Papua, infoDKJ.com | Rabu, 3 Desember 2025
Indonesia, sebagai negara kepulauan yang berada di antara Samudera Hindia dan Pasifik, memiliki posisi strategis dalam jalur perdagangan internasional. Wilayah Papua—khususnya Sorong di Provinsi Papua Barat Daya—menjadi kawasan yang sangat potensial sebagai simpul utama konektivitas tersebut.
Secara geografis, Papua berada paling dekat dengan negara-negara di kawasan Pasifik. Kedekatan ini bukan hanya memberikan keuntungan geografis, tetapi juga membuka peluang strategis untuk memperkuat hubungan perdagangan dan manuver geopolitik Indonesia di wilayah Pasifik.
Papua Barat Daya: Gerbang Strategis Indonesia ke Pasifik
Konektivitas jalur perdagangan dan komunikasi menjadi kunci untuk memperluas pengaruh Indonesia di kawasan Pasifik. Dengan posisinya yang berbatasan langsung dengan negara-negara Pasifik, Papua dinilai memiliki nilai strategis sebagai pintu masuk utama hubungan perdagangan Indonesia–Pasifik.
Kehadiran Indonesia melalui jalur perdagangan Papua Barat Daya–Pasifik dapat menjadi elemen penting dalam dinamika geopolitik, terutama di tengah meningkatnya persaingan kekuatan besar di kawasan tersebut.
Dalam konteks mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, Kota Sorong sebagai ibu kota Provinsi Papua Barat Daya sangat layak ditetapkan sebagai salah satu pelabuhan transit penting bagi rute perdagangan Asia Timur menuju Australia dan negara-negara Kepulauan Pasifik Barat. Dengan demikian, komoditas ekspor dari Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan wilayah sekitarnya tidak lagi harus melalui pelabuhan Makassar.
Pandangan Dominggus Yable: Pelabuhan Sorong dan Masa Depan Maritim Indonesia
Aktivis Pro Demokrasi asal Tanah Papua, Dominggus Yable, menilai bahwa pengembangan Papua Barat Daya sebagai jalur perdagangan Pasifik merupakan langkah strategis untuk mendukung visi Poros Maritim Dunia.
Menurut Dominggus:
“Ini merupakan bagian dari analisis deskriptif untuk menggambarkan kondisi infrastruktur pelabuhan yang ada sekarang dan kondisi yang diharapkan di Kota Sorong agar tercipta pelabuhan yang ideal untuk perdagangan internasional.”
Ia menegaskan bahwa fasilitas pelabuhan di Kota Sorong sebenarnya sudah cukup memadai untuk kegiatan ekspor dan impor. Namun, untuk menjadikannya pelabuhan transhipment utama, diperlukan pengembangan lanjutan.
Langkah Pengembangan Pelabuhan Kota Sorong
Dominggus menjelaskan bahwa pemberdayaan Pelabuhan Sorong sebagai pelabuhan transhipment membutuhkan sejumlah langkah strategis:
- Transformasi pelabuhan Kota Sorong menuju standar pelayanan internasional
- Pembenahan kebijakan operasional
- Peningkatan kualitas SDM di sektor kepelabuhanan
- Pembangunan dan modernisasi infrastruktur
- Penyediaan sistem informasi dan digitalisasi layanan pelabuhan
- Sinergitas manajemen antarinstansi terkait
Ia menekankan bahwa modernisasi pelabuhan merupakan konsekuensi dari kebijakan Poros Maritim Dunia, sehingga seluruh pelabuhan di Indonesia harus mengikuti standar internasional.
Menatap Masa Depan dari Ufuk Timur
“Sudah saatnya kita mulai menatap masa depan Indonesia dari Ufuk Timur, wilayah matahari terbit, dengan membangun kembali budaya maritim Indonesia,” tegas Dominggus.
Ia mengajak seluruh pihak untuk:
-
Berkomitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut
dengan mengutamakan kedaulatan pangan laut dan menempatkan nelayan sebagai pilar utama. -
Mendorong pembangunan konektivitas maritim,
melalui pembangunan tol laut, pelabuhan laut, industri perkapalan, logistik, dan pariwisata maritim. -
Menguatkan diplomasi maritim,
agar Indonesia dapat bekerja sama dengan berbagai negara dalam pengelolaan kelautan dan memperkuat pertahanan maritim menuju Indonesia Emas 2045.


