Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 23 Juni 2025
PERIODE MADINAH
MENJELANG TUBUH RASULULLAH SAW AKAN BERPISAH DENGAN NYAWANYA.
Tak lama kemudian, Rasulullah ﷺ memberikan nasihat kepada istri-istrinya. Setiap kali kalimat nasihat terucap dari mulut sang suami, mereka menganggukkan kepala diiringi isak tangis yang makin mengeras. Awan duka menyelimuti kamar Aisyah.
Sakit Rasulullah ﷺ semakin bertambah, sehingga tubuhnya terus menggigil menahan demam yang menyerang dengan hebatnya. Pengaruh makanan beracun yang disusupkan seorang wanita Yahudi saat perang Khaibar dulu mulai menjalari tubuhnya, sampai-sampai beliau berkata kepada Aisyah:
KISAH RASULULLAH ﷺ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
EMPAT HARI MENJELANG WAFAT
Sumber: Buku “Great Rasulullah ﷺ”
Matahari mulai menampakkan dirinya. Hari itu tepat hari Kamis, yaitu empat hari sebelum wafat, sakit Rasulullah ﷺ semakin berat dan berada pada puncaknya. Tubuhnya menggigil menahan demam, suhu tubuhnya kian memanas, butir-butir keringat menetes deras dari sekujur pori-pori tubuhnya.
Di tengah-tengah kondisi yang sangat parah itu, beliau masih memikirkan umatnya. Dengan suara parau Rasulullah ﷺ memanggil para sahabatnya:
“Kemarilah kalian, aku akan sampaikan sesuatu, yang jika kalian pegang, maka kalian tidak akan tersesat selamanya.”
Rasulullah ﷺ menyampaikan wasiat:
“Tolong bawakan kepadaku alat tulis, aku akan sampaikan untuk kalian wasiat, dengan wasiat itu kalian tidak akan sesat setelah itu.”
Di dalam rumah saat itu ada beberapa sahabat. Di antara mereka adalah Umar bin Khattab. Ia tidak tega melihat kondisi Nabi ﷺ dan langsung berkata kepada sahabat yang lain:
“Beliau terpengaruh oleh rasa sakit. Bukankah sudah ada Al-Qur’an? Cukuplah bagi kita kitab Allah itu.”
Para sahabat dan keluarga Rasulullah berselisih pendapat, terjadi perdebatan sengit. Sebagian berkata:
“Mendekatlah, biarkan Rasulullah ﷺ menyampaikan sesuatu untuk kita.”
Namun sebagian lain setuju dengan pendapat Umar. Situasi menjadi tak terkendali, hingga Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ayo! Menyingkirlah kalian dariku.” (HR. Bukhari)
Di hari itu juga Rasulullah ﷺ menyampaikan tiga wasiat, yaitu:
- Kaum Yahudi, Nasrani, dan musyrikin agar dikeluarkan dari Semenanjung Tanah Arab.
- Membenarkan kedatangan perwakilan sebagaimana pernah Rasulullah ﷺ lakukan.
- Berpegang teguh pada Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah, serta meneruskan pengiriman tentara Islam pimpinan Usamah bin Zaid. Juga perintah shalat dan menjalin hubungan baik dengan sesama umat.
Setelah itu Rasulullah ﷺ berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat, langkahnya tertatih-tatih dipapah oleh para sahabat. Dalam kondisi sakit, beliau tetap menjadi imam shalat berjamaah. Di hari itu beliau memimpin shalat Maghrib dan membaca surat Al-Mursalat.
Menjelang shalat Isya’, sakit beliau bertambah berat sehingga tak bisa keluar ke masjid. Kata Aisyah:
“Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Apakah orang-orang sudah shalat?’
Saya menjawab: ‘Belum, wahai Rasulullah. Mereka sedang menunggu paduka.’”
“Sediakan air dalam bejana itu,” perintah Rasulullah ﷺ. Kami pun menyediakannya. Rasulullah bersuci, lalu berusaha berdiri, namun tak lama kemudian beliau jatuh dan pingsan.
Para sahabat panik dan segera membaringkan Rasulullah ﷺ di tempat tidur beralaskan pelepah kurma. Setelah sadar dari pingsan, beliau kembali bertanya:
“Apakah orang-orang sudah shalat?”
Rasulullah ﷺ mencoba bangkit, namun jatuh lagi dan pingsan. Hingga tiga kali Rasulullah ﷺ pingsan, dan akhirnya beliau memerintahkan agar Abu Bakar memimpin shalat.
Abu Bakar pun melaksanakan perintah tersebut dan menjadi imam shalat selama 17 waktu, sejak shalat Isya’ Kamis malam hingga shalat Subuh Senin pagi.
Aisyah sempat tidak setuju Abu Bakar menjadi imam, dan tiga hingga empat kali menyarankan agar Rasulullah ﷺ menunjuk orang lain. Namun Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya kalian ini sama dengan saudara-saudaranya Nabi Yusuf. Suruhlah Abu Bakar itu menjadi imam shalat.”
Dua Hari Menjelang Wafat
Pada hari Sabtu atau Ahad, kondisi Rasulullah ﷺ sedikit membaik. Saat azan Zuhur berkumandang, Rasulullah ﷺ bangkit dan dipapah menuju masjid.
Saat itu Abu Bakar sedang mengimami shalat. Rasulullah memberi isyarat agar beliau duduk di sisi kiri Abu Bakar. Shalat pun dilanjutkan dengan Abu Bakar mengeraskan takbir dan Rasulullah shalat dalam keadaan duduk.
Sehari Sebelum Wafat
Rasa sakit kembali menyerang dan tidak banyak aktivitas yang bisa beliau lakukan. Rasulullah ﷺ membebaskan seluruh pembantu laki-lakinya, menyedekahkan 7 dinar harta yang tersisa, dan menyerahkan seluruh senjatanya kepada kaum Muslimin.
Malam harinya, Aisyah meminta bantuan seorang perempuan untuk menyalakan lampu dengan minyak yang tersedia. Sementara itu, baju besi Rasulullah tergadai kepada seorang Yahudi sebesar 30 sha’ gandum (HR. Bukhari).
Hari Terakhir dalam Hayat Rasulullah ﷺ
Anas bin Malik meriwayatkan:
Pada pagi hari Senin, ketika kaum Muslimin sedang shalat Subuh berjamaah di belakang Abu Bakar, tiba-tiba tabir kamar Aisyah tersingkap. Rasulullah ﷺ muncul dan tersenyum menyaksikan umatnya shalat.
Abu Bakar hendak mundur karena mengira Rasulullah akan mengimami shalat, namun Rasulullah memberi isyarat agar mereka melanjutkan shalat. Setelah itu, tabir ditutup kembali dan Rasulullah masuk ke dalam.
Itulah shalat terakhir yang disaksikan Rasulullah ﷺ. Beliau tidak lagi memiliki kesempatan untuk ikut shalat lima waktu yang lain.
Bisikan untuk Fatimah
Menjelang waktu Dhuha, Rasulullah ﷺ memanggil putrinya, Fatimah. Beliau membisikkan sesuatu yang membuat Fatimah menangis. Lalu membisikkan lagi sesuatu yang membuatnya tersenyum.
Ketika ditanya, Fatimah menjawab:
“Rasulullah membisikkan bahwa ajalnya sudah dekat, itulah yang membuatku menangis.
Kemudian beliau membisikkan bahwa akulah anggota keluarga yang akan menyusul beliau paling awal, itulah yang membuatku tersenyum.”
Rasulullah ﷺ juga memberi kabar gembira bahwa Fatimah adalah salah satu dari wanita penghulu dunia (Sayyidatu Nisa’ al-‘Alamin).
Ciuman Terakhir untuk Hasan dan Husain
Rasulullah ﷺ memanggil Hasan dan Husain, mencium keduanya, dan memberikan nasihat serta wasiat kebaikan kepada cucunya tercinta.
Nasihat Terakhir kepada Para Istri
Beliau memanggil istri-istrinya satu per satu. Suara beliau pelan, lembut, penuh kasih. Mereka mendekat dan mengelilingi Rasulullah ﷺ. Tatapan terakhir yang mengharukan dibalas oleh istri beliau dengan tangis penuh duka.
Rasulullah ﷺ berkata kepada Aisyah:
“Wahai Aisyah, kini aku masih merasakan sakit akibat racun dari makanan yang aku makan pada hari Khaibar dahulu. Sekarang, inilah saatnya aku merasakan sesak nafas karena pengaruh racun itu.”
Suara Rasulullah ﷺ semakin pelan, wajah para sahabat dan keluarga diliputi kesedihan. Dalam suasana itu Rasulullah kembali bersabda:
“Shalat… shalat… dan berbuat baiklah kepada hamba sahaya kalian.”
Beliau mengulanginya berulang kali, menegaskan dua pesan terakhirnya: Shalat dan perlakuan baik kepada para budak.
Shallu ‘alan Nabi…
اللهم صل وسلم وبارك عليه
Bersambung ke bagian 159...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri