Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 16 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Rasulullah saw, bertanya lagi:
“Bagaimana kalau ada pengikut mu yang tidak sependapat denganmu”
Syurahbil menjawab: ”Tanyakan sendiri mengenai diriku”
Ketika Rasulullah saw, menanyakan tentang Syurahbil itu kepada perutusan Najran, beliau mendapat keterangan, bahwa semua penduduk Najran tidak akan bertindak dari pendapat Syurahbil. Menanggapi ucapan mereka itu, rasulullah saw berucap: ”Seorang kafir yag baik”
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholi ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Perutusan Kaum Buta Huruf
Kabilah kaum Sa`ad bin Bakr mengutus Dhimam bin Tsa`laba berangkat ke Madinah menghadap Rasulullah saw. Ia berangkat menunggang unta. Dan setibanya di Madinah ia menuju ke masjid Nabawi, kemudian menambat untanya di dekat pintu.
Ia masuk ke dalam dan menuju ke Tengah Masjid Dimana Rasulullah saw. sedang duduk bersama para sahabatnya.
Dhimam seorang yang keras dan kasar , berambut gondrong di kepang dua. Setibanya dihadapan Rasulullah saw, dan para sahabatnya dia bertanya:
Manakah diantara kalian yang keturunan Abdul Muthalib?”
Rasulullah menjawab; Aku keturunan keturunan Abdul Muthalib
Benarkah engkau yang bernama Muhammad?
Ya Benar jawab Rasul Allah saw.
”Hai anak Abdul Muthalib, aku ingin bertanya kepada mu. Aku berlaku kasar kepadamu , tapi engkau jangan marah Kata Dhimam.
”Tidak, aku tidak marah”
Tanyakanlah apa yang hendak engkau tanyakan. Jawab Rasulullah.
”Aku ingin mendapatkan keterangan mengenai Allah, Tuhanmu, Tuhan orang sebelum engkau, dan Tuhan orang-orang yang hidup sesudahmu..., Apakah benar Allah mengutusmu sebagai seorang Rasul?”
tanya Dhimam.
”Ya benar” jawab beliau.
Rasulullah saw, kemudian menjelaskan kewajiban-kewajiban dan hukum-hukum yang diterapkan dalam Islam.
Setelah itu Dhimam berkata:
”Aku bersaksi (mengakui lahir dan bathin) bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah! Aku akan menunaikan semua kewajiban itu dan aku akan menjauhi segala perbuatan yang kau larang. Aku tidak akan menambah dan juga tidak mengurangi...
Sepeninggal Dhiman meninggalkan tempat itu, Rasul Allah saw, berucap :
”Kalau orang yang berkepang dua itu benar, ia masuk surga”
Dhimam menemui kaumnya dan mulai berbicara :
“Persetan itu Latta dan Uzza” (nama dua berhala yang dianggap paling berkuasa)
“Hai Dhimam,”
”awas engkau akan terkana penyakit corob” (sejenis penyakit kulit),
”Awas engkau akan terserang kusta,”
”awas engkau akan menjadi gila” teriak kaumnya sambil menyumpah dan memaki Dimam.
Dhimam menyahut :
”,Kalianlah yang celaka!, ”
Demi Allah swt, dua berhala itu tidak mendatangkan mamfaat dan tidak mendatangkan mudharat! Ketahuilah, bahwa Allah telah mengutus Rasulullah saw dan menurunkan Kitab Suci kepadanya untuk menyelamatkan kalian dari keadaan kalian sekarang ini.
Saya telah bersaksi bahwa tiada Tuan selain allahh tanpa sekutu apapun juga, dan akupun telah bersaksi bahwa Muhammad adalah adalah hambanya Allah dan Rasul –Nya”
”Aku berhadapan dengan kalian sekarang ini adalah setelah aku menghadap beliau dan membawa perintah serta larangan beliau kepada kalian...”
Sejak saat itu, dalam lingkungan kabilahnya tidak ada lagi seorang pun yang memeluk agama selain Agama Islam, baik lelaki maupun perempuan.
Itulah sebenarnya perutusan yang sepenuhnya menggambarkan betapa sederhananya cara berfikir orang-orang yang buta huruf, dan menunjukkan kebersihan hatinya dalam betanya jawab.
Fikirannya benar-benar bersih dari komplikasi dan dan keruwetan dalam menghadapi kebenaran. Tidaklah dapat dipungkiri bahwa perjuangan dakwah pada masa lalu besar sekali pengaruhnya hingga dapat mencapai hasil yang secepat itu.
Hal itu adalah merupakan soal yang wajar, karena berganti agama tidak seperti orang berganti baju. Dan dalam hal ini Dhimam mencurahkan fikirannya dengan mengajukanb pertanyaan-pertanyaan kepada Rasulullah saw, kemudian menyampaikan hasil pemmikirannya kepada kaum yang diwakilinya.
Itulah perutusan dari kaum yang buta huruf, dan seperti juga perutusan-perutusan yang lain yang dikirimkan oleh kabilah besar maupun kabilah kescil.
Mereka datang ke Madinah untuk bertemu Rasulullah saw, kemudian mengakui kenabian beliau kemudian masuk Islam. Lalu pulang kembali kepada kaumnya membawa petunjuk, hidayah dan kebajikan.
Perutusan Kaum Ahlul-Kitab dari Najran
Najran adalah sebuah wilayah yang cukup luas, meliputi 73 desa. Memiliki 100.000 prajurit yang bernaung dibawah bendera Nasrani. Para utusan ini datang pada tahun ke-9 Hijrah, berjumlah 60. Sebanyak 24 orang adalah bangsawan dan didampingi tiga tokoh agama.
Sehubungan dengan keadaan perang menghadapi ancaman Romawi, kaum muslimin berpendapat perlu menentukan sikap tegas terhadap orang-orang Nasrani di daerah selatan Semenanjung Arab, terutama yang sebabkan bantuan moril dan materil yang diberikan Romawi kepada kaum miisionaris di daerah itu.
Kaum Nasrani Najran sebagai pusat agama Nasrani di Arabia selatan, mengirim perutusan ke Madinah untuk bertemu Rasulullah saw, dan untuk memperoleh saling pengertian dengan beliau.
Perutusan yang dipimpin oleh Suhrabil bin wada`ah yang bergelar as-Saiyyid. Tiba di Madinah setelah beberapa hari perjalanan. Sore hari selesai kaum muslimin menunaikan shalat ashar, mereka langsung masuk ke dalam masjid.
Yang dilakukan pertama-tama setelah masuk masjid adalah mereka menghadap ke Baitul Maqdis lalu bersembahyang menurut agama Nasrani. Saat itu kaum muslimin hendak mencegahnya, tapi Rasulullah saw, mencegahnya. Dan berkata: ”Biarkanlah mereka sampai selesai sembahyang”.
Rasulullah saw, melihat mereka memakai pakaian kebesaran gereja dan memamkai cincin emas. Mereka memakai sutera mulai dari jubah sampai penutup kepala, sehingga nampak sengaja dibuat-buat begitu rupa.
Yang sangat mengeherankan salah seorang dari mereka bertanya kepada Rasulullah saw,:
”Hai Muhammad , apakah anda ingin kami menyembah anda seperti, `Isa putra Maryam? Itukah yang anda serukan kepada kami”?
Rasulullah saw, menjawab:
”Aku berlindung kepada Allah, janganlah sampai aku menyembah selain Dia, dan janganlah sampai aku menyuruh orang supaya menyembah selain Dia.! Bukan itu yang diperintahkan Allah kepadaku dan bukan untuk itu akau diutus.”
Kemudian Rasullah saw, mengajak pendeta Najran dan semua anggota perutusan itu supaya memeluk Islam, tetapi mereka menjawab: ”Kami telah memeluk Islam sejak dahulu”
Rasulullah saw, menyangkal:
”Kalian bohong Islam tidak memperbolehkan kalian mempercayai Allah mempunyai anak, tidak memperbolehkan kalian memuja-muji salib, dan melarang kalian makan babi.”
Lalu mereka membuka debat mengenai nabi Isa as. Dengan peretanyaan: ”Siapakah ayahnya”
Menurut sementara riwayat, ketika itu Nabi saw, menjawab
”Tidakkah kalian mengetahui bahwa Allah itu hidup dan tidak mati, dan bahwa Isa itu termasuk fana (yakni tidak kekal dan mati?”
Mereka menyahut : ”Ya benar”
Rasulululah saw, melanjutkan pertanyaannya:
”Tidakkah kalian mengetahui bahwa Tuhan kita maha kuasa mengurus segala-galanya, Dialah yang memelihara Isa, menjaganya dan memberi rezeki kepadanya?”
Mereka menjawab : ”Ya benar”
Rasulullah saw, terus bertanya lagi:
”Tidakkah kalian mengetahui bahwa tidak ada satupun di langit dan di bumi lepas dari pengetahuan Allah?”
Mereka menyahut : ”Ya benar”
Beliau saw, meneruskan lagi;
”Apakah Isa mengetahui sesuatu dari kesemuanya itu?”
Mereka menjawab : ”Tidak”
“Bukankah Tuhan kita yang membentuk Isa didalam rahim menurut kehendak-Nya, dan bahwa Tuhan kita tidak makan, dan tidak minum dan tidak membuang hajat?” tanya Rasulullah saw.
Mereka menjawab : ”Ya benar”
”Bukankah kalian mengetahui bahwaBunda Isa mengandungnya sebagaimana wanita lainnya mengandung (hamil) , kemudian dia melahirkan seperti wanita lain melahirkan anaknya, setelah itu Isa disuapi makanan seperti makanan bayi lainnya, kemudian makan makanan, minum minuman dan membuang hajat?”
Tanya beliau lagi :
Mereka menjawab : ”Ya benar”
”Lantas bagaimana ia menjadi sebagaimana yang kalian anggap ?” tanya Rasulullah saw, lagi.
Mereka tidak menjawab, tetapi balik bertanya:
”Bukankah mengenai Isa itu anda sendiri yang mengatakan bahwa ia kalimat Allah yang diberikan kepada Maryam, dan ia diberi Roh oleh Allah!?”
”Ya benar” jawab Rasulullah saw.
Rasulullah saw, berpendapat bahwa perdebatan dengan mereka akan melantur-lantur, dan beliau mengetahui bahwa mereka tetap memandang Isa sebagai Tuhan atau sebagi sekutu Tuhan.
Oleh karena itu beliau lalu berkata:_
”Datanglah kembali esok pagi , kalian akan kuberi tahu”
Keesokan harinya melihat keseriusan Rasulullah saw, siap menghadapi bermubahalah, perutusan Nasrani Najran bermusyawarah.
Dalam muhabalah ini beliau mengikut sertakan dua orang cucunya, Al - Hu`sen dan Al-Hasan dan putrinya Fatimah.
Dalam muhabalah ini beliau dan perutusan Nasrani Najran akan memohon kepada Allah agar menjatuhkan laknat-Nya terhadap pihak yang berdusta.
Setelah mendengar tantangan Rasulullah itu, perutusan nasrani Najran takut menerimanya. Mereka berfikir, bagaimana jadinya kalau pendirian Muhammad itu yang benar, yaitu bahwa Isa adalah manusia seperti mereka juga.
Mereka melihat kepada Rasulullah saw, bersama putri dan dan dua orang cucunya siap bermuhabalah. Mereka sadar pihak yang berdusta pasti akan ditimpa bencana hebat, bukan hanya dirinya saja, melainkan bersama semua anggota keluarganya.
Mereka sangat kuatir terhadap nasib anggota-anggota keluarganya yang pasti akan binasa bila mereka jadi bermuhabalah dengan Rasulullah saw.
Mereka berkata satu sama lain:
”Demi Allah, kalian jangan melayaninya! Jika dia benar seorang Nabi, Allah pasti akan mengutuk kita dan kitapun tidak akan beruntung sama sekali serta tidak akan tersisa dimuka bumi setelah ini. Semua yang ada pada diri kita pasti akan binsa” kata Suhrabil.
”Kalau ia (Muhammad saw). seorang raja, kita tidak akan sanggup melawan dan memusuhinya, sebab kekuasaanya makin meluas, dan para pengikutnya dapat menghancurkan kita... “
”Kalau ia seorang nabi yang di utus Tuhan, kita akan lebih celaka lagi, dimuka bumi ini pasti kita tidak ada lagi yang selamat! Lantas apakah yang harus kita perbuat”.
Juru bicara mereka, Suhrabil bin wada`ah, akhirnya berkata terus terang kepada Rasulullah saw:
”Ada sesuatu yang lebih baik dari pada kita bermuhabalah yang akan melaknati satu sama lain”.
“Apa yang engkau maksud “ tanya beliau.
Syuhrabil menjawab:
”Saya akan berikan anda berkuasa memerintah kami, terserah apa yang hendak anda lakukan terhadap kami”.
Rasulullah saw, bertanya lagi:
“Bagaimana kalau ada pengikut mu yang tidak sependapat denganmu”
Syurahbil menjawab: ”Tanyakan sendiri mengenai diriku”
Ketika Rasulullah saw, menanyakan tentang Syurahbil itu kepada perutusan Najran, beliau mendapat keterangan, bahwa semua penduduk Najran tidak akan bertindak dari pendapat Syurahbil. Menanggapi ucapan mereka itu, rasulullah saw berucap: ”Seorang kafir yang baik”.
Muhabalah tidak jadi dilakukan Rasulullah saw, bersama putrinya dan dua orang cucunya lantas pulang.
Dengan adanya perjanjian tersebut , mulai saat itu kaum Nasrani Najran hidup sebagai rakyat dibawah naungan pemerintah Islam.
Ketentuan jaminan dan perlindungan yang diberikan Allah dan Rasul-Nya sebagaimana termaktub didalam naskah perjanjian, itu berlaku hingga Allah menetapkan ketentuan yang lain.
Selama berlakunya perjanjian itu tidak akan ada pihak-pihak yang bertindak zhalim mengingkari perjanjian.
Bertidak selaku saksi dalam perjanjian tersebut adalah :
Abu Sofyan bin Harb
Ghailan bin amr
Malik bin Auf
Al-Aqra bin Habis
Al-Mughirah bin Syu`bah
Shallu ‘alan Nabi…
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Berlanjut ke bagian 152...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri