Jakarta, infoDKJ.com | Rabu, 10 Desember 2025
Karya: Ahmad Hariyansyah
Gunung, air, dan angin tampak seperti bagian biasa dari alam. Namun bagi orang yang beriman, ketiganya adalah tanda kebesaran Allah — bukti bahwa seluruh ciptaan tunduk kepada-Nya. Mereka tidak berbicara seperti manusia, tetapi setiap gerak dan diamnya adalah dzikir yang tidak pernah berhenti.
1. Gunung: Kokoh dalam Dzikir dan Ketaatan
Gunung bukan sekadar batu besar yang menjulang. Al-Qur’an menggambarnya sebagai penjaga keseimbangan bumi dan makhluk yang bertasbih kepada Allah.
“Dan gunung-gunung pun Kami pancangkan di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu.”
— QS. Al-Anbiya [21]: 31
“Dan sesungguhnya sebagian dari batu-batu itu benar-benar ada yang mengalir sungai-sungai darinya, dan sebagian benar-benar terbelah lalu keluarlah air darinya, dan sebagian benar-benar meluncur jatuh karena takut kepada Allah.”
— QS. Al-Baqarah [2]: 74
Batu yang keras pun memiliki rasa takut kepada Allah. Ulama menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan: ketundukan bukan hanya milik manusia — bahkan gunung dan batu pun memuliakan Tuhannya.
Nabi Dawud عليه السلام dianugerahi keistimewaan besar: gunung-gunung ikut bertasbih bersamanya.
“Hai gunung-gunung, bertasbihlah bersama Dawud, dan (juga) burung-burung.”
— QS. Saba’ [34]: 10
2. Air: Mengalir dalam Ketaatan
Air tampak lembut, namun ia mengajarkan makna kepasrahan yang mendalam. Ia mengalir ke tempat terendah, menyejukkan yang kering, dan memberi kehidupan kepada semua makhluk.
“Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup.”
— QS. Al-Anbiya [21]: 30
Air tidak pernah menolak perintah. Ketika Allah memerintahkannya menjadi azab bagi kaum Nuh, ia meluap dahsyat. Namun ketika diperintah menjadi rahmat, ia turun menyejukkan dan menyuburkan bumi.
Ketaatan total inilah tasbih air.
3. Angin: Patuh pada Kehendak-Nya
Angin tidak terlihat, tetapi tanda kekuasaan Allah sangat nyata padanya. Ia bisa menjadi rahmat, bisa pula menjadi peringatan keras.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan agar kamu merasakan rahmat-Nya.”
— QS. Ar-Rum [30]: 46
“Dan Kami telah menundukkan angin kepada Sulaiman; ia berhembus menurut perintahnya ke mana saja yang ia kehendaki.”
— QS. Sad [38]: 36
Angin bergerak bukan karena kehendaknya sendiri, tetapi atas izin Allah. Hembusan lembutnya mengingatkan kasih sayang-Nya, sementara badai yang dahsyat mengisyaratkan peringatan.
Kesimpulan
Gunung mengajarkan keteguhan.
Air mengajarkan keikhlasan dalam memberi.
Angin mengajarkan kerendahan hati dalam menjalankan perintah.
Ketiganya tunduk kepada Allah, masing-masing bertasbih sesuai caranya.
Maka manusia — makhluk yang diberi akal, hati, dan suara — seharusnya lebih tunduk dan lebih banyak memuji-Nya.
“Tidakkah kamu tahu bahwa kepada Allah bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi, dan burung-burung dengan mengembangkan sayapnya? Masing-masing telah mengetahui cara shalat dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
— QS. An-Nur [24]: 41


