Oleh: Ahmad Hariyansyah
Sombong adalah salah satu penyakit hati yang paling berbahaya. Ia bukan sekadar cacat moral, tetapi akar dari berbagai kerusakan spiritual lainnya seperti iri, dengki, hasad, gengsi, dan penolakan terhadap kebenaran. Bila dibiarkan, kesombongan akan mengeraskan hati, mempersempit pandangan, dan membuat seseorang sulit menerima nasihat bahkan dari kebenaran sekalipun.
Rasulullah SAW memberikan peringatan tegas dalam hadits riwayat Muslim:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji zarrah.”
(HR. Muslim)
Peringatan ini menunjukkan bahwa kesombongan bukan hanya rasa superior, tetapi juga bentuk penolakan terhadap kebenaran dan penghinaan terhadap sesama. Inilah dosa yang menjatuhkan Iblis. Ia merasa lebih mulia daripada Adam sehingga enggan bersujud sesuai perintah Allah. Hal ini diabadikan dalam firman-Nya:
“Dia (Iblis) berkata, ‘Aku lebih baik daripadanya (Adam). Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.’”
(QS. Al-A’raf: 12)
Akar dari Penyakit Hati
Kesombongan sering menjadi pangkal dari berbagai penyakit hati lainnya. Saat seseorang merasa lebih pintar, lebih mulia, lebih kaya, atau lebih benar, lahirlah sifat-sifat buruk: gengsi untuk mengakui kesalahan, hasad kepada yang lebih baik, dengki pada yang berhasil, dan bahkan dendam kepada pemberi nasihat.
Ibarat Bangunan yang Lapuk
Kesombongan dapat diibaratkan sebagai bangunan tua yang tampak megah dari luar, tetapi rapuh dan lapuk di dalam. Untuk layak huni, bangunan itu harus direhabilitasi; sebagian bagian bisa diperbaiki, namun ada bagian yang harus dihancurkan total.
Begitu pula hati manusia. Jika ingin hidup tenang dan tenteram, kesombongan harus dihancurkan. Ia tak bisa dinegosiasikan. Hati perlu dibersihkan dengan kerendahan hati, keterbukaan menerima nasihat, dan kesadaran akan keterbatasan diri.
Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia karena sombong, dan jangan berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”
(QS. Luqman: 18)
Menata Ulang Bangunan Hati
Menghancurkan kesombongan bukan berarti merendahkan diri secara hina. Justru ini adalah jalan menuju kemuliaan sejati. Orang yang mampu menundukkan kesombongannya adalah orang yang kuat jiwanya. Ia memahami bahwa kemuliaan hakiki bukan pada posisi atau harta, tetapi pada kejernihan hati menerima kebenaran dan kerendahan diri di hadapan Tuhan.
Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik. Meski menjadi pemimpin umat, beliau hidup sederhana, makan di lantai, memperbaiki sandalnya sendiri, dan tidak segan menerima kebenaran dari siapa pun.
Beliau bersabda:
"Barangsiapa merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya."
(HR. Tirmidzi)
Penutup
Merehabilitasi hati dari kesombongan adalah pekerjaan besar, namun hanya melalui proses ini jiwa akan menjadi lapang, pandangan jernih, dan hidup lebih bermakna. Saat kesombongan dihancurkan, penyakit hati lainnya ikut sirna. Di situlah iman tumbuh subur, kebijaksanaan berkembang, dan rahmat Allah menaungi kehidupan kita.