Oleh: Ust. Tjuwandi, LC. MA., (Ketua PCM Sawah Besar/Pembina LDMA)
Tafsir Sabar (QS. Al-Baqarah: 45)
بَاب الصَّبْر) الصَّبْر: حبس النَّفس. عَمَّا تنَازع إِلَيْهِ. وَسمي رَمَضَان: شهر [الصَّبْر] لذَلِك وكل حَابِس شَيْئا فقد صبره، وَمِنْه: المصبورة الَّتِي نهي عَنْهَا: وَهِي الْبَهِيمَة تتَّخذ غَرضا وترمى حَتَّى تقتل. وَقيل للصابر على الْمُصِيبَة: صابر لِأَنَّهُ حبس نَفسه عَن الْجزع. وَحكى ابْن الْأَنْبَارِي: عَن بعض أهل الْعلم أَنه قَالَ: سمي صَبر النُّفُوس: صبرا، لِأَن تمرره فِي الْقلب وإزعاجه للنَّفس كتمرر الصَّبْر فِي الْفَم. وَذكر بعض الْمُفَسّرين أَن الصَّبْر فِي الْقُرْآن على ثَلَاثَة أوجه: أَحدهَا: الصَّبْر نَفسه وَهُوَ حبس النَّفس. وَمِنْه قَوْله تَعَالَى فِيآل عمرَان: {الصابرين والصادقين} ، وَفِي إِبْرَاهِيم: {أجزعنا أم صَبرنَا} ، وَفِي ص: {إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا} ، وَهُوَ الْأَعَمّ فِي الْقُرْآن. وَالثَّانِي: الصَّوْم. وَمِنْه قَوْله تَعَالَى (فِي الْبَقَرَة) : {وَاسْتَعِينُوا بِالصبرِ وَالصَّلَاة} . وَالثَّالِث: الجرأة. وَمِنْه قَوْله تَعَالَى) فِيهَا: {فَمَا أصبرهم على النَّار} ، (أَي: فَمَا أجرأهم على النَّار) ، ذكره الْفراء. وَحكى الْأَصْمَعِي: أَن أَعْرَابِيًا حلف لَهُ رجل كَاذِب فَقَالَ [لَهُ] الْأَعرَابِي مَا أصبرك على الله: يُرِيد مَا أجرأك على اللهلإ
Bab Sabar
Sabar: menahan diri dari sesuatu yang diinginkan oleh hawa nafsu.
Ramadhan dinamakan bulan sabar karena hal itu. Setiap orang yang menahan sesuatu berarti ia telah bersabar terhadapnya. Dari sinilah asal kata al-muṣabbara yang dilarang, yaitu hewan ternak yang dijadikan sasaran tembak lalu dilempari hingga mati.
Orang yang bersabar atas musibah disebut ṣābir karena ia menahan dirinya dari keluh kesah.
Ibnu Al-Anbari meriwayatkan dari sebagian ahli ilmu, bahwa ia berkata: sabar dinamakan ṣabr karena kepahitannya di dalam hati dan karena gangguannya terhadap jiwa, serupa dengan pahitnya ṣabr (sejenis tumbuhan obat yang sangat pahit) di dalam mulut.
Sebagian mufassir menyebutkan bahwa sabar dalam Al-Qur’an memiliki tiga makna:
1. Sabar itu sendiri, yaitu menahan diri
Di antaranya firman Allah Ta‘ala dalam Ali ‘Imran: {orang-orang yang sabar dan orang-orang yang benar}; dalam Ibrahim: {apakah kami mengeluh atau bersabar}; dan dalam Shad: {sesungguhnya Kami dapati dia seorang yang sabar}. Ini adalah makna sabar yang paling umum di dalam Al-Qur’an.
2. Puasa
Di antaranya firman Allah Ta‘ala dalam Al-Baqarah: {mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat}.
3. Keberanian (atau kenekatan)
Di antaranya firman Allah Ta‘ala dalam Al-Baqarah: {Maka alangkah sabarnya mereka terhadap neraka} (maksudnya: alangkah beraninya mereka terhadap neraka). Hal ini disebutkan oleh Al-Farra’.
Dan Al-Aṣma‘i meriwayatkan: seorang Arab Badui ketika disumpahi oleh seseorang dengan sumpah dusta, lalu ia berkata: “Mā aṣbaruka ‘alallāh” (Alangkah sabarnya/beraninya engkau terhadap Allah), maksudnya: Alangkah beraninya engkau terhadap Allah.
1. Sabar (menahan diri)
Makna umum: Menahan diri dari keluh kesah, amarah, dan dorongan hawa nafsu ketika menghadapi ujian, kesulitan, atau musibah.
Contoh ayat:• {Sesungguhnya Kami dapati dia seorang yang sabar} (QS. Shad: 44) – tentang Nabi Ayyub ‘alaihissalām.
• Melatih keteguhan hati dalam menghadapi cobaan.
• Menjaga diri agar tidak tergelincir dalam sikap putus asa atau berlebihan.
• Menjadi jalan menuju ridha Allah, karena sabar adalah sifat para Nabi dan orang-orang shalih.
2. Sabar = Puasa
Makna khusus: Dalam sebagian ayat, sabar ditafsirkan sebagai puasa. Puasa sendiri hakikatnya adalah latihan menahan diri, baik dari makan-minum, syahwat, maupun perbuatan tercela.
Contoh ayat:• {Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat} (QS. Al-Baqarah: 45).
→ Menurut sebagian mufassir, sabar di sini maksudnya adalah puasa.
Hikmah:• Puasa adalah bentuk nyata dari sabar: menahan lapar, haus, dan syahwat karena Allah.
• Ramadhan dinamakan Syahr al-Ṣabr (bulan kesabaran), karena di dalamnya umat Islam berlatih menahan hawa nafsu.
• Puasa melatih kesabaran lahir dan batin, sehingga menjadikan jiwa lebih kuat dalam ketaatan.
3. Sabar = Keberanian (atau kenekatan)
Makna kiasan: Dalam sebagian ayat, sabar bermakna berani atau nekat menghadapi sesuatu, walau berakibat buruk.
Contoh ayat:• {Maka alangkah sabarnya mereka terhadap neraka} (QS. Al-Baqarah: 175).
→ Maksudnya: Alangkah beraninya mereka menantang neraka dengan perbuatan maksiat.
Hikmah:• Sabar di sini dipakai secara majazi (kiasan), untuk mencela orang-orang yang meremehkan dosa dan tidak takut pada siksa Allah.
• Maknanya berbalik dari sabar yang terpuji, menjadi sikap nekat yang tercela.
• Mengingatkan kita bahwa orang yang berani berbuat dosa tanpa takut kepada Allah, seakan-akan ia “sabar” (berani menahan diri) menghadapi azab, padahal itu justru kebinasaan.
Kesimpulan hubungan ketiga makna sabar
1. Sabar umum (menahan diri) → dasar dari semua kebaikan.
2. Sabar sebagai puasa → bentuk latihan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sabar sebagai keberanian → dipakai dalam konteks celaan, sebagai peringatan agar manusia jangan nekat menantang siksa Allah.
Dengan memahami tiga makna ini, kita bisa melihat bahwa sabar bukan hanya soal pasif menahan diri, tapi juga disiplin dalam ibadah (puasa) dan peringatan agar tidak nekat melawan kebenaran.
Rujukan Tafsir
1. Tafsir al-Ṭabarī
Dalam Jāmi‘ al-Bayān (Tafsir al-Ṭabarī), ketika menafsirkan QS. Al-Baqarah ayat 45:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
“Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.”
Ibnu Jarīr al-Ṭabarī meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās, Mujāhid, dan beberapa salaf, bahwa yang dimaksud ṣabr di sini adalah al-ṣawm (puasa).
Karena puasa merupakan bentuk nyata dari kesabaran, yakni menahan diri dari makan, minum, dan syahwat.
2. Tafsir al-Qurṭubī
Dalam Al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān, al-Qurṭubī menjelaskan ayat yang sama (QS. Al-Baqarah: 45):
قَالَ ابْن عَبَّاس: الصَّبْر الصَّوْم
Ibnu ‘Abbās berkata: yang dimaksud sabar adalah puasa.
Al-Qurṭubī juga menambahkan: “Ramadhan dinamakan Syahr al-Ṣabr (bulan kesabaran).”
3. Tafsir al-Baghawī (Ma‘ālim al-Tanzīl)
Al-Baghawī menafsirkan:
(وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ) أَيْ بِالصَّوْمِ
“Mintalah pertolongan dengan sabar, yaitu dengan puasa.”
4. Tafsir al-Bayḍāwī (Anwār al-Tanzīl)
Al-Bayḍāwī juga menyebutkan bahwa sabar dalam ayat tersebut ditafsirkan sebagai puasa, karena puasa adalah bentuk paling nyata dari kesabaran.
5. Tafsir Ibnu Kathīr
Dalam tafsirnya (QS. Al-Baqarah: 45), beliau menyebutkan:
قال ابن عباس: الصبر الصوم.
Ibnu ‘Abbās berkata: sabar adalah puasa.
Dan beliau menegaskan bahwa Ramadhan disebut bulan sabar.
Ringkasannya:
• Riwayat paling kuat berasal dari Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhu, yang banyak dikutip dalam tafsir klasik.
• Para mufassir besar (al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, al-Baghawī, al-Bayḍāwī, Ibnu Kathīr) sepakat menyebutkan penafsiran ṣabr = puasa dalam QS. Al-Baqarah: 45.
• Alasannya: puasa adalah bentuk sabar paling nyata (menahan diri dari keinginan dasar manusia).
Kumpulan kutipan teks Arab asli dari beberapa kitab tafsir klasik yang menafsirkan الصبر sebagai الصوم (puasa) pada QS. البقرة: 45.
1. Tafsir al-Ṭabarī (جامع البيان)
حدثني علي، قال: ثنا أبو صالح، قال: ثني معاوية، عن علي، عن ابن عباس قوله: {واستعينوا بالصبر والصلاة} قال: بالصبر على الصوم.
2. Tafsir al-Qurṭubī (الجامع لأحكام القرآن)
قال ابن عباس: الصبر الصوم، وكذلك قال ابن مسعود، والحسن، وقتادة، وغيرهم. وسمي الصوم صبرا؛ لأن فيه حبس النفس عن المطاعم والمشارب والشهوات. ولهذا يسمى شهر رمضان "شهر الصبر".
3. Tafsir al-Baghawī (معالم التنزيل)
قوله تعالى: {واستعينوا بالصبر والصلاة}،
قال ابن عباس: الصبر: الصوم، لأنه حبس عن الشهوات.
4. Tafsir al-Bayḍāwī (أنوار التنزيل)
{واستعينوا بالصبر والصلاة}
قيل: بالصبر، أي بالصوم، فإنه يعين على كسر الشهوة وتزهيد النفس في الدنيا.
5. Tafsir Ibn Kathīr (تفسير القرآن العظيم)
قال ابن عباس: الصبر الصوم.
وذلك أن الصوم فيه حبس للنفس عن الشهوات، فهو من جملة الصبر، ولهذا يسمى رمضان "شهر الصبر".
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa:
• Ibnu ‘Abbās adalah rujukan utama yang menafsirkan sabar dengan puasa.
• Penafsiran ini diikuti oleh mufassir besar: al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, al-Baghawī, al-Bayḍāwī, dan Ibnu Kathīr.
• Alasannya: puasa adalah latihan sabar – menahan diri dari makan, minum, dan syahwat.