Jakarta, infoDKJ.com | Minggu, 5 Oktober 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Maulid Nabi Muhammad SAW bukan sekadar perayaan kelahiran sang Nabi di bulan Rabi‘ul Awwal. Lebih dari itu, Maulid merupakan momen untuk merenungi kembali ajaran, misi kerasulan, dan keteladanan beliau dalam menjalani kehidupan.
Di tengah dunia modern yang kerap diliputi fitnah, kebencian, dan krisis moral, peringatan Maulid seharusnya menjadi cahaya pengingat bahwa Rasulullah SAW diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Allah SWT berfirman:
“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(QS. Al-Anbiya: 107)
Rasulullah sebagai Teladan Kehidupan
Keagungan pribadi Rasulullah SAW ditegaskan langsung oleh Allah dalam Al-Qur’an. Beliau bukan hanya pembawa risalah, tetapi juga teladan nyata dalam bersikap, berakhlak, dan bermuamalah.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat, serta banyak mengingat Allah.”
(QS. Al-Ahzab: 21)
Dengan demikian, memperingati Maulid sejatinya bukan hanya mengenang kelahiran beliau, tetapi juga meneladani sifat-sifat mulia beliau: kasih sayang, kejujuran, kesabaran, serta akhlak yang agung.
Akhlak Nabi: Al-Qur’an yang Hidup
Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, Sayyidah Aisyah RA menjawab singkat:
“Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.”
(HR. Muslim)
Ungkapan ini menggambarkan bahwa Rasulullah SAW merupakan perwujudan nyata dari nilai-nilai Al-Qur’an. Segala sikap, tutur kata, dan tindakan beliau mencerminkan ajaran ilahi yang penuh kasih dan kebijaksanaan.
Bahkan Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)
Menghidupkan Cahaya di Tengah Kegelapan Zaman
Di era modern ini, ketika fitnah, kebohongan, dan kebencian mudah tersebar melalui media sosial maupun percakapan sehari-hari, keteladanan Rasulullah SAW menjadi kebutuhan yang mendesak.
Dari beliau kita belajar kasih sayang, bukan kebencian.
Dari beliau kita belajar kejujuran, bukan tipu daya.
Dari beliau kita belajar akhlak mulia, bukan sekadar penampilan luar.
Mencintai Rasulullah bukan hanya dengan lisan melalui shalawat, tetapi juga dengan tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Seperti sabda beliau:
“Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Penutup
Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW berarti memperbaharui komitmen untuk meneladani akhlaknya. Semoga kita termasuk umat yang mencintai beliau bukan hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan amal perbuatan: menebarkan kasih sayang, menjaga kejujuran, serta menghiasi kehidupan dengan akhlak yang mulia.