Jakarta, infoDKJ.com | Rabu, 26 November 2025
(Refleksi Akhlak dari Kisah Murid dan Gurunya)
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Dalam kehidupan sehari-hari, kebaikan sering datang dari arah yang tidak terduga—kadang dari teman, tetangga, atau bahkan dari seseorang yang hanya sesaat hadir dalam hidup kita. Namun Islam mengajarkan bahwa setiap kebaikan, sekecil apa pun, adalah amanah yang harus dihargai dan dibalas dengan kebaikan yang lebih baik.
Kisah sederhana seorang murid dan gurunya dalam perjalanan dengan sepeda motor pinjaman memberikan pelajaran mendalam tentang bagaimana seorang muslim menjaga amanah, menghargai kebaikan, dan membalasnya dengan penuh adab.
1. Amanah: Fondasi Akhlak Muslim
Saat sang murid meminjam sepeda motor temannya, ia sebenarnya sedang memegang amanah. Dalam Islam, amanah bukan sekadar menjaga barang agar tidak rusak, tetapi juga memastikan barang itu kembali dalam kondisi lebih baik dari saat dipinjam.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanat kepada ahlinya…”
(QS. An-Nisa’: 58)
Ketika sang guru mengingatkan, “Kita menggunakan kendaraan orang, maka kita perhatikan kebutuhannya,” itu menunjukkan bahwa akhlak seorang mukmin terlihat dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Mengembalikan motor dengan bensin penuh adalah wujud konkret menyempurnakan amanah.
2. Membalas Kebaikan dengan Kebaikan yang Lebih Baik
Salah satu akhlak yang sangat dijunjung dalam Islam adalah tidak membiarkan kebaikan seseorang berhenti begitu saja. Kebaikan harus dibalas, bahkan dianjurkan untuk dibalas dengan yang lebih baik.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Barang siapa berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah dengan yang lebih baik. Jika engkau tidak mampu, doakanlah dia sampai engkau merasa telah membalasnya.”
(HR. Abu Dawud dan Nasa’i)
Sang guru yang memilih mengisi bensin sendiri, bahkan mengembalikan motor dalam kondisi lebih baik dari saat dipinjam, adalah contoh nyata bagaimana adab diterapkan. Sebuah tindakan sederhana yang mencerminkan kedalaman iman.
3. Akhlak Mulia: Jalan Para Shalih
Mengembalikan kebaikan adalah bagian dari iman. Rasulullah ï·º bersabda:
“Tidaklah seseorang bersyukur kepada Allah jika ia tidak berterima kasih kepada manusia.”
(HR. Tirmidzi)
Ini menunjukkan bahwa syukur kepada manusia adalah wujud syukur kepada Allah. Maka tindakan kecil seperti menjaga barang pinjaman bukan hanya perkara duniawi—itu adalah ibadah yang bernilai tinggi.
4. Menjaga Hati Orang Lain
Sang guru berkata, “Kita bikin senang orang yang punya kendaraan itu.”
Ucapan singkat ini memuat inti besar akhlak Islam: membahagiakan orang lain.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”
(HR. Ahmad)
Ketika kita mengembalikan barang pinjaman dengan lebih baik—lebih bersih, lebih terawat, lebih siap dipakai—itu mungkin terlihat kecil, tetapi mampu menanamkan rasa senang dan dihargai pada pemiliknya.
5. Kebaikan Kecil Menghasilkan Pahala Besar
Kisah motor dan bensin ini tampak sepele, tetapi nilainya di sisi Allah sangat tinggi. Sebab setiap amal bergantung pada niatnya. Niat yang ikhlas untuk menjaga amanah, membalas kebaikan, dan memberi manfaat menjadikan tindakan sederhana berubah menjadi amalan besar.
Allah berfirman:
“Balasan kebaikan adalah kebaikan (pula).”
(QS. Ar-Rahman: 60)
Inilah sebabnya para ulama selalu mengajarkan: adab sebelum ilmu. Karena akhlak yang halus sering kali lebih kuat efeknya daripada tindakan besar sekalipun.
Kesimpulan: Jadilah Pembalas Kebaikan, Bukan Penghenti Kebaikan
Kisah murid dan gurunya mengajarkan kita bahwa:
- Barang pinjaman adalah amanah yang harus dijaga.
- Kebaikan orang lain wajib dibalas, bahkan dengan yang lebih baik.
- Membahagiakan orang lain adalah akhlak utama seorang muslim.
- Syukur kepada manusia adalah bagian dari syukur kepada Allah.
- Akhlak yang halus lebih berharga daripada tindakan besar.
Di tengah dunia yang semakin individualis, menjadi manusia yang peka, halus akhlaknya, dan teliti dalam membalas kebaikan adalah tanda kedewasaan iman. Jadilah pribadi yang tidak pernah membiarkan kebaikan berhenti di tangan kita, tetapi meneruskannya menjadi kebaikan yang lebih besar.
Semoga Allah menghiasi hati kita dengan akhlak yang mulia,
dan menjadikan setiap kebaikan kita sebagai cahaya di dunia dan akhirat.


