Jakarta, infoDKJ.com | Sabtu, 27 Desember 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat sebuah fenomena: sebagian orang begitu mudah membangun sesuatu yang besar, monumental, dan tampak megah—seperti masjid, gedung, atau fasilitas umum—namun pada saat yang sama justru lalai terhadap kebutuhan dasar manusia di sekitarnya.
Padahal dalam pandangan Islam, nilai sebuah kebaikan tidak diukur dari besar kecilnya bangunan, melainkan dari ketulusan hati dan manfaat nyata yang sampai kepada makhluk Allah.
Sedekah yang Menghidupkan: Lebih dari Sekadar Memberi Makan
Satu suap makanan yang diberikan kepada orang kelaparan bukanlah perkara kecil di sisi Allah. Ia bukan sekadar “membantu”, melainkan bisa menjadi sebab:
- menghidupkan kembali harapan,
- menghilangkan kesedihan,
- menguatkan badan yang lemah,
- bahkan menjaga iman yang hampir runtuh karena lapar.
Allah Ta’ala memuji orang-orang yang memberi makan karena Allah semata:
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (Mereka berkata), ‘Sesungguhnya kami memberi makan kalian hanyalah untuk mengharap wajah Allah. Kami tidak menghendaki balasan dan ucapan terima kasih dari kalian.’”
— QS. Al-Insan: 8–9
Ayat ini menegaskan bahwa memberi makan adalah ibadah agung, asalkan dilakukan dengan keikhlasan dan kasih sayang.
Bangunan Bisa Berdiri, Tapi Hati Manusia Hanya Bisa Disentuh dengan Cinta
Masjid adalah tempat suci dan mulia. Membangunnya tentu termasuk amal saleh besar. Namun ada satu hal yang sering terlupakan: bangunan masjid bisa berdiri dengan batu dan semen, tetapi bangunan iman dan kemanusiaan hanya hidup dengan kepedulian.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
— HR. Bukhari dan Muslim
Dan cinta itu tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi dibuktikan lewat tindakan nyata: menolong, memberi makan, dan hadir di tengah penderitaan orang lain.
Satu Suap yang Menghapus Dosa dan Mengantar ke Surga
Dalam Islam, memberi makan adalah sedekah yang sangat dianjurkan. Rasulullah ï·º bahkan menjadikannya sebagai salah satu ciri utama kebaikan seorang mukmin.
Beliau bersabda:
“Sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi, dan shalatlah di malam hari saat manusia tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.”
— HR. Tirmidzi
Memberi makan masuk dalam rangkaian amal yang menjadi jalan menuju surga, sebab ia menyentuh kebutuhan paling mendasar manusia.
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Sebaik-baik kalian adalah yang memberi makan.”
— HR. Thabrani
Ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan memberi makan orang lapar dalam ajaran Islam.
Mengganjal Perut Lapar: Kebaikan yang Menyelamatkan
Lapar bukan sekadar rasa tidak nyaman. Lapar bisa meruntuhkan kesehatan, mengguncang emosi, bahkan membuat seseorang mudah putus asa.
Maka ketika kita memberi makan, kita sedang menghilangkan salah satu kesusahan paling mendesak yang dialami manusia.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Barang siapa menghilangkan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan dunia, Allah akan menghilangkan satu kesusahannya pada hari kiamat.”
— HR. Muslim
Dan lapar adalah kesusahan yang nyata—yang bisa menghancurkan fisik, mental, dan keteguhan seseorang.
Bukan Besarnya Sedekah, Tapi Ketulusan Hati
Islam tidak menilai manusia dari banyaknya harta, besarnya proyek, atau megahnya bangunan yang didirikan. Yang Allah lihat adalah hati dan amal, bukan sekadar tampilan.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”
— HR. Muslim
Itulah sebabnya satu suap makanan yang diberikan dengan ikhlas kepada orang yang kelaparan bisa lebih bernilai di sisi Allah daripada amal besar yang dilakukan tanpa rahmah dan tanpa kepedulian.
Penutup: Kembalikan Makna Sedekah kepada Esensinya
Sedekah sejati bukan tentang membesarkan nama, membangun simbol, atau mengukir prestise. Sedekah adalah tentang menyembuhkan luka manusia, mengangkat beban yang nyata, dan menyentuh hati dengan kasih.
Masjid bisa dibangun dengan dana besar, tetapi hati manusia hanya bisa dibangun dengan cinta.
Karena itu, muliakan orang lapar, kuatkan yang lemah, bantu yang kekurangan, dan jangan biarkan orang di sekitar kita merasa sendirian.
Sebab mungkin, di sisi Allah, satu suap makanan yang kita berikan dengan ikhlas menjadi sebab keselamatan kita—lebih dari yang mampu kita bayangkan.
“Banyak orang membangun demi dilihat manusia, sedikit yang memberi makan demi dilihat Allah.”


