Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 24 November 2025
Sejarah dan Peradaban Papua
Peradaban permukiman manusia di Tanah Papua diperkirakan telah dimulai antara 42.000–48.000 tahun lalu. Interaksi antara masyarakat Papua dengan pulau-pulau sekitarnya tercatat sejak abad ke-7.
Kedatangan bangsa Eropa ke Tanah Papua dimulai melalui pelayaran Portugis António de Abreu dan Francisco Serrão ke Kepulauan Maluku, yang kemudian singgah di Jazirah Onim (sekarang Fakfak). Catatan mereka menyebut keberadaan masyarakat yang berbeda secara ras dengan orang Melayu.
Pada Juni 1545, Ortiz de Retez, memimpin kapal San Juan, meninggalkan pelabuhan Tidore dan menjelajah pantai utara Papua, hingga muara Sungai Mamberamo. Ia menamai wilayah ini Nueva Guinea karena kemiripan penduduknya dengan orang Guinea di Afrika Barat.
Pesona Tanah Papua
Tanah Papua kaya akan alam dan budaya. Terdapat 255 suku yang tersebar di tujuh wilayah adat: Ha Anim, La Pago, Me Pago, Saireri, Mamberamo-Tabi, Doberay, dan Bomberay.
Papua memiliki pegunungan salju, delta luas, hutan rimba dengan flora-fauna beragam, rawa-rawa, danau, gugusan kepulauan, lautan kaya ikan, serta masyarakat dengan bahasa dan budaya unik. Kondisi ini menjadikan Papua pusat penelitian bagi para ahli antropologi, linguistik, dan ilmu alam.
Wilayah Adat dan Identitas
Pada awal 2000-an, Dewan Adat Papua membagi Tanah Papua menjadi tujuh wilayah adat, untuk melindungi hak masyarakat adat dan mempertahankan identitas budaya.
Identitas orang Papua terbentuk melalui relasi dengan alam, sesama manusia, dan dunia leluhur, yang diwujudkan dalam ritual dan laku hidup tertentu. Nilai ini mengikat masyarakat Papua dan membedakan mereka dari yang bukan Papua.
Penelitian CIFOR (2023) merekomendasikan pemetaan partisipatif wilayah adat, pembangunan berbasis kearifan lokal, dan pendidikan multikultural sebagai dasar perencanaan pembangunan.
Filosofi Hidup dan Ketahanan Pangan
Orang Papua memandang alam sebagai sumber kehidupan yang dinamis. Kaum peramu dan petani percaya alam selalu menyediakan kebutuhan, sehingga mereka hidup berswadaya dan percaya diri.
Studi World Development (Tebtebba, 2018) menunjukkan bahwa model ekonomi adat, seperti sasi di Maluku atau subak di Bali, efektif meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketimpangan. Di kelompok adat Bomberay, sasi diterapkan untuk tanaman jangka panjang seperti pala dan durian.
Pembangunan Papua dari Masa ke Masa
- Presiden Sukarno: Menangani Papua dengan Operasi Trikora untuk mempertahankan integrasi Papua dalam NKRI.
- Presiden Suharto: Pendekatan pembangunan berbasis keamanan dan stabilitas politik.
- Presiden Habibie: Pendekatan teknokratis melalui dialog dengan tokoh Papua.
- Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur): Dialog berbasis kultural, mengubah nama Irian Jaya menjadi Papua.
- Presiden Megawati: Melanjutkan dialog berbasis adat melalui UU Otonomi Khusus No. 21/2001, pembentukan Majelis Rakyat Papua.
- Presiden SBY: Fokus pada pembangunan keamanan dan kesejahteraan melalui UP4B, membuka akses pendidikan dan beasiswa.
- Presiden Joko Widodo: Fokus pembangunan infrastruktur terintegrasi untuk membuka isolasi wilayah dan mengurangi kesenjangan.
Pembangunan Berbasis Adat dan Kebudayaan
Membangun Papua dengan pendekatan kebudayaan dan adat sangat penting karena:
- Pendekatan manusia-alam: Papua memandang alam bukan sebagai obyek semata, tetapi sebagai subyek dalam relasi hidup. Perusakan alam sama dengan mengancam identitas masyarakat Papua.
- Peraturan berbasis adat: UU No. 21/2001, pembentukan Majelis Rakyat Papua, dan kursi DPRP serta DPRK untuk masyarakat adat, menjamin partisipasi aktif dalam pembangunan.
Penelitian Siahaya et al. (2016) menunjukkan pembangunan berbasis adat menekankan:
- Partisipasi masyarakat adat dalam perencanaan hingga evaluasi,
- Integrasi pengetahuan lokal dengan teknologi modern,
- Pengakuan hak ulayat, dan pengelolaan sumber daya berbasis adat.
Harapan untuk Presiden Prabowo
Pelantikan Presiden Prabowo Subianto (2024–2029) membawa harapan bagi masyarakat Papua, karena rekam jejak beliau di Papua, termasuk Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma 1996.
Masyarakat berharap Presiden Prabowo mengedepankan:
- Pembangunan berbasis adat dan kebudayaan,
- Partisipasi masyarakat asli Papua,
- Penguatan kelembagaan adat, Majelis Rakyat Papua, DPRP, dan DPRK,
- Pendidikan dan kesehatan berbasis adat,
- Pelestarian lingkungan hidup dan penguatan sistem pertanian lokal.
Pendekatan ini diyakini mampu menjembatani perbedaan antara pusat dan daerah, mencegah marginalisasi, serta menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Papua.
Dr. MS Komber
Dosen Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Papua Barat Daya


