Jakarta, infoDKJ.com | Rabu, 18 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Keturunan Rasululah saw
Rasulullah saw, tidak memperoleh putra maupun putri. dari para istri lainnya .”Putra-Putri beliau yang yang dilahirkan dari Siti Khadijah ra, semuanya wafat kecuali Siti Fatimah”.
Ibrahim wafat di depan ayahandanya, rasulullah saw
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholi ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Ummahatul Mu`minin (Para Istri Nabi)
Kamar para Istrinya
Nabi Muhammad saw, menikah dalam usia 25 tahun dengan Siti khadijah yang umurnya 40 tahun selisih 15 tahun. Hingga sampai wafatnya Siti Khadijah ra. umur 65 tahun beliau tetap merupakan istri tunggal Rasulullah saw. Ketika istrinya wafat Rasulullah saw, berusia 50 Tahun.
Pernikahan ini berlangsung sebelum Rasulullah saw, menerima tugas kerasulan dan hingga sesudahnya. Khadijah merupakan wanita pertama yang beriman kepada Rasulullah saw.
Sebagai wanita kaya, Khadijah mampu menjadi menopang perjuangan Rasulullah saw. Ia meninggal tiga tahun sebelum hjirah dalam usia 65 tahun. Siti Khdijah merupakan satu-satunya istri yang tidak pernah di madu oleh Rasulullah saw. Semoga Allah meridhoinya.
Dalam usia Rasulullah saw, yang masih subur itu , sekalipun beliau hidup tanpa istri, beliau tetap suci dan bersih, tak seorangpun dari musuh dari musuh bebuyutan beliau yang berani menuduhkan perbuatan tidak senonoh kepada beliau, dan tidak ada pula yang meragukan kesucian hidup beliau.
Seandainya di kala Siti Khadijah ra. masih hidup, tidak ada rintangan bagi beliau untuk jika hendak menikah lagi dan tidak ada juga yang menghalanginya. Karena poligami telah sudah merupakan soal biasa dikalangan masyarakat Arab, yang sudah dikenal dalam agama Ibrahim as.
Namun Rasulullah saw, tetap merasa cukup dengan seorang istri dan beliau merasa senang dan tenang hidup disamping Siti Khadijah ra. Sekalipun istri beliau itu sudah lanjut usia dan beliau sendiri masih dalam keadan phisk sempurna sebagai pria.
Sepeninggal Siti Khadijah, ra
Dasar utama yang dijadikan pertimbangan oleh beliau saw, dalam memilih seorang istri adalah:
”mempererat hubungan kekeluargaan dengan orang-orang yang membantu dalam melaksanakan tugas da`wah dan mendukung beliau dalam menegakkan risalah Islam”
Saudah binti Zama`ah
Adalah seorang janda yang dipersunting Rasulullah saw, dalam usia lebih kurang 50 tahun. Pernikahan ini memiliki motif yang mulia, yaitu untuk melindunginya setelah suaminya meninggal, sekaligus memberiikan perlindungan dari perlakuan-perlakuan kasar keluarganya setelah dia memeluk agama Islam.
Sitti Aisyah
Karena itulah kemudian beliau memilih Sitti Aisyah ra. Binti abu Bakar ash shdiddiq sebagai bentuk persaudaraan, sekalipun ketika itu dia masih muda remaja . Setelah itu beliau memilih Hafshah ra. Binti Umar Ibnu Khattab, yang suaminya gugur syahid dalam medan perang.
Pernikahan Rasulullah saw, dengan Siti Aisyah, Putri Abu Bakar ash Shiddiq, berlangsung atas dasar wahyu dari Allah saw. disamping itu, pernikahan ini juga bertujuan membantah kebiasaan adat kaum jahiliyah yang menjadikan persaudaraan, kekerabatan bagaikan persaudaraan senasab. Aisyah merupakan satu-satunya istri Rasulullah yang masih gadis.
Hafshah
Pernikahan dengan Hafshah binti Umar, dilakukan Rasulullah saw, setelah dia menjanda karena suaminya gugur sebagai shahid dalam Perang Badar. Sebelum dipersunting Nabi, Umar (ayahnya Hafshah), pernah menawarkan kepada Abu Bakar, tetapi abu Bakar tidak bersedia. Lalu ditawarkan kepada Utsman bin Affan juga tidak bersedia.
Kemudian Rasullullah saw, meminangnya untuk mengobati kesedian Hafshah sekaligus mengangkat martabat ayahnya, “Umar bin Khattab”
Ummu Salamah,
Di kemudian hari beliau memilih lagi Ummu Salamah, janda seorang panglima perang beliau sendiri yang gugur di medan tempur sebagai pahlawan syahid. Seorang wanita yang tabah menderita bersama suaminya ketika berhijrah ke HAbbasyah (Ethiopia) dan kemudian hijrah lagi ke Madinah.
Rasulullah saw, hidup dengan ke empat wanita tersebut tidak didasari pada kesenangan dunia apa pun. Hanya demi perjuangan dakwah menegakkan agama Allah swt.
Pernikahan beliau lainnya dengan lima orang wanita lainnya, semata-mata didorong oleh kondisi mereka masing-masing.
• Ada diantara mereka yang perlu dinikahi karena kepentingan kebijaksanaan beliau dalam menghadapai orang-orang atau golongan tertentu.
• Ada pula yang perlu dinikahi demi berhasilnya usaha beliau dalam menegakkan kebajikan dan menghapus kemungkaran.
Adapun mengenai para istri Nabi yang lain-lainnya lagi, mereka adalah para wanita yang berasasl dari lingkungan orang besar dan terkemuka.
Pada saat mereka itu memeluk Islam terdapat persoalan tertentu yang tidak layak dibiarkan begitu saja oleh Rasulullah saw, sebagai pengemban tugas da`wah tertinggi.
Ummu Habibah
Adalah Putri Abu Soyan yang bernama “Ramlah binti Abu sofyan bin Harb”, Abu Sofyan kafir Quraisy seorang penguasa kota Makkah yang selama 20 tahun atau lebih yang berkedudukan sebagai panglima perang dalam melawan peperangan-peperangan melawan Islam dan kaum muslimin waktu sebelum masuk Islam.
Ketika Ummu Habibah memeluk Islam, ia berani menentang ayahnya dan kabilahnya sendiri demi kesetiaannya kepada Allah swt, Kemudian dia berhijrah ke HAbbasyah meninggalkan kota Makkkah yang berada dibawah kekuasaan ayahnya.
Wanita semulia ini di tinggal oleh suaminya yang murtad dari agama Islam. Kemudian Rasululah saw, meminta an-Najasy, penguasa Habsyah, untuk melamarkannya
Tujuan utama pernikahan ini adalah memberikan perlindungan terhadap wanita Mukmin, yang suaminya telah menjadi murtad. Sementara ayahnya sendiri Abu sofyan bin Harb merupakan pemimpin pasukan Qureisy dalam memerangi umat Islam.
sebagai penghargaan atas jasa-jasanya dan penghormatan kepadanya, Rasulullah saw, menikahinya lalu dipersatukan dengan istrinya yang lain.
Shafiyyah binti Huyai,
Ayahnya (yaitu Huyai), adalah seorang pemimpin Yahudi sangat terkemuka. Dalam peperangan antara Yahudi Bani Israil dan Islam di Khaibar, ayahnya tewas bersama suaminya dan kakak lelakinya .
Ketika itu Shafiyyah, di tawan dan jatuh sebagai budak di tangan seorang seorang anggota pasukan muslimin yang tidak mengenal Shafiyyah selain sebagai tawanan perang yang boleh di perbudak dan diperlakukan sesuka hatinya.
Rasullulah saw, tidak tega melihat melihat nasib Shafiyyah, kemudian Rasulullah menawarkan dua pilihan kepadanya: “masuk Islam atau menjadi budak”
Shafiyyah lebih memilih masuk Islam.
Rasulullah saw, kemudian memerdekakannya, di pulihkan kembali kedudukannya seperti sediakala. Akhirnya beliau menikahinya, agar dengan budi baik yang diterimanya itu ia merasa tenang, senang dan tentram.
Karena ayahnya seorang pembesar Yahudi yang sangat terhormat, sehingga para sahabat Rasul berpendapat
“Tidak ada yang pantas menikahinya kecuali Rasulullah saw, atas pernikahan ini umat Islam memiliki hubungan erat dengan bangsa Yahudi waktu itu.
Juwairiyyah binti al-Harits
Ayahnya yaitu (Al-Harits) adalah seorang pemimpin terkemuka dari Bani Al-Mushthaliq. Dalam peperangan melawan kaum muslimin ia bersama pasukannya menderita kekalahan berat, hingga semua anggota kabilahnya nyaris menderita kehinaan dan kenistaan di tawan sebagai budak.
Panglima perang itu diperlakukan dengan baik oleh Rasulullah saw, lalu diikat dengan hubungan kekeluargaan melalui pernikahan beliau dengan putrinya Juwairiyyah.
Dengan pernikahanya itu beliau bermaksud memberi contoh kepada kaum muslimin mengenai kebajikan dan pertolongan apa yang apatut diberikan kepada pengikut Al-Harits yang telah tunduk sepenuhnya.
Apa yang dikehendaki beliau itu kemudian menjadi kenyataan;
Semua tawanan perang Bani Al-Mushthaliq dipulihkan kemerdekaannya, baik lelaki maupun perempuan oleh kaum muslimin, karena mereka sadar tidaklah patut berlaku buruk terhadap tawanan suatu kabilah yang putri pemimpinya telah menjadi istri Nabi saw.
Pernikahan ini membuat keluarganya bersimpati dan tertarik untuk memeluk agama Islam. Jawairiyah merupakan perempuan yang paling berjasa dalam meretas jalan hidayah bagi kaumnya.
Keturunan Rasululah saw
Rasulullah saw, tidak memperoleh putra maupun putri. dari para istri lainnya
”Putra-Putri beliau yang yang dilahirkan dari Siti Khadijah ra, semuanya wafat kecuali Siti Fatimah”.
Ibrahim
Dari istri beliau yang bernama Mariyah, putri yang dihadiahkan kepada beliau oleh penguasa Mesir, Muqauqis, beliau memperoleh seorang putra yang diberi nama Ibrahim, diambil dari nama datuk beliau, Nabi Ibrahim Ia tidak dikaruniai umur panjang dan wafat dalam keadaan masih dalah buaian
Anas mengatakan: ”aku melihat sendiri ia (Ibrahim) wafat di depan ayahandanya, Rasulullah saw, ketika itu sambil meneteskan airmata beliau berucap” :
”Mata berlinang-linang dan hati kesediha namun kami tidak dapat mengatakan sesuatul selain yang diridhoi Allah, Hai Ibrahim, kami sungguh sedih karena engkau...!”
Pada suatu hari terjadi gerhana matahari. Banyak orang beranggapan kejadian itu sehubungan dengan wafatnya Ibrahim.
Sesudah mengimami shalat berjamaah beliau berkata:
”Hai kaum muslimin, matahari dan bulan adalah dua buah tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Azza wa jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan bukan karena kematian manusia. Bila kalian melihat tanda-tanda gerhana, hendaklah kalian bersembahyang (hingga matahari atau bulan) kelihatan terang kembali”
Shallu ‘alan Nabi…
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Berlanjut ke bagian 154...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri