Jakarta, infoDKJ.com | Kamis, 4 September 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Fenomena degradasi moral bangsa akhir-akhir ini begitu nyata di depan mata. Kita menyaksikan pemimpin yang tidak memberi teladan, aparat hukum yang ragu menegakkan keadilan, pejabat yang rakus dengan korupsi, hingga legislator yang mengabaikan aspirasi rakyat. Akibatnya, masyarakat kehilangan kepercayaan pada pemimpin dan ikut larut dalam penyimpangan aturan.
Dalam Islam, kerusakan moral para pemimpin sangat berpengaruh pada kondisi masyarakat secara umum. Rasulullah ï·º bersabda:
“Dua golongan dari umatku, apabila keduanya baik maka baiklah seluruh umat, dan apabila keduanya rusak maka rusaklah seluruh umat: para pemimpin dan para ulama.”
(HR. Abu Nu’aim dalam al-Hilyah)
Hadis ini menegaskan bahwa baik atau rusaknya bangsa sangat bergantung pada moral para pemimpin dan orang-orang yang memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat.
1. Pemimpin sebagai Teladan
Al-Qur’an menekankan pentingnya keadilan sebagai prinsip utama dalam kepemimpinan:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. An-Nisa: 58)
Seorang pemimpin yang adil adalah rahmat bagi rakyatnya, sementara pemimpin yang zalim justru menjadi penyebab kehancuran tatanan masyarakat.
2. Penyebab Rusaknya Masyarakat
Rasulullah ï·º mengingatkan bahwa kehancuran suatu umat bukan semata karena serangan musuh dari luar, melainkan akibat kerusakan moral dari dalam. Beliau bersabda:
“Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah kehancuran.”
Ditanya, “Bagaimana menyia-nyiakan amanah itu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.”
(HR. Bukhari)
Maka tidak heran jika degradasi moral bangsa terjadi ketika jabatan dijadikan ajang memperkaya diri, bukan lagi amanah untuk mensejahterakan rakyat.
3. Masyarakat Meniru Pemimpinnya
Ada pepatah Arab yang mengatakan:
An-nâsu ‘alâ dîni mulûkihim – manusia akan mengikuti agama (gaya hidup dan moral) pemimpinnya.
Jika pemimpin jujur, rakyat akan malu berbuat curang. Jika pemimpin adil, rakyat akan menjunjung tinggi keadilan. Namun, jika pemimpin rusak moralnya, rakyat pun akan ikut-ikutan dalam kerusakan.
4. Solusi dalam Pandangan Islam
Al-Qur’an memberikan solusi agar sebuah bangsa terhindar dari kerusakan moral:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Artinya, perbaikan bangsa harus dimulai dari pribadi masing-masing. Setiap individu dituntut untuk menjadi pribadi yang jujur, adil, dan berakhlak mulia. Rakyat juga berhak mengoreksi pemimpinnya, tetapi kritik hendaknya disampaikan dengan cara yang santun, penuh kasih sayang, bukan dengan kebencian atau anarki.
Penutup
Degradasi moral bangsa adalah tanda bahwa nilai-nilai agama semakin ditinggalkan. Jalan keluar dari krisis ini bukan hanya dengan menuntut pemimpin agar adil dan jujur, melainkan juga dengan mengajak setiap pribadi kembali kepada iman, akhlak mulia, serta menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai pedoman hidup.
Apabila pemimpin dan rakyat bersama-sama memperbaiki diri, insyaAllah bangsa ini akan keluar dari krisis moral dan menuju keberkahan hidup.