkan hanya menyelamatkan diri sendiri.
Saat itulah Abu Sufyan memegang tali kekang kuda dari Rasulullah ﷺ dan ”Abbas memegangi pelananya” agar kuda Rasulullah ﷺ itu tidak melarikan diri karena ketakutan.
Rasulullah ﷺ turun dari keledainya dan berdoa, “Ya Allah turunkanlah Pertolonganmu.”
Do`a nya dijabah Allah dengan Kemenangan
Selesai berdoa Rasulullah ﷺ memerintahkan pamannya, Abbas, untuk memanggil para prajurit. Abbas adalah laki-laki bersuara lantang. Kemudian ia menyeru,
“Manakah saudara-saudara Anshar yang telah memberi tempat dan pertolongan?”
”Manakah saudara-saudara Muhajirin yang telah berikrar di bawah pohon?”
”Kemarilah saudara-saudara. Rasulullah ﷺ masih hidup!”
Mendengar itu pasukan Muslim yang masih tersisa bergerak menuju sumber suara. Mereka menyahut ”Kami mendengar seruanmu . Kami mendengar seruanmu” (HR Muslim).
Dalam waktu singkat, terkumpul 100 orang dan mereka pun maju untuk kembali bertempur. Allah menurunkan ketenangan kepada Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin serta menurunkan pasukan yang tidak mereka lihat .
_Rasulullah ﷺ, memungut segenggam pasir dan melemparkannya kearah musuh. Setiap orang yang terkena pasir itu matanya sulit untuk melihat sehingga menjadikan mereka mundur dan akhirnya kabur.
Kaum Muslim mengejar, membunuh dan menawan mereka . Khalid bin Walid dalam hal ini terluka. Kaum Musyrik Makkah akhirnya banyak yang masuk Islam. Saat melihat pertolongan Allah kepada Rasul-Nya.
Di kemudian hari Abbas menuturkan pengalamannya itu,
“Demi Allah seakan-akan perasaan mereka saat mendengar teriakanku ini seperti perasaan seekor induk sapi terhadap anaknya.”
Suara Abbas menggema berulang-ulang ke seluruh lembah. Terjadilah mukjizat Allah.
”Orang-orang Anshor yang diingatkan akan baiat Aqobah segera teringat pada sosok Rasulullah ﷺ dan janji mereka untuk melindungi beliau.”
”Mendengar nama Rasulullah ﷺ, orang-orang Muhajirin teringat bahwa mereka telah berjuang begitu bersusah-payah bersama beliau.”
Kehormatan mereka tersentuh sehingga dengan penuh semangat orang-orang Muhajirin dan Anshar berseru dari segala penjuru,
“Labbaik! Labbaik! Kami datang! Kami datang!”
Sekelompok pasukan muslim berdatangan ke tempat Rasulullah ﷺ berada dan bertempur dengan dahsyat meskipun mereka tahu nyawa taruhannya.
Alangkah beratnya menahan serbuan musuh yang sudah di ambang kemenangan. Melihat para sahabatnya memberikan perlawanan sengit, dengan semangat yang makin melambung Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sekarang pertempuran benar-benar berkobar. Allah tidak menyalahi janji kepada Rasul-Nya”
Abbas menceritakan kejadiannya sbb:
”Tak berapa lama setiap orang yang terkena pasir itu matanya sulit untuk melihat, kulihat semangatnya mulai kendur sehingga membuat mereka mundur hingga akhirnya kabur.”
Pasukan Muslim terus mengejar musuh sampai ke atas bukit. Di tempat ini pasukan Hawazin dihancurkan sama sekali. Duraid si buta juga terbunuh. Dan Malik bin Auf pemimpinnya lari ke dalam kota Tha’if dan berlindung di sana.
Dalam perang Hunain ini Abu Sufyan yang sedang memegang tali kekang kuda Rasulullah ﷺ. Ketika pasukan muslim kocar-kacir Abu Sufyan bersiap untuk syahid dengan tangan kanan menangkis serangan lawan dan tangan kiri memegang tali kekang.
Setelah pasukan muslim balik memukul, Rasulullah ﷺ menatap Abu Sufyan berlama-lama seraya berkata,
“Oh saudaraku Abu Sufyan bin Harits…”
Mendengar Rasulullah ﷺ mengatakan itu, Abu Sofyan menangis haru karena telah banyak berbuat jahat dan kini ada saatnya dia bisa berbuat baik untuk saudaranya dan air matanya membasahi kaki Rasulullah ﷺ.
Malik bin Auf an-Nashari, beserta beberapa orang pemimpinnya lari ke Tha`if untuk bertahan di perbentengan kota tersebut.
Sebagaimana diketahui, Ketika pasukan musyrik hendak menyerang kaum Muslim, mereka membawa anak istri dan harta bendanya. Yang terdiri dari 24.000 (dua puluh empat ribu ekor unta), lebih dari 4.000 (empat ribu ekor kambing) disamping 6.000 (enam ribu orang Wanita) sekarang semuanya menjadi milik orang Muslim._
Shallu ‘alan Nabi…
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
(Bersambung ke bagian 140...)
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri