Jakarta, infoDKJ.com | Minggu, 24 Agustus 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Kemuliaan Bukan Warisan yang Bisa Diandalkan
Setiap manusia lahir dengan garis keturunan yang melekat. Ada yang berasal dari keluarga tokoh, ulama, atau orang-orang mulia. Ada pula yang datang dari keluarga biasa, bahkan dari keturunan yang kurang baik di masa lalu.
Bagi mereka yang memiliki leluhur mulia, hal itu adalah amanah besar. Namun, tidak sedikit orang yang justru terlena dengan kebanggaan pada nama besar keluarganya. Mereka merasa mulia hanya karena berkata: “Itulah ayahku yang hebat,” atau “Kakekku seorang tokoh besar,” seakan-akan kemuliaan itu adalah hasil jerih payahnya sendiri.
Padahal, kemuliaan sejati bukan terletak pada nama keluarga, melainkan pada amal dan akhlak pribadi. Seorang pemuda yang baik dan bertanggung jawab akan berkata: “Inilah aku,” sambil mengakui kelebihan dan kekurangannya sendiri. Ia tidak mendompleng nama besar ayah atau kakeknya, melainkan membangun kehormatan dengan usaha, ketaatan, dan perjuangannya sendiri.
Islam Menekankan Tanggung Jawab Pribadi
Dalam Islam, nasab atau keturunan diakui, tetapi bukan penentu keselamatan di sisi Allah. Yang menentukan adalah iman, amal saleh, dan takwa. Allah ï·» berfirman:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
Nabi ï·º pun memperingatkan orang yang hanya mengandalkan kemuliaan nasab. Beliau bersabda:
“Barang siapa yang diperlambat oleh amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya.”
(HR. Muslim no. 2699)
Artinya, jika amal seseorang buruk, maka kemuliaan leluhurnya tidak akan menyelamatkannya di hadapan Allah.
Pelajaran dari Sejarah
Sejarah banyak memberikan pelajaran. Anak Nabi Nuh tidak beriman, sehingga tenggelam dalam banjir besar meski memiliki ayah seorang nabi. Sebaliknya, Bilal bin Rabah — seorang budak biasa — diangkat derajatnya karena ketakwaannya, bahkan dijamin masuk surga.
Hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan dan kehinaan seseorang sepenuhnya ditentukan oleh hubungannya dengan Allah, bukan oleh garis keturunannya.
Kesimpulan
Janganlah hidup di bawah bayang-bayang kemuliaan leluhur. Nasab yang baik adalah amanah, bukan jaminan. Kemuliaan sejati hanya bisa diraih melalui iman, amal saleh, dan akhlak mulia yang kita usahakan sendiri.