Jakarta, infoDKJ.com | Sebuah tembok pembatas setinggi sekitar tiga meter yang memisahkan area SDN 01, SDN 02, dan SMPN 130 Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat, ambruk pada Rabu (20/11). Reruntuhan tembok itu menutup akses warga serta menimpa empat sepeda motor yang terparkir di dekat lokasi.
Polsek Palmerah telah memasang garis polisi di sekitar titik kejadian. Proses identifikasi dan olah tempat kejadian perkara masih berlangsung.
“Sampai sekarang masih kita lidik. TPTKP dan pemasangan garis polisi sudah dilakukan,” ujar Kapolsek Palmerah Kompol Gomos Simamora, Jumat (21/11).
Diduga karena Tanah Galian Proyek dan Hujan Deras
Warga sekitar menduga robohnya tembok berkaitan dengan proyek renovasi sekolah yang tengah berjalan. Heni (55), salah satu warga RT 13, menyebut tumpukan tanah dari galian proyek menyebabkan tekanan besar pada tembok yang sudah rapuh, apalagi setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut.
“Dua hari hujan deras, tanah galian makin menekan tembok. Ditambah pengeboran fondasi. Akhirnya roboh,” kata Heni.
Meski tembok runtuh cukup besar, tidak ada korban jiwa maupun luka. Namun empat motor tertimpa puing dan hingga kini belum dievakuasi.
Akses ke dua rumah warga juga tertutup total oleh puing tembok. Posisi kabel listrik turut tertarik ke bawah dan menggantung rendah hingga setinggi orang dewasa, sehingga penghuni diminta tidak memasuki rumah sementara waktu demi keselamatan.
Bagian Tembok Lain Juga Miring dan Terancam Ambruk
Tidak hanya bagian yang roboh, tembok lain yang berdiri segaris terlihat miring dan rapuh. Petugas meminta warga, terutama anak-anak, untuk menjauh dari lokasi. Hingga Jumat siang, kendaraan proyek masih tampak keluar-masuk area renovasi.
Wali Kota Jakarta Barat: Kontraktor Harus Bertanggung Jawab
Menanggapi kejadian tersebut, Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto menegaskan bahwa pelaksana proyek renovasi wajib bertanggung jawab penuh atas dampak yang ditimbulkan.
“Bagaimanapun pelaksana harus bertanggung jawab. Selesaikan dengan baik, jangan sampai masyarakat dirugikan,” kata Uus.
Ia mengungkapkan bahwa faktor utama dugaan penyebab robohnya tembok adalah berat tumpukan tanah galian proyek, kondisi tembok yang sudah tua, serta hujan deras yang memperlemah struktur.
Uus juga menyatakan telah meminta Kepala Suku Dinas Pendidikan untuk segera menindaklanjuti persoalan tersebut agar kerusakan bisa segera diperbaiki dan aktivitas sekolah tidak terganggu lebih lanjut.
Penanganan Trauma Warga
Selain kerusakan fisik, Pemerintah Kota Jakbar juga menyoroti dampak psikologis terhadap warga sekitar.
“Saya minta Sudin Sosial untuk turun, cek kondisi warga, dan tangani yang mengalami trauma,” ujar Uus.
Proyek Renovasi Tetap Berjalan, Warga Minta Pengawasan Diperketat
Sementara penyelidikan dan pembersihan belum selesai, proyek renovasi sekolah masih berlanjut. Warga berharap adanya pengawasan lebih ketat agar insiden serupa tidak terulang.
“Jangan sampai nanti tembok satunya ikut roboh. Kami takut,” ujar seorang warga lainnya.
(Mustofa)


