Jakarta, infoDKJ.com | Jum'at, 5 Desember 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
“Bukankah lucu, bagaimana kematian justru sering menyatukan keluarga, sementara kehidupan justru membuat kita saling menjauh?”
Kalimat ini seperti tamparan lembut yang mengajak kita merenung. Betapa seringnya manusia larut dalam kesibukan, hingga lalai menjaga ikatan kasih sayang dengan keluarga sendiri.
Kesibukan Dunia yang Memisahkan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia disibukkan oleh pekerjaan, ambisi, dan urusan pribadi. Ego, konflik kecil, atau sekadar jarak perasaan sering kali membuat hubungan keluarga merenggang. Padahal keluarga adalah amanah besar yang harus dijaga.
Allah SWT berfirman:
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. An-Nisa: 1)
Namun ayat ini kerap terlupakan. Kesibukan dunia sering kali lebih diutamakan daripada mempererat hubungan kasih sayang.
Kematian sebagai Pengingat
Saat kabar duka datang, keluarga yang lama tak berkumpul tiba-tiba kembali menyatu. Air mata mengalir, mengingatkan kita bahwa hidup begitu singkat—dan hubungan keluarga jauh lebih berharga daripada urusan dunia yang sementara.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa silaturahim bukan hanya pertemuan fisik, tetapi juga hubungan hati yang mendatangkan keberkahan.
Sudut Pandang Sufistik
Dalam pandangan tasawuf, kondisi ini menjadi sindiran halus:
Mengapa manusia lebih mudah disatukan oleh kematian daripada oleh cinta yang hidup?
Para sufi mengingatkan, jangan menunggu kematian untuk sadar pentingnya kasih sayang. Justru di masa hidup inilah hubungan harus dipupuk dan dirawat.
Allah SWT mengingatkan:
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
(QS. Ali Imran: 185)
Kesadaran bahwa kita semua akan mati seharusnya membuat kita lebih bijak dalam menjaga silaturahim dan menghidupkan kasih sayang.
Penutup
Kematian memang dapat menyatukan keluarga. Namun alangkah indahnya jika kehidupan pun menjadi alasan kita untuk saling mendekat, saling memaafkan, dan saling mengasihi.
Jangan tunggu duka untuk berkumpul. Hidupkan cinta sejak sekarang, agar kebersamaan terjadi bukan karena kematian—tetapi karena kasih sayang yang terus hidup.


