Jakarta, infoDKJ.com | Jumat, 13 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Utusan Penduduk Thaif Waktu Dulu yang Pernah Melukai Rasulullah ﷺ Memeluk Islam dengan Syarat
"Berhala yang bernama Al-Laat dibiarkan selama tiga tahun, baru kemudian boleh dihancurkan."
"Diizinkan berzina"
"Boleh melakukan riba"
"Diberi izin meminum minuman keras"
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Perutusan Gelombang Pertama
Perjalanan pulang pergi dari Madinah ke Tabuk memakan waktu yang cukup lama. Pasukan Muslimin berangkat pada bulan Rajab dan kembali menjelang bulan Ramadhan, agar dapat menunaikan kewajiban berpuasa pada bulan itu.
Belum lama tiba di Madinah, datanglah berita menggembirakan bahwa perutusan orang-orang Bani Tha’if datang ke Madinah untuk berunding dengan Rasulullah ﷺ mengenai kesediaan mereka untuk memeluk agama Islam.
Kejadian ini merupakan petunjuk nyata dari terkabulnya doa Rasulullah ﷺ, agar penduduk Thaif dibukakan pintu hatinya untuk menerima kebenaran serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Setelah beberapa lama dikepung oleh kaum Muslimin kemudian ditinggal pulang ke Madinah, penduduk Thaif saling bertukar pikiran dan pendapat mengenai kehidupan mereka di masa mendatang. Namun sebagian besar dari mereka masih tetap setia kepada berhala dan tetap membendung kemajuan Islam.
Pemimpin mereka yang dicintai dan ditaati kaumnya, yaitu ‘Urwah bin Mas’ud, mengajak mereka untuk meninggalkan kejahilan, tetapi hawa nafsu mereka tetap hendak bertahan pada kejahilan yang menguasai pikiran dan perasaan mereka.
‘Urwah bin Mas’ud datang menemui Rasulullah ﷺ setelah pulang dari Thaif dan menyatakan keislamannya. Setelah masuk Islam, ia kembali ke kaumnya dan mengajak mereka masuk Islam.
Ia mengira kaumnya akan menerima seruannya, sebab ia adalah pemimpin yang ditaati. Namun saat menyeru mereka untuk masuk Islam, justru kaumnya menghujaninya dengan anak panah hingga ‘Urwah tewas.
Beberapa bulan setelah terbunuhnya ‘Urwah, orang-orang yang berpikiran sehat tidak putus asa dalam mencari jalan yang benar untuk kaumnya. Mereka lalu bermusyawarah.
Pada suatu hari, beberapa tokoh Bani Thaif di antaranya ‘Amr bin Umayyah bertemu dengan ‘Abdu Lail bin ‘Amr. Keduanya adalah tokoh Bani Thaif. Mereka berkata:
"Kita sekarang telah menghadapi persoalan yang tidak dapat dihindari lagi. Engkau sendiri tahu keadaan orang itu (Rasulullah ﷺ). Hampir semua orang Arab telah memeluk Islam, dan kalian tidak punya kemampuan lagi berperang melawan mereka. Cobalah pertimbangkan apa yang perlu kalian lakukan."
Disepakati untuk mengirim seseorang kepada Rasulullah ﷺ dan membujuk ‘Abdu Lail bin ‘Amr, namun dia menolak karena takut kaumnya akan membunuhnya seperti yang dilakukan terhadap ‘Urwah.
Akhirnya, orang-orang Thaif memandang perlu mengirim perutusan kepada Rasulullah ﷺ untuk memperoleh suatu persetujuan yang diakui bersama. Perutusan itu terdiri dari wakil-wakil semua kabilah Kaum Tsaqif (orang Thaif).
Mereka datang ke Madinah dan diterima Rasulullah ﷺ di sebuah tenda khusus yang didirikan beliau di salah satu sudut Masjid Nabawi. Hal itu dilakukan agar mereka bisa melihat orang menunaikan shalat dan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an.
Dalam pertemuan itu, Rasulullah ﷺ mengajak mereka masuk Islam, namun sebelumnya mereka ingin berunding dan mengajukan syarat-syarat tertentu sebelum kaumnya bersedia masuk Islam.
Dalam pertemuan tersebut, perutusan itu secara panjang lebar mengajukan alasan-alasan untuk memperoleh kelonggaran dalam mempertahankan beberapa adat kebiasaan jahiliyyah.
Mereka meminta kepada beliau agar membiarkan berhala besar bernama Al-Laat selama tiga tahun, baru kemudian boleh dihancurkan.
Rasulullah ﷺ dengan tegas menolak syarat-syarat yang mereka ajukan.
Mereka kemudian melakukan tawar-menawar: dari tiga tahun menjadi dua tahun, lalu satu tahun, hingga satu bulan setelah mereka masuk Islam.
Namun Rasulullah ﷺ tetap menolaknya. Beliau menghendaki agar berhala itu dihancurkan tanpa tenggang waktu tertentu.
Setelah putus harapan untuk memperoleh kelonggaran, mereka pun meminta agar bukan mereka sendiri yang menghancurkan berhala besar itu.
Selain itu, mereka juga meminta kepada beliau agar dibebaskan dari kewajiban sholat. Rasulullah ﷺ menjawab:
"Tanpa sholat, agama tidak mempunyai kebaikan apapun."
Selain itu, mereka juga meminta:
- "Diizinkan berzina"
- "Boleh melakukan riba"
- "Diberi izin melakukan minuman keras"
Setelah mendengarkan dengan saksama, Rasulullah ﷺ tidak menerima satu pun permintaan mereka tersebut.
Mereka kembali berembuk. Karena menemui jalan buntu, akhirnya mereka sepakat untuk tunduk kepada Rasulullah ﷺ dan masuk Islam.
Perutusan ke Thaif
Perutusan dari Madinah ini disertai oleh:
Al-Mughirah bin Syu’bah dan Abu Sufyan bin Harb, yang bertugas menghancurkan berhala besar Al-Laat.
Peristiwa penghancuran Al-Laat ini merupakan kejadian luar biasa yang disaksikan orang banyak. Kaum wanita Thaif keluar tanpa kerudung, menyaksikan penghancuran “tuhan” mereka, sambil menangis, meratap dan menjerit setiap kali palu godam dihantamkan ke berhala besar yang selama ini mereka sembah.
Berhala yang selama ini mereka puja dan diberi sesaji serta hewan kurban sebagai persembahan kepada “tuhan”.
Tidak diragukan lagi, dengan menyerahnya Bani Tsaqif dan kesediaan mereka memeluk Islam, maka agama Allah mencapai kemajuan besar dan kemenangan baru.
Semua kabilah besar dan kuat di Semenanjung Arabia sudah memeluk Islam atau cenderung mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ibnu Ishaq mengatakan, setelah Makkah jatuh ke tangan Rasulullah ﷺ, disusul dengan berakhirnya Perang Tabuk dan masuknya kaum Bani Tsaqif ke dalam Islam, banyak perutusan datang kepada beliau dari berbagai pelosok negeri Arab.
Sebelum itu, banyak kabilah Arab yang menentang Islam, karena mengikuti jejak orang-orang Quraisy.
Orang Quraisy diakui oleh semua kabilah sebagai pemimpin, pengawal Ka'bah, dan keturunan Nabi Ismail as. Mereka pula yang melancarkan permusuhan terhadap Rasulullah ﷺ.
Namun setelah Makkah jatuh ke tangan kaum Muslimin, orang-orang Quraisy berbondong-bondong memeluk Islam. Maka kabilah Arab lainnya tidak lagi memiliki kekuatan untuk menentang Islam dan kaum Muslimin.
Karena itu, mereka beramai-ramai datang mengikuti jejak Quraisy dan menyatakan kesediaan memeluk Islam.
Mengenai hal ini Allah SWT berfirman:
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat."
(QS. An-Nashr: 1–3)
Bagi Rasulullah ﷺ, untuk mencapai keberhasilan ini bukanlah waktu yang singkat, tetapi memakan waktu 22 tahun berdakwah — dari Makkah hingga Hijrah ke Madinah — bahkan sampai hendak dibunuh.
Beliau tetap berdakwah dengan tekun dan lemah lembut, tabah menghadapi berbagai gangguan dan penderitaan, serta gigih dalam menghadapi permusuhan.
Dengan itu, Islam telah berhasil membersihkan seluruh Semenanjung Arabia dari paganisme dan penyembahan berhala.
Kaum musyrikin akhirnya sadar bahwa kesempatan mereka untuk tetap hidup dalam perbudakan berhala telah berakhir.
Patung-patung yang dulunya dipuja di sekitar Ka’bah telah lenyap. Ka’bah kini menjadi kiblat kaum Muslimin dan hanya boleh dikunjungi oleh umat yang bertauhid.
Ka’bah tidak lagi dikelilingi oleh manusia-manusia yang merengek meminta berkah kepada batu-batu.
Adat bertelanjang saat tawaf dan perbuatan cabul lainnya yang dilakukan pada masa jahiliyyah telah dicampakkan oleh Islam.
Shallu ‘alan Nabi…
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke bagian 150...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri