Jakarta, infoDKJ.com | Minggu, 29 Juni 2025
PERIODE MADINAH
Episode 161 dari 162
KUMANDANG AZAN BILAL TIDAK TERDENGAR LAGI
Sepeninggal Rasulullah ﷺ, Bilal bin Rabah selalu menolak jika ada yang memintanya mengumandangkan azan. Ia kemudian memilih hijrah ke negeri Syam, menjauh dari semua kenangan bersama Rasulullah ﷺ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allāhumma ṣalli ‘alā Muḥammad wa ‘alā āli Muḥammad
Matahari memanggang Madinah di siang hari Senin, menjelang waktu Zuhur. Saat itu, Bilal bergegas menuju masjid untuk mengumandangkan azan. Inilah pertama kalinya ia menyerukan panggilan shalat tanpa kehadiran Rasulullah ﷺ yang telah wafat di pagi harinya. Kesedihan sangat tampak di wajah Bilal.
Kulitnya yang hitam legam tak bisa menyembunyikan duka yang mendalam. Namun, ia mencoba tegar. Ia harus tetap mengumandangkan azan, meski Rasulullah ﷺ telah tiada.
Bilal berdiri tegak, mengangkat kedua tangannya menutup telinganya. Ia terdiam sejenak, mencoba menenangkan diri, menyingkirkan bayang-bayang kematian Nabi ﷺ yang terus menyelimuti pikirannya.
Perlahan, ia mulai membuka mulutnya:
Allāhu Akbar... Allāhu Akbar...
Ashhadu an lā ilāha illallāh...
Ashhadu an lā ilāha illallāh...
Namun, ketika sampai pada lafaz:
Ashhadu anna Muḥammadur Rasūlullāh...
Lehernya tercekat. Lidahnya kelu. Mulutnya berat digerakkan. Kalimat itu begitu sulit terucap. Bilal berusaha, namun gagal. Bayangan wajah Rasulullah ﷺ yang terbujur kaku di pojok kamar Aisyah terus menari-nari di pelupuk matanya. Ia seolah-olah melihat Rasulullah ﷺ masih di sana.
Dengan susah payah, akhirnya kalimat itu terucapkan. Namun, suara Bilal tak lagi lantang. Ia tertahan, serak, dan tersekat. Air matanya mengalir deras, tak terbendung.
Kaum Muslimin di seluruh penjuru Madinah mendengar suara itu. Mereka pun larut dalam kesedihan yang mendalam. Ini adalah pertama kalinya mereka mendengar azan Bilal tanpa kehadiran Rasulullah ﷺ.
Biasanya, seusai azan, Bilal akan berdiri di depan pintu rumah tempat Rasulullah ﷺ menginap, lalu berseru, “Hayya ‘alash-shalah.” Setelah Rasulullah ﷺ keluar, Bilal segera mengumandangkan iqamah.
Namun kini, semua telah berubah. Sejak saat itu, Bilal tak sanggup lagi mengumandangkan azan. Ia kemudian memilih pindah ke Syam.
Bilal bin Rabah adalah sosok istimewa bagi Rasulullah ﷺ, sampai-sampai beliau menjamin surga baginya. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah ﷺ bersabda:
"Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku tentang amalmu yang paling engkau harapkan dalam Islam. Karena tadi malam aku mendengar suara terompahmu di depanku di surga."
Bilal menjawab:
"Tidak ada satu amal pun yang lebih aku harapkan manfaatnya selain aku senantiasa melakukan shalat sunnah setiap kali selesai berwudhu, siang maupun malam."
Azan Bilal Bergema Kembali
Beberapa tahun setelah itu, saat kekhilafahan dipegang oleh Umar bin Khattab r.a., dan ketika terjadi penyerahan kunci kota Palestina kepada kaum Muslimin, Bilal ikut hadir.
Umar r.a. mendatangi Bilal dan memintanya untuk kembali ke Madinah dan mengumandangkan azan. Awalnya Bilal menolak dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi umat Muslim di Madinah merindukanmu, Bilal. Mereka ingin mendengar azanmu. Mereka ingin mengenang masa-masa bersama Rasulullah," bujuk Umar.
Bilal akhirnya luluh. Ia bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ yang membuatnya mantap kembali ke Madinah dan mengunjungi makam beliau.
Sesampainya di Madinah, Bilal disambut oleh cucu-cucu Nabi ﷺ, Hasan dan Husein. Mereka berkata:
"Paman, maukah engkau azan sekali saja untuk kami? Kami ingin mengenang kakek."
Ketika Bilal mengumandangkan azan dan menyebut "Allahu Akbar", kota Madinah seketika sunyi. Aktivitas terhenti. Semua mencari asal suara, lalu menangis histeris. Suara azan Bilal yang penuh kerinduan menyentuh setiap jiwa.
Umar dan para sahabat pun tak kuasa menahan air mata. Mereka teringat kembali masa-masa bersama Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ, Nabi Terakhir
Apa yang dibawa Nabi Isa a.s. adalah membenarkan dan menegaskan isi Taurat dalam urusan aqidah. Syariat yang dibawa para nabi bisa berbeda, tetapi aqidahnya satu.
Agama yang diridhai Allah adalah Islam. Semua nabi dari Adam a.s. hingga Muhammad ﷺ membawa agama yang sama, yaitu Islam.
Firman Allah SWT:
“Tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel), berkatalah dia: Siapakah yang akan menjadi penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin menjawab: Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Muslim.”
— (Ali ‘Imran: 52)
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam...”
— (Ali ‘Imran: 19)
Para nabi membawa agama yang satu, dan syariat yang saling menyempurnakan. Nabi Muhammad ﷺ adalah penutup para nabi.
Shallu ‘alan Nabi…!
BERSAMBUNG ke Episode 162 dari 162
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri