Oleh: Ahmad Hariyansyah
Ramadhan bukanlah bulan yang datang secara tiba-tiba untuk dijalani tanpa persiapan. Ia adalah tamu agung yang menuntut kesiapan hati, fisik, dan ruhani. Karena itu, Allah menghadirkan bulan Rajab dan Sya’ban sebagai masa pendahuluan—ruang latihan agar seorang hamba tidak kaget menghadapi intensitas ibadah di bulan Ramadhan.
Rasulullah ﷺ memberikan peringatan penting tentang sikap tergesa-gesa dalam menyambut Ramadhan. Dari Anas bin Mālik رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
«الْعَجُولُ بِرَمَضَانَ لَا يَسْتَكْمِلُهُ»
“Orang yang terburu-buru dalam Ramadhan tidak akan menyempurnakannya.”
(HR. Al-Baihaqi, dinilai shahih oleh sebagian ulama)
Hadits ini mengandung makna mendalam. Ramadhan bukan sekadar bulan untuk “mengejar target ibadah” secara tiba-tiba, tetapi bulan yang harus disambut dengan kesiapan. Mereka yang masuk Ramadhan tanpa persiapan sering kali lelah di tengah jalan, futur di pertengahan bulan, dan kehilangan ruh ibadah di akhir Ramadhan.
Rajab: Bulan Menata Niat dan Kesungguhan
Para ulama salaf memandang Rajab sebagai bulan pembuka kesadaran ruhani. Bukan bulan dengan ibadah khusus tertentu, tetapi bulan untuk menata arah hidup dan membersihkan niat.
Imam As-Suyuthi رحمه الله berkata:
“Bulan Rajab dan Sya’ban adalah bulan pemanasan untuk Ramadhan. Orang yang menyia-nyiakannya akan menyesal ketika Ramadhan tiba.”
Rajab adalah waktu untuk mulai menghidupkan kembali kebiasaan ibadah yang mungkin melemah: shalat sunnah, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan sedekah. Bukan dalam jumlah berlebihan, tetapi dengan konsistensi dan kesadaran.
Persiapan Ibadah: Melatih Sebelum Bertanding
Dalam kehidupan dunia, setiap urusan besar selalu didahului persiapan matang. Islam mengajarkan prinsip ini bahkan dalam urusan spiritual. Allah ﷻ berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُم مَا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ
“Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka segala kemampuan yang kalian bisa.”
Meskipun ayat ini berbicara tentang kesiapan menghadapi musuh, para ulama menegaskan bahwa prinsip i‘dād (persiapan) berlaku dalam seluruh urusan penting—termasuk persiapan menyambut Ramadhan. Tidak ada ibadah besar yang berhasil tanpa kesiapan.
Maka Rajab menjadi waktu untuk:
Melatih puasa sunnah,
Membiasakan qiyamul lail,
Menjaga lisan dari dosa,
Membersihkan hati dari dengki dan kebencian.
Menahan Diri dari Dosa Sebelum Menahan Lapar
Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi menahan seluruh anggota badan dari maksiat. Rajab menjadi momentum untuk latihan pengendalian diri sebelum Ramadhan tiba.
Ibnu Qudamah رحمه الله berkata:
“Menyiapkan diri sebelum Ramadhan adalah bagian dari hikmah orang-orang saleh; mereka menyesuaikan hati, fisik, dan waktu agar puasa sempurna.”
Siapa yang belum mampu menjaga lisannya di Rajab, sering kali kesulitan menjaganya di Ramadhan. Siapa yang belum mampu menata waktunya di Rajab, akan mudah menyia-nyiakan malam-malam Ramadhan.
Tidak Terburu-buru, Tetapi Bertahap dan Istiqamah
Hadits Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa tergesa-gesa justru menjadi sebab ketidaksempurnaan. Ramadhan bukan tentang siapa yang paling banyak memulai, tetapi siapa yang mampu menyempurnakan hingga akhir.
Persiapan yang matang di bulan Rajab akan melahirkan:
Ibadah Ramadhan yang lebih tenang,
Hati yang lebih hadir,
Amal yang lebih istiqamah,
Dan penutup Ramadhan yang lebih bermakna.
Penutup
Rajab adalah waktu emas yang sering diremehkan. Padahal di sanalah letak keberhasilan Ramadhan disemai. Barang siapa memuliakan Rajab dengan kesungguhan, Allah akan memuliakan Ramadhan baginya dengan kemudahan dan keberkahan.
Sebagaimana doa yang patut terus kita panjatkan:
اللَّهُمَّ اجعلنا من المُستعدّين لشهر رمضان، واجعلنا من الذين يَستفيدون من شهر رجب وشعبان، ووفقنا لصيام رمضان إيمانًا واحتسابًا
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang siap menyambut bulan Ramadhan, jadikan kami yang mendapatkan manfaat dari bulan Rajab dan Sya’ban, serta beri kami kemampuan untuk berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala dari-Mu.”
Semoga dengan persiapan yang matang di bulan Rajab, kita bisa menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih, jiwa yang siap beribadah, dan amal yang lebih sempurna.


