Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 22 September 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Dalam kehidupan, kita sering menyaksikan realitas yang beragam. Ada hamba Allah yang rajin beribadah namun hidupnya serba sulit. Ada pula yang ibadahnya biasa-biasa saja tetapi rezekinya cukup, bahkan ada yang jauh dari ibadah namun kehidupannya tampak lancar dan bergelimang harta.
Fenomena ini kerap memunculkan pertanyaan: Mengapa bisa demikian? Apakah ini adil? Apa pesan Allah di balik perbedaan jalan hidup tersebut?
1. Rezeki adalah Takdir yang Sudah Ditentukan
Allah menegaskan bahwa rezeki setiap makhluk sudah ditentukan sejak awal, dan tidak ada yang luput dari jatahnya.
“Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”
(QS. Hud: 6)
Artinya, lapang atau sempitnya rezeki bukanlah tolok ukur dari kualitas ibadah seseorang. Ada orang yang taat beribadah namun diuji dengan kesulitan ekonomi, ada yang lalai tapi dilapangkan rezekinya. Semua itu adalah bagian dari takdir sekaligus ujian Allah.
2. Dunia Bukan Standar Kemuliaan
Allah memberikan rezeki duniawi kepada siapa pun yang Dia kehendaki, baik orang beriman maupun kafir. Kekayaan bukan tanda cinta Allah, dan kemiskinan bukan tanda benci.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah seperti sayap nyamuk, niscaya Dia tidak akan memberi minum seteguk pun kepada orang kafir.”
(HR. Tirmidzi)
Hadits ini menegaskan bahwa dunia fana dan nilainya sangat kecil dibanding akhirat. Maka, janganlah mengira orang yang bergelimang dunia lebih mulia atau lebih dicintai Allah.
3. Hidup adalah Ujian dalam Bentuk Berbeda
Setiap hamba Allah diuji dengan cara yang berbeda. Ada yang diuji dengan kekayaan, ada yang diuji dengan kesempitan.
“Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
(QS. Al-Anbiya: 35)
Bagi yang rajin ibadah, kesulitan hidup bisa menjadi jalan untuk meningkatkan derajat di sisi Allah. Sebaliknya, bagi yang kaya tetapi lalai, kekayaannya bisa menjadi istidraj — pemberian yang justru menjerumuskan.
4. Pesan Allah di Balik Perbedaan Itu
- Bagi yang rajin ibadah namun hidupnya sulit: Allah sedang menguji kesabaran dan keikhlasan, mungkin untuk meninggikan derajat di akhirat.
- Bagi yang rajin ibadah dan hidupnya lapang: itu adalah nikmat dan keberkahan; tugasnya adalah bersyukur dan tidak sombong.
- Bagi yang jauh dari ibadah namun hidupnya mapan: itu bisa jadi istidraj, Allah biarkan mereka larut dalam kelalaian hingga lupa pada akhirat.
Kesimpulan
Perbedaan jalan hidup bukanlah ketidakadilan, melainkan bentuk keadilan Allah dalam menguji hamba-Nya. Ada yang diuji dengan kesempitan, ada yang diuji dengan kelapangan.
Standar kemuliaan di sisi Allah bukan pada banyaknya harta, melainkan pada ketakwaan.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
Karena itu, jangan menilai keberhasilan hanya dari rezeki duniawi. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi setiap ujian hidup dengan sabar, syukur, dan tetap berpegang pada ketakwaan.