Jakarta, infoDKJ.com | Rabu, 20 Agustus 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari ucapan, tindakan, dan keputusan. Setiap langkah yang diambil akan membawa akibat, baik maupun buruk. Karena itu, Islam mengajarkan agar setiap mukmin senantiasa berpikir matang sebelum bertindak, dengan mempertimbangkan manfaat dan mudharat yang mungkin muncul.
Allah ﷻ berfirman:
“…Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, dan dengarlah serta taatilah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. At-Taghābun: 16)
Ayat ini menegaskan bahwa ketakwaan mencakup sikap berhati-hati dalam setiap perbuatan, menimbang kemampuan diri, serta mempertimbangkan akibat dari setiap tindakan.
1. Menimbang Baik dan Buruk
Islam mendorong setiap muslim untuk menilai terlebih dahulu manfaat dan mudharat dari perbuatannya:
- Jika manfaat lebih besar dari mudharat, maka lakukanlah.
- Jika mudharat lebih besar dari manfaat, maka tinggalkanlah.
Allah ﷻ berfirman tentang khamar dan judi:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ‘Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.’”
(QS. Al-Baqarah: 219)
Ayat ini menegaskan prinsip dasar: mengutamakan keselamatan dari keburukan yang lebih besar.
2. Tujuan Baik Harus Disertai Cara yang Baik
Sering kali seseorang berfokus pada tujuan yang baik, namun mengabaikan cara mencapainya. Padahal, dalam Islam, tujuan baik yang ditempuh dengan cara yang buruk tetap tidak dibenarkan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.”
(HR. Muslim)
Hadis ini menjadi pedoman bahwa amal yang diridhai Allah adalah gabungan antara tujuan yang baik dan cara yang baik. Rumusnya sederhana: plus × plus = plus, namun jika salah satunya minus, hasilnya tetap minus.
3. Menghindari Penyesalan
Kecerobohan, ego, dan sifat tergesa-gesa sering kali menjadi pintu penyesalan. Nabi ﷺ bersabda:
“Ketenangan itu dari Allah, sedangkan tergesa-gesa itu dari setan.”
(HR. Tirmidzi)
Artinya, sikap tenang dan hati-hati adalah bagian dari akhlak seorang mukmin. Sementara terburu-buru tanpa pertimbangan adalah sifat yang harus dihindari.
Kesimpulan
Seorang muslim hendaknya senantiasa berpikir sebelum bertindak, menimbang baik dan buruk, serta memastikan bahwa tujuan dan cara sama-sama diridhai Allah. Prinsip ini akan menjaga diri dari penyesalan, sekaligus menjadikan setiap langkah sebagai amal yang bernilai di sisi-Nya.
Allah ﷻ mengingatkan:
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
(QS. Al-Isrā’: 36)