Jakarta, infoDKJ.com | Selasa, 7 Oktober 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah (Yansen)
Rasa rindu kepada orang tua yang telah tiada adalah fitrah kemanusiaan. Terutama kepada seorang ayah — sosok pelindung, pemberi nasihat, dan pembimbing dalam setiap langkah kehidupan.
Ketika seorang anak kehilangan ayahnya, seolah sebagian cahaya dalam hidupnya ikut padam. Rasa kehilangan itu kian dalam saat menyadari betapa berharganya nasihat yang dulu sering diabaikan.
Di tepi sebuah makam, seorang gadis menitikkan air mata. Bukan karena jenazah orang lain yang dimakamkan, melainkan karena kenangan tentang ayahnya sendiri tiba-tiba menyeruak. Ia teringat bagaimana sang ayah dengan sabar menasihatinya sejak kecil hingga dewasa.
Dulu, nasihat itu sering dianggap mengganggu, bahkan tak jarang ia membantah. Namun kini, ketika waktu membuktikan kebenaran kata-kata ayahnya, penyesalan pun datang.
Tak ada lagi suara lembut itu, tak ada lagi teguran bijak yang menuntun arah hidupnya. Yang tersisa hanyalah kenangan dan doa.
Peringatan dari Al-Qur’an tentang Berbakti kepada Orang Tua
Allah ﷻ berfirman:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar (berbuat) baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku kembalimu.”
(QS. Luqman: 14)
Dan dalam ayat lain, Allah ﷻ berfirman:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah:
‘Wahai Tuhanku, sayangilah mereka sebagaimana mereka telah mendidik aku di waktu kecil.’”
(QS. Al-Isra’: 24)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kasih sayang dan bakti kepada orang tua tidak berhenti saat mereka masih hidup, tetapi terus berlanjut bahkan setelah mereka wafat.
Bentuk kasih sayang seorang anak yang sejati adalah doa dan amal shalih yang dihadiahkan untuk kedua orang tuanya.
Hadis tentang Berbakti Setelah Orang Tua Wafat
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)
Doa seorang anak menjadi pengikat kasih sayang yang tak terputus antara dunia dan akhirat.
Maka bagi mereka yang telah kehilangan ayah, jangan biarkan penyesalan menenggelamkan hati.
Jadikan rasa rindu itu sebagai energi untuk berdoa dan berbuat kebajikan demi mengalirkan pahala untuknya.
Menebus Penyesalan dengan Amal dan Doa
Penyesalan karena pernah mengabaikan nasihat ayah adalah hal yang manusiawi. Namun Islam mengajarkan bahwa penyesalan dapat menjadi pintu menuju kebaikan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Penyesalan adalah taubat.”
(HR. Ibnu Majah)
Selama hayat masih ada, seorang anak masih bisa berbakti kepada ayah yang telah tiada dengan cara:
-
Mendoakannya setiap hari.
“اللّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ”
“Ya Allah, ampunilah ayahku, rahmatilah dia, lindungilah dia, dan maafkan segala kesalahannya.” -
Melanjutkan amal baik yang dahulu ia ajarkan.
-
Menyambung silaturahmi dengan sahabat-sahabat ayah.
-
Bersedekah atau berbuat kebaikan atas nama ayahnya.
Penutup: Jadikan Rindu Sebagai Doa
Rindu kepada ayah yang telah tiada adalah tanda cinta yang suci.
Namun Islam mengajarkan agar rindu itu tidak menjadi kesedihan yang tak berujung, melainkan berubah menjadi doa dan amal shalih yang mengalirkan pahala di sisi Allah.
“Ayah, engkau telah tiada,
tapi nasihatmu tetap hidup di hatiku.
Kini setiap air mata rinduku,
akan kuubah menjadi doa,
agar engkau tenang di sisi Allah.”